Terlambat

23 10 0
                                    

Tok tok tok...
"Den, den Devva, bangun den sudah pagi di tunggu nyonya sama tuan di bawah" seorang waiters itu tengah membangunkan anak majikan. Karena sudah lama tidak mendapatkan sahutan dari sipemilik kamar akhirnya sang majikan yang geram karenanya ikut turun tangan.

"Belum bangun juga bik?" Tanya laki-laki Paruh baya yang di ketahui majikan dari pembantu tersebut.

"Belum tuan sudah dari tadi saya ketok ketok tapi den Devva gak bangun bangun" jawab si pembantu itu

"Ya sudah bibik lanjutin pekerjaan di bawah saja biar aku yang bangunin" ucapnya menyuruh si pembantu pergi. Dan si pembantu sih melaksanakan perintah sang majikan

"Devva ayah hitung sampai lima, kalau kamu belum bangun juga, hari pertama ke sekolah kamu jalan kaki" ucap Dion sedikit berteriak agar sang penghuni kamar bisa mendengar. Dan Dion pun mulai menghitung "satu.... Dua.... Tig-" hitungan pun terhenti bersamaan dengan pintu kamar yang terbuka menampakkan seorang pria tinggi, ganteng, dengan setelan seraga putih abu dia siap melaksanakan tugasnya sebagai pelajar.

"Selamat pagi ayah" ucapnya lalu memeluk pria yang di panggilnya ayah tersebut

"Pagi, tumben pagi banget sudah rapi" tanya ayahnya heran karena kebiasaan anaknya yang tak tampak pada pagi ini.

"Udahlah yah Devva males debat mending kita makan aja udah laper" ucapnya sambil mengelus perutnya. Akhirnya mereka turun menuju ruang makan keluarga.

"Pagi bunda" sapa Devva saat sampai di ruang makan yang menampakkan sang bunda sedang menata beberapa makanan di atas meja.

"Pagi sayang, yuk sarapan dulu bunda sudah masak kesukaan kamu"ucapnya sambil menarik satu kursi mempersilahka Dion untuk duduk.

Merekapun sarapan dengan khidmatnya. Tanpa ada suara hanya ada dentingan piring yang menemani sarapan pagi mereka. Inilah salah satu keharusan yang tidak boleh di langgar oleh penghuni rumah tersebut. Yaitu, tidak boleh ada yang mengeluarkan suara saat makan, tidak boleh menyisakan nasi di atas piring, tidak boleh minum sambil berdiri, setelah memakai piring harus di cuci dan masih banyak peraturan yang lainnya.

"Yah, Bun Devva berangkat sekolah dulu ya" pamitnya lalu mencium tangan ayah dan bundanya

"Hati-hati jangan melleng, sekolah yang bener jangan rewel" cerca sang bunda ketika putranya hendak pergi. Namun langkahnya terhenti karena ucapan sang bunda

"Ck... Dikiranya aku anak perawan apa Bun" sahutnya dengan nada kesal. Dina hanya terkekeh atas sahutan sang putra

Devva menuju mobil kesayangannya yang sudah di persiapkan oleh supir keluarganya di depan rumah. Lalu dia langsung menancap gas menuju sekolah barunya agar tidak telat di hari pertamanya

Waktu menunjukkan 06:45 berarti lima belas menit lagi gerbang akan di tutup. Karena jarak sekolah dari rumahnya tidak memakan waktu yang lama Devva menyetir dengan sangat santai dia yakin kalau dia tidak akan terlambat

Namun naas tiba-tiba nan mobil Devva oleng dan dia segerae epikan mobilnya agar tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan

Devva keluar dari mobilnya mengecek keadaan mobilnya dan yaps ban mobilnya bocchor

"Aduuh pake bocor lagi" dia menendang ban mobilnya kesal "gimana coba" dia meraung kasar wajahnya

Jam sudah menunjukkan 06:52 dan posisi dia masih lumayan jauh dari sekolah. Dia celingak celinguk berniat mencari taksi namun tak ada satupun taksi yang lewat. Tidak ada pilihan lain dia harus lari

Keputusannya sudah bulat dia berlari mengejar waktu supaya tidak telat. Dia berusaha keras mengikis jarak, keringat mulai bercucuran dari pelipisnya dan seragam yang ia kenakan juga basah karena keringat

Setelah 15 menit berlari akhirnya dia sampai di depan pagar sekolah yang akan menjadi kebanggaannya. Nafasnya tersengal senggal, Namun Dewi Fortuna tidak berpihak kepadanya pintu gerbang sudah tertutup rapat keadaannya pun sudah sepi bertanda KMB sedang berjalan

Dan dia TERLAMBAT

Anastasya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang