25.

974 118 10
                                    

Setelah kejadian kemarin, Nayeon semakin kesal dengan Lalisa. Sudah seenaknya masuk ke kamarnya, dia juga menyia-nyiakan eyeliner milik Nayeon yang masih baru.

Sekarang putri ketiga itu tengah sibuk untuk persiapan pernikahannya.

Menyuruh pelayan ini itu. Apa yang dikerjakan mereka selalu tidak sesuai dengan keinginan Lalisa.

'Cerewet banget tuh ular. Belum tua tapi keriputan mampus lo!!' - Nayeon

"Pelayan, kenapa kau meletakkan itu disini? Aku tidak suka"

"Putri ingin ini di letakkan dimana?"

"Terserah, asal jangan disini"

"Baik putri"

"Heh pelayan. Kenapa tirainya berwarna putih? Aku ingin merah"

"Bunga apa ini? Baunya tidak enak sekali"

"Bagaimana bisa kau sudah selesai sedangkan jendela ini masih kotor!!"

"Kalau nodanya tidak mau hilang, ganti saja lantainya"

"Kau ceroboh sekali!! Bisa-bisanya minuman itu kau tumpahkan di atas taplak meja!!"

Nayeon sedari tadi hanya memperhatikan Lalisa dari kejauhan. Telinganya bisa-bisa tuli mendadak jika mendengar teriakan gadis itu dari dekat.

Gedung pernikahan itu besar, tak perlu memakai mikrofon pun suara Lalisa sudah menggelegar membuat Nayeon jengah.

Dia berpikir sejenak untuk melakukan balas dendam seperti apa kepada adik tirinya itu karena sudah seenaknya sendiri masuk ke kamar pribadinya.

"Gue apain ya biar dia kapok? Sebel banget gue sama si uler" gumam Nayeon.

Berpikir sejenak, dia mendapat ide dan bergegas pergi ke ruangan rahasia. Di carinya barang yang akan dibutuhkan.

Gadis itu kembali ke gedung pernikahan dan celingak celinguk untuk melihat situasi.

"Aman kan ini? Si uler gak ada kan?" monolog Nayeon.

Nayeon bergegas pergi menuju kursi yang memang dikhususkan untuk Lalisa. Dituangkannya lem ke atas kursi lalu diratakan dengan sebatang kayu.

Setelah beres, Nayeon langsung pergi ke tempat yang aman namun masih bisa memantau kursi itu.

Tak berapa lama datanglah putri Lalisa dan ibunya. Berjalan beriringan sambil berbicara, kadang tertawa terbahak-bahak.

Lalisa mendudukkan dirinya di kursi yang ada lemnya, dan Jennie duduk di sampingnya.

Prang..

Seorang pelayan tak sengaja memecahkan gelas yang ada di ruangan itu. Membuat Jennie berdiri dari duduknya hendak memarahi sang pelayan.

Namun dengan cepat Lalisa menahan tangan ibunya.

"Ibu mau kemana?"

"Menghampirinya. Bagaimana bisa pelayan itu memecahkan gelas? Ceroboh sekali"

"Biarkan saja. Biar aku yang memarahinya"

Lalisa ingin bangun dari duduknya tapi tidak bisa dan dia kembali terduduk.

"Kau kenapa sayang?"

"Ibu, kenapa aku tidak bisa berdiri? Sepertinya rok ku menempel di kursi"

"Menempel?"

Jennie berjongkok untuk memeriksa kursi Lalisa. Dilihatnya cairan berwarna kuning diantara kursi dan rok putrinya.

"Apa ini?"

Another placeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang