Part 2

2.6K 137 10
                                    


Kampus baruku di busan sangat luas, banyak mahasiswa baru yang berlalu lalang untuk mencari kejurusan lengkap mengenakan jas almamaternya.

"jenn, kelas kita disana". Tunjuk chahee kesebuah bangunan tinggi khusus ilmu ekonomi. Dia pun segera menyeret tanganku.

Ruang kelas masih terlihat agak sepi. Aku dan chahee duduk di kursi bagian tenggah kemudian dua orang duduk di sebelahku mereka menyapaku dan mengenalkan diri.

"hay, gue lia dan ini yezi, senang bisa berkenalan". Ucap salah seorang perempuan yang kulihat sangat cantik lalu beralih memandang cewek cuek disebelahnya, sorot matanya sangat tajam, tapi dia segera tersenyum disaat pandangan kami saling bertemu.

"gue jennie dan ini chahee". Ucapku lalu dibarengi lambaian tangan dari chahee.





















Limario pov.

Hari ini adalah hari pertamaku masuk kuliah. Aku memilih untuk berkuliah di busan, karena sudah sejak lama aku ingin pergi dari seoul, banyak sekali kenangan yang tidak bisa aku lupakan, tentu saja jennie. Dan tujuan utamaku selain untuk melupakannya, aku juga ingin hidup mandiri. Banyak sekali hal hal yang telah berubah selama jennie pergi.

Pertama perihal ayahku yang masih hidup, yang selama ini aku kira sudah mati seperti yang dikatakan bunda bahwa ayah sudah meninggal di medan perang sewaktu ikut menjadi tentara milisi di filipina.
Aku tidak menyangka bahwa bunda tega berkata seperti itu, tapi aku memakluminya. Wanita seperti apa yang akan tahan diselingkuhi oleh suaminya.

Kedua yaitu jisoo, jisoo sudah tau tentang hal ini, dan dia bukanlah anak kandung ayahku. Ceritanya cukup rumit. Sebenarnya ayahku dan ayah jisoo adalah sahabat akrab sewaktu bertugas di filipina dan suatu ketika terjadilah baku tembak di medan perang ayah jiso terkena peluru tepat di dadanya karena berusaha melindungi nyawa ayahku. Dan meninggal saat itu juga, tapi sebelum meninggal, ayah jisoo sempat berpesan untuk menjaga istri dan anaknya. Ayahku menyangupinya.
Sepulang berperang ayah mengangkat jisoo menjadi anaknya, dan membawa jisoo serta ibunya untuk tinggal dirumah bersama bunda, kondisi bunda saat itu sedang mengandungku 9 bulan.
Setiap hari tetangga disekitar rumah selalu mengunjing ibu jisoo bahwa ia adalah simpanan ayahku, dan jisoo adalah anak haram.
Maka ayah memutuskan untuk menikah dengan ibu jisoo. Bunda yang tidak terima memilih pergi dari kehidupan ayah. Diposisi ini aku binggung, memang keputusan ayah benar, tapi juga salah dalam satu waktu. Tapi bagaimanapun dia tetaplah ayahku, dan aku sangat menyayanginya.

Ketiga karena ayah dan bunda telah bersatu kembali, kehidupanku berputar 180%, aku menjadi ahli waris dari semua kekayaan yang ayah punya. Sebenarnya aku tidak tertarik, berkat didikan bunda aku menjadi orang yang tidak suka akan kemewahan. Untuk itu aku memutuskan hidup mandiri di busan walawpun ayah masih saja memberiku sejumlah fasilitas, entah itu berupa uang dan barang. Akupun tak bisa menolaknya, karena itu memang sudah menjadi hak ku. Yang terpenting janganlah menjadi sombong.

Ketiga hal itu sudah aku terima, tapi yang ini tidak akan pernah aku lupakan selamanya. Perpisahanku dengan jennie.

Perpisahan yang menyakitkan, mungkin jika ayah dan bunda tidak berpisah. Kemungkinan besar aku dan jennie dapat bersatu. Orang tua jennie dapat menerimaku. Tapi tidak, jennieku tetaplah jennieku, orang yang dapat menerima aku apa adanya. Jujur aku masih mencintainya tapi dia memanglah bukan jodohku.

Dimulai saat jisoo datang kerumah bersama seorang pria paruh baya yang duduk di atas kursi roda.....

Flashback on

"lim ini ayah lim, maafkan ayah lim yang tidak mencarimu dan mempedulikanmu, ayah bersalah tidak dapat menjadi contoh yang baik untumu". Ucap seorang lelaki paruh baya yang menangis tersedu sedu sambil duduk di kursi roda.
Wajahnya seperti di foto yang selalu aku simpan di kamarku, dialah ayahku.

Love JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang