ALI
"'Kak, kok lo ngga bilang kalo Prilly penulis novelnya?", tanyaku pada Kak Riri yang duduk serius di kursi kemudi.
"Gue juga ngga tau kalo novel dia yang mau dijadiin film. Lagian lo kenal dimana sama Prilly? Bisa-bisanya lo ngga tau kalo dia penulis terkenal.", kata Kak Riri padaku.
"Ya ampun 'Kak. Gue mana sempet merhatiin penulis novel?! Baca novel aja gue ngga ada waktu.", jawabku sewot.
"Iya juga sih.", jawab Kak Riri terkekeh. Aku menatapnya kesal.
"Eh, besok ada casting pemeran wanitanya tuh. Om Reza minta lo dateng.", lanjut Kak Riri.
"Besok emangnya gue ngga ada kegiatan?", tanyaku padanya.
"Sengaja gue kosongin. Om Reza yang minta. Harus dapet pemeran yang chemistrynya kuat sama lo.", kata Kak Riri lagi.
Aku menghela napas berat. Hampir saja aku memiliki satu hari kosong yang bisa saja kugunakan untuk bertemu Prilly. Aku berdecak kesal membayangkan padatnya kegiatan besok, ketika banyak gadis bermakeup tebal berjubel mengikuti casting. Aku menarik pedal di sisi kursi mobilku sambil mendorong tubuhku ke belakang. Aku bersandar malas dan memutuskan memejamkan mataku. Mensugesti diriku sendiri bahwa pasti ada waktunya aku akan bertemu lagi dengan si cantik bermata cokelat itu.
------------------------------------------------------
Akhirnya aku dan Kak Riri tiba di rumah. Aku bergegas mencium tangan Mama dan Kak Alya, lalu naik ke lantai dua, ke kamarku. Sementara Kak Riri membicarakan soal meeting tadi kepada Mama. Aku merebahkan tubuhku di ranjang, menatap langit-langit kamarku sambil menarik rantai kalungku yang tersembunyi di balik kaus dan menyentuh bandul nya yang berbentuk sayap itu.
Aku tiba-tiba teringat sesuatu. Aku merogoh saku celanaku dan mengeluarkan ponselku. Aku menyentuh layarnya. Mengetik sebuah nama dan, aku ingat! Aku punya nomor si cantik! Ada rasa hangat menelusup saat bayangannya hinggap di kepalaku. Aku menatap layar ponselku lagi, menimbang-nimbang untuk meneleponnya.
Aku menyentuh layar ponselku, memejamkan mataku penuh harap dan menempelkan ponselku ke telinga. Agak lama aku menunggu hingga akhirnya suara yang indah itu terdengar dari seberang.
"Halo?", sapanya.
Jantungku berdetak amat cepat. Aku menarik napas perlahan lalu menjawabnya.
"Halo? Prilly?", sapaku.
"Iya. Ini Ali ya?", tanyanya padaku.
Aku terkejut sekaligus senang.
"Iya. Kok tau?", tanyaku kepedean bahwa ia mengingat suaraku.
"Tau dong. Kan ada nomornya. Kemarin kan tukeran nomor.", jawabnya padaku.
Stupid Ali! Aku mengomeli diriku sendiri.
"Oh, iya ya. Lagi ngapain 'Prill?", tanyaku mencari bahan obrolan.
"Lagi nonton tivi.", jawabnya singkat.
"Bukannya lo ngga suka nonton tivi?", tanyaku terkejut
"Iya sih. Tapi ternyata ngga nonton tivi itu buruk juga. Buktinya gue sampe ngga ngenalin lo. Padahal baru setengah jam gue liat tivi hampir semua iklan isinya muka lo.", jelasnya panjang lebar.
"Ah, bisa aja lo. Gue juga parah. Masa gue ngga tau penulis se-hebat dan secantik lo.", kataku padanya.
"Cantik? Apanya? Gue dandan aja ngga 'Li.", jawabnya sambil terkekeh.
"Beneran gue.", kataku jujur.
"Ah, gombal lo.", jawab Prilly sambil tertawa renyah. Ah, suaranya begitu menghangatkan hatiku.
"Eh, 'Prill. Besok lo ada acara ngga?", tanyaku berharap besok malam casting itu sudah selesai dan aku bisa bertemu dengannya lagi.
"Besok ya? Hmm. Besok gue disuruh dateng casting pemeran wanita. Kata Om Reza, dia mau gue ikut menilai chemistry lo sama calon pemeran utama wanitanya.", jawab Prilly panjang lebar.
Aku membelalakkan mataku. Prilly besok datang casting! Hatiku melompat kegirangan.
"Loh? Sama dong. Besok juga gue kesana.", kataku lagi, sambil menyembunyikan rasa senangku yang teramat sangat.
"Oh ya? See you there, then.", jawabnya ceria.
"Iya 'Prill. Tadinya gue mau ngajak lo bareng sih.", kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirku.
Aku memejamkan mata. Jantungku berdetak sangat cepat. Bilang iya, 'Prill. Please!, aku berdoa dalam hati.
"Boleh. Lo ngga repot emangnya?", suara Prilly terdengar bagai angin surga. Such a heavenly voice 'Prill!, aku membatin.
"Ngga kok. Besok gue jemput ya. Eh, alamat lo?", tanyaku sambil menyembunyikan senyum jumawa.
"Nanti gue share location ya, lo cek whatsapp aja.", jawabnya lagi.
"Oke, 'Prill. See you tomorrow then.", kataku menutup pembicaraan.
"See you.", jawabnya sebelum menutup telepon.
Aku menatap layar ponselku dalam diam. Ketika aku yakin telepon sudah ditutup, aku melompat-lompat di ranjangku sambil meninju udara kosong. Yes! Yes! Yes! Aku berteriak tanpa suara. Aku teringat sesuatu kemudian melangkah keluar kamar dan berteriak ke lantai bawah dari depan kamarku.
"Kak Riri! Besok jam berapa castingnya?", aku tak bisa menyembunyikan semangatku.
"Jam sembilan di kantor Om Reza, 'Li. Lo kenapa sih teriak-teriak gitu?", omel Kak Riri yang terkejut karena sedang sibuk ngobrol dengan Mama.
"Besok gue ngga bareng yah, Kak. Ketemu di sana aja.", jawabku lagi.
"Ali, jangan aneh-aneh.", jawab Kak Riri lagi.
"Gue ngga bakal telat, gue janji.", kataku lagi.
"Iya udah, makanya Abang tidur sekarang.", terdengar suara Mama mengiyakan.
"Oke Ma!", kataku penuh semangat, lantas masuk kembali ke kamarku.
Aku merebahkan tubuhku lagi di atas ranjang. Oke, mungkin aku akan kesulitan tidur lagi. Tetapi tidak masalah bagiku. Besok aku akan berjumpa lagi dengan si cantik bermata cokelat! Aku tidak sabar lagi. Aku menatap layar ponselku dan membuka aplikasi whatsapp. Aku melihat namanya muncul di layar, Prisisilly. Aku membuka layar chat dan melihat ia telah mengirim lokasinya padaku. Aku tersenyum memandang layar ponselku.
"Goodnite cantik. See you tomorrow.". Aku mengetik pada layar kemudian menyentuh tombol send.
"Beep.", ponselku berbunyi dan aku berhegas membuka pesan dari Prilly.
Mataku membelalak melihat emoticon smile yang dikirimkannya. Ya ampun, Prilly. Cuma sebuah smiley dan aku merasa senang bukan kepalang. Kamu membuatku gila!, pikirku sambil tersenyum sendiri menatap layar ponselku hampir sepanjang malam itu.
------------------------------------------------------
![](https://img.wattpad.com/cover/26888986-288-k624741.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
wings of alter ego
ФанфикDigo dan Sisi dikirim ke bumi oleh Raja Oskya. mereka harus meninggalkan nightingale. cinta mereka diuji untuk bisa bersatu. identitas mereka diganti, sifat mereka ditukar. akankah mereka bertemu? akankah mereka mengingat satu sama lain? atau bahkan...