Bab XXV Lamaran Pernikahan

499 7 1
                                    


Keesokan hari-nya, Yunfei terlihat sudah beristirahat. Energi yang dikumpulkan dalam waktu 6 jam sudah maksimal, Ia beristirahat dan bangun cukup telat karena lumayan  kecapaian menguras energi semalam.
Sekitar jam mendekati tengah hari, Ia terlihat bangun dan membersihkan diri. Dilihatnya keluar rumahnya, Yanping sudah menunggu dirinya.

"Bagaimana kak Yunfei? Sudah sehat?" tanya si nona kepadanya.

"Sangat baik..." tutur Yunfei dengan tersenyum.

"Tadi kakek mencarimu namun karena masih pagi, Ia tidak ingin menganggu dirimu. Ini kusiapkan makanan, ayok ke rumah-ku kita makan bersama." ajak si nona.
Yunfei mengiyakan, mereka sama-sama berjalan ke rumah bambu yang ditempati Yanping, dari luar Yunfei sudah mencium wangi mie dan minyak wijen. Yunfei senang dan mereka berdua menikmati makan siang dan setelah selesai, Kakek Feng juga sudah datang. Ia membawa sebuah nampan masuk ke dalam rumah. Yunfei melihat nampan terletak 2 bilah pedang, Ia segera terkejut. Kedua pedang yang patah ini sudah disambung balik oleh sang kakek selama 13 bulan terakhir ini.
Yunfei melihat pedang kebajikannya, kemudian memperhatikan pedang ketua partai Er-dao. Memandang cukup lama, pedang milik ketua partai yang dilihat sudah tiada hawa iblis. Lantas, Yunfei mencoba mengangkat pedang tersebut, Yanping yang melihat Yunfei tertarik ke pedang ini lantas hendak menghentikannya.
Tetapi Yunfei menggelengkan kepala tanda tiada mengapa, begitu pedang Ia angkat tidak terjadi apa-apa seperti halnya dulu saat Ia membantai semua murid-murid di partai Er-dao.

"Pedang sudah kusambung balik tetapi tentunya kedua pedang ini sudah tidak akan sekuat sebelumnya. Setidaknya pedang ini hanya bisa disimpan tetapi tidak bisa dipergunakan lagi." Sahut kakek Feng.

"Benar sekali, kekuatan pedang ini sudah tidak sekeras dan semantap dulu." tutur Yunfei. Lalu Ia mengangkat pedang Kebajikan. Pedang ini masih tetap ringan namun kekuatannya juga sudah berkurang banyak, Ia menebas pelan pedang ke udara. Dirasakan bahwa pedang memang tidak semantap dan terasa sedikit goyang. Ia tersenyum hambar tetapi tetap merasa puas karena pedang kebajikan ini sudah mematahkan pedang iblis di sebelahnya.

"Kakek simpan di desa misteri saja kedua pedang ini dan sebisanya jangan biarkan lagi berkeliaran di dunia persilatan. Setidaknya dengan tiadanya kedua pedang maka dunia lebih aman tenteram." sambung Yunfei.

"Nah.. beberapa bulan belakangan ini ada informasi dan sebelumnya tidak kuberitahukan karena pelatihan dirimu dan puteri. Sekarang saatnya akan kuberitahukan informasi penting." tutur Kakek Feng.
"Mengenai Yuchi Gong yang pergi ke barat harusnya kamu sudah tahu. Karena merasa penasaran Yuchi Gong hendak mencari sesuatu, ia berusaha pergi ke tempat pelatihan Jianmo dulunya di Tianzhu."

Yunfei sangat terkejut mendengar penuturan kakeknya, dia segera khawatirkan keselamatan adik angkatnya. Namun kakek feng melanjutkan.
"Ia tiba disebuah Kuil yang dahulu didirikan murid Devadatta, Kuil ini masih berdiri. Hanya saja ketika Yuchi Gong hendak bersembunyi untuk memantau situasi, tidak ada pergerakan sama sekali. Ia mencium bau busuk, segera masuk ke Kuil. Semua biksu-biksu disana sudah tewas beberapa hari yang lalu, kesemua tubuh biksu sudah terbalut tulang dan mukanya kisut. Sama seperti cerita Jenderal Cheng Yaojin kemarin tentang Ketua partai Er-dao, Zhou Liman keadaannya bisa dibilang sangat mirip."

Yunfei bertanya bagaimana keadaan adik keempatnya, Kakek Feng mengatakan bahwa Ia sudah kembali ke Chang-an sekitar 20 hari lalu. Yunfei merasa lega ketika mengetahui bahwa adik keempatnya kembali zhongyuan dengan selamat.
"Kapan kejadiannya kakek? Ketika adik keempat di sana memeriksa kuil di Tianzhu?"

"Empat bulan lalu." tutur Kakek Feng.

"Berapa jauh dari sini ke Tianzhu?" tanya Yunfei kembali.

"Dengan kuda cepat dan istirahat normal maka 3 bulan lebih bisa sampai."

"Harusnya memakan waktu sekitar 5 bulanan." tutur Yunfei.

Riakan Awan Iblis PedangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang