21 Januari 2017
Bryan keluar dari pintu kamarnya setelah sabtu pagi ia habiskan berdiam diri di dalam kamar. Bryan menemukan sosok ibunya yang sedang duduk manis menikmati secangkir teh hangat di halaman belakang rumahnya.
"Papah, pergi lagi, Mah?" Tanya Bryan.
"Memangnya setiap sabtu, Papah, selalu ada pekerjaan di luar kota ya, Mah?" tanya Bryan kembali.
Wanita yang ada di hadapan Bryan ini tidak menjawab satu patah kata pun, ia hanya menunduk dan tersenyum menyikapi pertanyaan yang terlontar dari mulut anak tunggalnya tersebut.
"Kau akan mengerti nanti, mengapa, Papah-mu seperti ini."
Mendengar kalimat tersebut seolah ada luka yang coba di sembunyikan oleh ibunya, serta ia melihat raut wajah yang menampakkan kekecewaan.
"Mamah baik-baik aja kan?" Bryan memastikan keadaan Astuti.
Ia meraih tangan Bryan yang sedang mencoba menenangkan dirinya. "Mamah, tidak apa-apa."
"Jika ada rasa luka yang coba, Mamah, pendam, Bryan, selalu berharap menjadi orang pertama yang mengetahuinya, Mah," ucap Bryan diiringi dengan memeluk tubuh sang ibu.
Rasanya wanita itu ingin menangis dalam peluk hangat anaknya, tapi sayang ia harus berusaha tegar agar terlihat baik-baik saja di hadapan Bryan.
Setelah kejadian tadi pagi yang cukup membuat tanda tanya besar di benak Bryan, ia pamit kepada ibunya untuk pergi sejenak mencari udara segar. Kali ini ia berjalan santai tidak menggunakan motor kesayangannya, entah sudah berapa lama ia tidak merasa ada hal yang perlu ia selesai kan.
Ia sangat tahu betul ketika ibunya merasa kecewa dan ia tahu betul mengapa ibunya merasa seperti itu jika ini bukan ulah dari Bondan.
Hampir satu tahun lamanya, Bondan selalu sibuk bekerja pada akhir pekan. Ia selalu berkata, ada pekerjaan penting di luar kota atau melakukan perjalanan bisnis. Bryan yang penasaran akan hal itu, dengan keberaniannya ia mencoba datang ke kantor Bondan.
Kemungkinan mendapatkan informasi mengenai ayahnya memang sangat nihil, pasalnya hari sabtu kantor libur. Terkadang hanya ada beberapa orang seperti petugas keamanan dan beberapa staf yang harus kerja lembur di hari sabtu.
Tiba di halaman depan kantor Bondan, ia bertemu dengan Cakra—petugas keamanan kantor tersebut. "Mas Bryan? Sedang apa disini?" sapa Cakra.
"Eh, a-nu, Pak, saya lagi lewat tiba-tiba ingin nengok kantor Papah." ucap Bryan.
"Tapi, hari sabtu libur, Mas. Hanya ada beberapa staf yang kerja lembur hari ini."
Bryan melihat arah sekitar. "Memangnya setiap minggu selalu ada pekerjaan ke luar kota ya, Pak?" Tanya Bryan.
"Jarang kok, Mas. Biasanya, Mba Nina, yang selalu pergi ke luar kota untuk mengurus proyek-proyek yang ada di setiap daerah." ujar Cakra.
"Lalu, hari ini, Mba Nina, pergi, Pak?"
"Engga, Mas. Mba Nina, baru saja sampai dari Madiun semalam. Hari ini, Mba Nina, sedang mengerjakan pekerjaan lainnya di kantor."
Kecurigaan Bryan memuncak. "Kalau, Papah, kenapa setiap minggu selalu ada perjalanan bisnis ke luar kota ya, Pak?"
Cakra yang mendengarkan hal tersebut cukup kebingungan. "Setau saya jadwal, Pak Bondan, tidak sepadat itu untuk ke luar kota, Mas. Seperti yang sudah saya katakan tadi, bahwa semua urusan proyek di luar kota itu menjadi tanggung jawab, Mba Nina."
"—memangnya, Pak Bondan, selalu pergi ke luar kota setiap hari libur, Mas?" tanya Cakra.
"Tidak. Mungkin, Papah, sedang ada urusan lain di luar kota, Pak. Terimakasih ya informasinya, Pak," Bryan mencoba menutupi kecurigaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita ✔ [TAMAT]
Roman pour Adolescents"Hanya saja aku selalu menginginkan hadirmu disini, izinkan aku memelukmu sampai waktu tak dapat berputar kembali." - Gistina Aufa Perjodohan menjadi hal yang tabu bagi Gisti, belum lagi lelaki yang akan dijodohkan dengannya adalah lelaki yang sanga...