Lisa meletakkan tiga cangkir teh di meja dengan hati-hati dan mempersilahkan kedua tamu Alisia untuk meminumnya. Sesekali Lisa melirik dengan penasaran pada pada pasangan suami-istri yang tengah sibuk mengobrol dengan ibunya itu. Lisa merasa familiar dengan kedua orang tersebut, namun ia sama sekali tidak ingat di mana ia pernah bertemu atau berkomunikasi dengan mereka.
"Duduklah di sini, Lisa," Alisia menepuk sofa kosong di sampingnya. Lisa mengangguk patuh dan mendudukkan dirinya di samping Alisia.
"Waktu begitu cepat berlalu, rasanya baru kemarin aku melihat Lalisa dan Hyuka berlarian di bawah hujan hanya dengan pakaian dalam mereka. Sekarang, gadis tomboy kita sudah tumbuh menjadi wanita dewasa dan sangat cantik seperti ini," Hana menatap Lisa lekat dan tersenyum haru. Alisia tertawa kecil dan menepuk punggung tangan Hana.
Lisa tidak tahu harus merespon seperti apa sehingga akhirnya ia hanya tersenyum kikuk sambil memeluk nampan yang sejak tadi dibawanya. Lisa tidak mengerti kenapa sejak kedatangannya tadi, Hana selalu mengatakan bahwa Lisa telah tumbuh dewasa dan sangat cantik, seolah Hana tahu bagaimana masa kecil Lisa dulu. Sedangkan Lisa sendiri, sedikit banyak tidak terlalu ingat akan masa kecilnya. Ingatan menyakitkan tentang kepergian Marco membuat Lisa seolah menghapus semua kenangan dan ingatan sejak ia kecil sampai hari meninggalnya Marco. Maka bisa dibilang, ingatan Lisa sekarang hanya dimulai sejak hari meninggalnya Marco sampai saat ini saja. Sedangkan ingatan di hari-hari sebelumnya, menjadi sedikit kabur dan terlupakan.
"Hyuka dulu selalu mengikutimu dan Lea ke mana-mana. Kalian bertiga bermain, makan, tidur, bahkan mandi bersama! Bahkan dulu Hyuka terlihat seperti lebih menyayangi Lisa dibanding kakaknya itu," ujar Hana kemudian.
"Kau benar.." timpal Alisia. ".. dulu Hyuka bahkan menangis selama berjam-jam karena ingin ikut dengan Lisa dan Lea pergi ke sekolah. Bahkan ia akan berlari dengan popok dan dot di mulutnya, untuk mengejar kedua kakaknya yang berangkat diam-diam ke sekolah,"
Hana dan Alisia tertawa. Suami Hana — pria dengan wajah khas kaukasia itu — hanya tersenyum dan memanggut-manggut tanpa berkata-kata mendengar percakapan kedua wanita paruh baya itu.
"Ikatan kalian bertiga benar-benar kuat.." Alisia menatap Lisa sekilas dan tersenyum hangat. ".. kalian bertiga seperti saudara kandung, padahal yang hanya Hyuka dan Lea yang terikat hubungan darah,"
Lisa hanya memamggut-manggut seolah dia mengerti, padahal ia masih kebingungan dengan apa yang sebenarnya dibicarakan oleh ibu-ibu ini.
"Bagaimana kabar Hyuka sekarang? Kita tidak berkomunikasi selama beberapa tahun dan aku benar-benar tidak menyangka jika kalian bisa menemukan kami," Alisia menggenggam tangan Hana dan keduanya tersenyum bersamaan.
"Hyuka sedang menjalani impian masa kecilnya sekarang.." Hana melirik Lisa, dan kembali tersenyum. "..meskipun belum benar-benar menjadi musisi seperti ayahnya. Hyuka bergabung dengan sebuah agensi dan sudah debut sebagai salah satu member sebuah idol group,"
"Oh, sungguh? Aku sangat senang mendengarnya, Hana! Agensi apa yang menaunginya? Apa nama groupnya?" tanya Alisia bersemangat. Lisa memfokuskan dirinya pada Hana. Lisa tiba-tiba mulai mengaitkan pembicaraan ini dengan sekelibat ingatan masa kecilnya yang terlintas di benaknya. Jantung Lisa mulai berdegup sedikit lebih cepat daripada yang seharusnya.
"Kau tahu BigHit Entertainment? Hyuka debut sebagai member dari idol group bernama TXT — Tommorow X Together,"
Mata Lisa membola dan bibirnya sedikit terbuka mendengar penuturan Hana. BigHit Entertainment. TXT. Pikiran Lisa langsung tertuju pada seorang pemuda yang menyapanya di kafetaria BigHit dua bulan yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Personal Assistant | LIZKOOK [DISCONTINUE]
Fiksi PenggemarCerita tentang Lalisa Park, gadis cantik yang 'terpaksa' menjadi Personal Assistant dari seorang member idol group paling fenomenal - Jeon Jungkook, si Golden Maknae BTS, untuk membayar seluruh hutang orang tuanya pada ayah Jungkook, Tuan Besar Jeon...