Kanza memasuki kelasnya dengan keadaan pucat dan badannya sedikit lemas. Dia paksakan untuk sekolah meski kesehatannya tidak baik baik saja. Dennin yang melihat itu langsung menghampiri sahabatnya itu khawatir.
Dennin langsung menghampirinya "Za Lo gapapakan?."
"Gapapa kok, cuma gak enak badan sedikit" jawabnya dengan suara sendu.
Tangan Dennin terjulur memegang keningnya sangat panas dan sudah jelas gadis ini demam
"Gapapa gimana badan kamu panas za" ucapnya hawatirGyvi ikut bangkit dari duduknya menghiraukan kipasnya di bangku dan ikut mengecek suhu tubuh kanza.
"Za Lo habis berjemur ya?" Kanza dan Dennin menghiraukN pertanyaan bodoh Gyvi"Pokok ya kamu harus pulang" sambil menarik tangan Kanza namun di tolak olehnya
"Udah gak papa kok" ucapnya sambil memaksakan senyumnya.
"Ada apa?" Devva yang baru masuk di buat bingung oleh ketiga sejoli itu yang berdiri di depan meja guru.
"Gapapa kok Dev" ucap Kanza dengan wajah pucatnya
"Za lo--" dia tampak khawatir dengan keadaan Kanza saat ini. Ia merasa sedikit bersalah seharusnya tadi malam dia memaksa Kanza untuk pulang saja tidak wajib juga menuruti permintaan bodoh Kanza itu melihat dirinya tidak baik baik saja pasti akan tambah buruk jika di tambah dengan mandi hujan. "pasti gara-gara tadi malam kan" tanyanya namun di jawab gelengan oleh Kanza.
"Lo apain Kanza Sampek pucet kayak gini" sarkas Dennin Atas pernyataan Devva.
"Udah nin gak ad apa apa kok" Kanza menengahi percekcokan Dennin yang mungkin akan semakin parah kalau Devva meladeninya
"Sekarang kita duduk aja ya gak enak di tonton sama yang lain," "Dev-" ucap Kanza saat Devva hendak bersuara. Menyadari mereka menjadi sorotan di kelasnya, akhirnya Kanza menyela agar temannya segera pergi ketempat duduknya masing masing. Sedang kan Dennin menatap Devva penuh introgasi.Tidak seperti hari-hari biasanya makin siang wajahnya semakin pucet. Dennin dan Gyvi sudah memaksanya untuk pulang agar dia bisa istirahat namun penolakan lah yang mereka dapatkan sia-sia berbicara dengan Kanza yang keras kepala.
***
Empat jam sudah berlalu dan sekarang saatnya istirahat pertama meskipun tidak ada KBM Mereka enggan keluar kelas mengingat keadaan kanza. Ke tiga gadis itu berniat pergi ke kantin itupun atas permintaan Kanza. Karena awalnya sahabatnya itu tidak ingin kemana mana melihat keadaan Kanza yang semakin lemas mereka memilih berdiam di kelas saja namun Kanza memaksanya untuk kekantin dengan alasan dia belum sarapan, bukan alasan sih memang tadi pagi dia tidak sarapan.
Kanza berdiri hendak melangkah untuk keluar kelas namun tiba-tiba rasa pusing menyeruak di kepalanya membuat pandangannya gelap. Namun dari arah belakang ad tangan yang menahannya agar tidak ambruk dari aromanya dia kenal.
"Lo mau kemana?" Tanya Devva yang tiba tiba berada di belakang Kanza Manahan tubuh kanza yang hendak kelimpungan. Dan dia menuntun Kanza untuk kembali duduk di kursinya.
"Gue gapapa kok, gue mau kekantin kebetulan tadi pagi belum sarapan" ucapnya lemas, wajahnya sangat pucat dan suhu tubuhnya semakin panas.
"Lo tunggu di sini biar aku aja yang beliin" suar Devva meng intruksi namun masih saja Kanza dalam pendiriannya
"Gak usah Dev aku aja gapapa kok"
"Kamu kok keras kepala sih za" nada bicaranya naik satu oktaf, dia mulai kesal dengan sifat Kanza yang keras kepala "ya udah terserah kamu aja kalau gitu" Devva meninggalkan Kanza. Dia menuju bangkunya. Pemikiran salah jika kalian mengira dia benar benar marah kepada Kanza diam-diam dia juga memerhatikan Kanza yang merasa bersalah.
Aneh rasanya saat melihat punggu devva menjauh. Kanza menatap punggung itu menyesal telah membuatnya marah. Seakan ada yang teriris nyeri rasanya tapi dia juga tidak tahu perasaan apa itu.
Dennin yang baru kembali dari toilet dengan Gyvi langsung menyadarkan lamunan Kanza. Merekapun pergi beriringan hendak menuju kantin namun belum beberapa langkah tubuh kanza langsung ambruk.
"KANZAAAAA" pekik Dennin dan Gyvi bersamaan dengan tubuh kanza yang ambruk ke lantai
"ZA BANGUUN ZAAA" Dennin histeris melihat sahabatnya tak sadarkan diri.
Devva yang sedari tadi memperhatikannya langsung bergegas saat tubuh kanza benar-benar akan terhempas namun dia telat tubuh itu sudah tersungkur ke tanah dan kedua sahabatnya hanya menangis. Dia langsung menghalau Gyvi untuk menyingkir dan dia dengan mudahnya mengangkat tubuh mungil itu ala bridal style
"Lo mau bawa Kanza kemana?" Dennin menghalangi langkah Devva yang hendak membawannya keluar kelas ntah mau dia bawa kemana. Bersamaan dengan itu Akbar dan Azam menghampiri kelas sahabatnya yang ramai.
"Ada apa?" Melihat Kanza berada di gendongan Devva dan Denni yang menangis Azam seakan dapat dorongan untuk bertanya
"Kanza pinsang gue harus bawa dia ke rumah sakit" jawaban Devva untuk pertanyaan Azam
Aneh sedari tadi si Akbar tidak bersuara, kenapa? Iya lah itu semua karena dia lagi sakit gigi. Bwaaahhaaaaaa!!! (Ketawa jahat). Kembali lagi ke Kanza.
Devva membawa Kanza keluar dari kelasnya dan mengantarnya kerumah sakit menghiraukan Dennin yang meronta kesetanan dalam dekapan Azam
"Lepasin aku zam, aku mau ikut nganterin Kanza" ucapnya dengan air mata yang berderai tak bisa di halau lagi.
"Udah nin biar Devva aja yang nganterin Kanza kamu di sini aja" sambil menenangkan Dennin dalam rengkuhannya tangan nya membelai rambut Dennin lembut sedang kan Dennin hanya bisa menangis melihat sahabatnya di bawa pergi oleh Devva. Tangisannya menjadi jadi sambil sesekali menyebutkan nama Kanza.
"Cup cup cup udah ya jangan nangis lagi Devva gak akan apa apain Kanza percaya sama aku" Azam mengecup pelipis Dennin sekilas dan itu mampu membuat Dennin sedikit tenang, penghuni kelas penasaran dengan hubungan keduanya.
Di satu sisi Devva yang sedang berada di bangku pengemudi sesekali melihat ke arah samping khawatir. Sambil mendumel karena lampu merah yang seakan sangat lama untuk berganti warna dia mengklakson kendaraan di depannya merasa lama untuk bergerak maju.
"Devva" panggil Kanza lirih
"Kanza Lo udah sadar?"
"Kita mau kemana?" Tanyanya tanpa menjawab pertanyaan Devva sebelumnya
"Kita kerumah sakit ya gue hawatir sama keadaan lo" ucapnya
"Gak usah kita kerumah aja" elak Kanza nadanya sedikit sinis, mengingat tempat itu di kembali teringat kejadian sepuluh tahun yang lalu. Dimana saat dia berusaha untuk hidup sedangkan kakaknya di paksa meninggalkannya di saat keadaannya hampir kehilangan harapan.
Menyadari perubahan sifat Kanza Devva hanya mengangguk nurut mengurungkan niatnya untuk ke rumah sakit.
Mobil Devva sudah sampai di depan rumah Kanza. Dan kini dia membantu Kanza untuk keluar
"Bisa?" Tanyanya melihat Kanza yang berusaha untuk berdiri namun tubuhnya masih lemas. Devva kembali mengangkatnya ala bridal style dan Kanza yang lemas hanya bisa menyenderkan kepalanya di dada bidang Devva tangannya melingkar di leher Devva. Devva mengantarnya ke arah yang sudah di tunjukkan oleh Kanza yaitu menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
JANGAN LUPA VOTE dan KOMENNYA 🌹🥰
Biar Author makin semangat buat ngetiknya😊Follow @syi_fha123
01-05-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Anastasya
Teen Fiction"Perjuangan yang tak kenal lelah Demi dia yang ntah di mna keberadaanya Pada saat yang telah di pastikan Kerinduan yang pahit akan terbalas manis Ketika yakin akan adanya pertemuan" "Akankah dia menemukan sosok itu Seseorang yang dulu menjadi satu-s...