"Kau sendiri tidak pernah tahu menau perihal jalan pulang. Lalu, mengapa menghakimi menjadi hal yang mudah?"
- Gistina Aufa◾◾◾
Menjelang libur semester justru menjadi awal kesibukkan Gisti. Pasalnya ia merupakan salah satu anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Biologi yang harus mengurus persiapan menyambut mahasiswa baru.
Tahun ini jurusannya mengadakan kelas mentoring untuk pengenalan. Gisti menjadi salah satu mentor yang tergabung dalam pengenalan kali ini.
"Gis, gimana mentoring lancar?" tanya Bima--Kepala Divisi Mentoring.
"Lancar, Kak."
"Oke, kalo ada kendala kabarin langsung ya." Gisti hanya mengiyakan ucapan Bima.
Tidak semua mahasiswa yang dapat ikut berpartisipasi dalam kelas mentoring, hanya mahasiswa yang aktif mengikuti himpunan yang dapat menjadi mentor.
Menjadi seorang mahasiswa yang tidak hanya aktif di kelas, namun aktif juga di sebuah organisasi terbilang tidak mudah. Banyak kendala yang dirasakan oleh Gisti, dari mulai kekurangan tidur tiap malamnya, harus membagi waktu antara tugas dengan rapat. Rutinitas itu yang Gisti lakukan hampir setiap hari.
"Huh... Kapan ya bisa pulang cepat?" keluh Gisti.
Ini menjadi tahun terakhir Gisti menjadi anggota himpunan. Karena tahun depan ia akan segera sidang dan wisuda kemudian akan meninggalkan kampus ini.
Mungkin hal melelahkan seperti ini akan menjadi hal yang paling dirindukan oleh Gisti. Terkadang ingin mengeluh namun inilah pilihan yang sudah ia buat sejak awal menjadi mahasiswa.
Ting
Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi.
Bryan
Lihat depan.Sudah, lalu?
ReadBryan
Apa yang kamu lihat?Tembok
ReadBryan
Hahaha pintarCuman itu?
ReadBryan
Lihat ke bawahAda lantai
ReadBryan
Sepolos inikah Gisti yang ku kenal?Kan tadi disuruh lihat ke bawah, emang salah?
ReadBryan
Aku di lantai bawah gedung fakultasNgapain?
ReadBryan
Turun. Aku pastikan kamu akan tersenyum.Karena hari sudah larut, Gisti langsung berpamitan dengan yang lain dan bergegas ke lantai bawah tempat dimana Bryan menunggunya.
Dan benar saja seorang pria dengan jaket denim berwarna navy sedang duduk menunggu Gisti. "Ehem... "
Ia menoleh dan langsung menarik tangan Gisti. "Ayo... " ajaknya.
"Eh, apa-apaan langsung pegang tangan."
Ia hanya menatap Gisti sebentar, lalu membawanya ke motor tanpa melepaskan genggamannya. Tindakan ini bisa dibilang sangat menyebalkan, bukan Bryan kalau dia tidak punya kejutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita ✔ [TAMAT]
Fiksi Remaja"Hanya saja aku selalu menginginkan hadirmu disini, izinkan aku memelukmu sampai waktu tak dapat berputar kembali." - Gistina Aufa Perjodohan menjadi hal yang tabu bagi Gisti, belum lagi lelaki yang akan dijodohkan dengannya adalah lelaki yang sanga...