"A-apa maksud Anda, Jungkook-nim?" cicit Lisa pelan.
"Kupikir kau tidak tuli, Lisa. Kau jelas mendengar pertanyaanku, bukan?" Jungkook menaikkan salah satu alisnya dengan mata yang memicing menatap Lisa.
Lisa sedikit menunduk dan menarik nafas berat mendengar nada suara Jungkook yang sedikit sinis itu. Tidak sadar kah Jungkook bahwa ia membuat hati Lisa sedikit mencelos?
"Kenapa Anda menanyakan hal seperti ini, Jungkook-nim?" Lisa balik bertanya pada Jungkook.
"Bisakah kau jawab pertanyaanku?"
Lisa menghela nafasnya dengan malas.
"Saya tidak menyukai Namjoon-ssi.."
Orang yang kusukai adalah kau Tuan Jeon Jungkook, lanjut Lisa dengan sedih di dalam hatinya.
"Benarkah?" tanya Jungkook lagi.
"Apa saya terlihat seperti orang yang menyukainya?" jawab Lisa datar, ia mulai sebal pada bosnya ini.
Jungkook diam dan memutar badannya untuk kembali duduk di kursi kerjanya, namun ia masih membelakangi Lisa.
"Baguslah. Jangan pernah coba-coba menyukainya," kata Jungkook kemudian. Lisa menatap punggung pemuda itu dengan secercah harapan.
"Kenapa?"
"Tentu saja, karena kau harus ingat siapa dirimu,"
Lisa seolah merasakan sebuah palu dihantamkan dengan keras ke jantungnya. Ia membelalakkan matanya.
"Saya mengerti. Saya permisi, Jungkook-nim," nada suara Lisa lebih terdengar seperti bisikan. Bibirnya bergetar saat mengucapkannya.
Tanpa menunggu Jungkook mengucapkan kalimat lain, Lisa segera beranjak keluar dari kamar Tuan Mudanya itu. Lisa berusaha bersikap senormal mungkin dan menutup pintu kamar Jungkook dengan perlahan.
Lisa berjalan dengan cepat menuruni tangga untuk pergi ke kamarnya. Lisa bahkan sesekali melompati dua anak tangga sekaligus supaya ia bisa segera sampai. Tangan kirinya menutupi mulutnya, dan tangan kanannya meremat kuat dada kirinya untuk menetralisir rasa sakitnya.
Tepat setelah Lisa menutup pintu kamarnya, tubuhnya merosot begitu saja di balik pintu. Lisa menekuk kedua kakinya dan membenamkan wajahnya ke lututnya, ia tidak bisa menahan tangisnya yang meledak begitu saja.
"Setidaknya bisa kah dia tidak mengucapkan kata-kata yang selalu menyakiti hatiku?" bisik Lisa pada dirinya sendiri. Bibirnya melengkungkan senyum getir.
Lisa berusaha berdiri dengan berpegangan pada pintu dan berjalan tertatih menuju ke tempat tidurnya. Lisa mendudukkan dirinya di tepi ranjang dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamar ini. Kamar Lisa cukup luas, keluarga Jeon benar-benar sangat murah hati karena memberikan kamar dengan fasilitas yang setara dengan kamar tamu rumah mereka. Kamar Lisa bahkan memiliki kamar mandi di bagian dalam, dan bathup berukuran sedang. Bagi Lalisa, kamar ini terlalu mewah untuk dirinya yang hanya seorang Personal Assistant.
Sedikit banyak Lisa sangat bersyukur memiliki pekerjaan dan fasilitas kelas atas seperti ini. Seberapapun menyakitkannya sikap dan ucapan Jungkook padanya, Lisa bertekad untuk tetap bertahan dengan pekerjaannya ini. Ia harus membayar seluruh hutang budi dan materinya pada keluarga Jeon. Setelah Lisa menyelesaikan semuanya, mungkin saat itu lah Lisa akan berpikir untuk berhenti dan mencari pekerjaan lain. Biar bagaimana pun juga, Lisa tidak ingin seumur hidup menyiksa perasaannya dengan cinta bertepuk sebelah tangan kepada seseorang yang tidak akan pernah membalas perasannya itu sampai kapan pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Personal Assistant | LIZKOOK [DISCONTINUE]
Fiksi PenggemarCerita tentang Lalisa Park, gadis cantik yang 'terpaksa' menjadi Personal Assistant dari seorang member idol group paling fenomenal - Jeon Jungkook, si Golden Maknae BTS, untuk membayar seluruh hutang orang tuanya pada ayah Jungkook, Tuan Besar Jeon...