ALI
Aku melihat ruangan besar dengan meja tinggi di depanku. Aku menoleh, mencari tahu siapa yang menggenggam tanganku begitu erat. Prilly?, tanyaku kaget. Namun Prilly tak mendengar suaraku. Aku melihat wajahnya basah oleh airmata. Aku melihat ia menatap lurus ke depan, dagunya terangkat namun ia tampak sedih dan hancur.
"Prilly?", aku memanggilnya lagi.
Ia menoleh kepadaku, memutar tubuhnya menghadapku. Ada rasa sakit dalam lubuk hatiku, melihat sorot matanya yang terluka saat menatapku. Ia memejamkan matanya. Aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya, menyandarkan dahiku di dahinya. Hidung kami bersentuhan, aku merasakan aroma yang manis dan lembut itu menyeruak ke dalam paru-paruku. Aku memejamkan mataku, menikmatinya.
"Until we meet again, Digo.", aku mendengar suaranya lirih.
Aku membuka mataku kaget. Digo? Apa maksud Prilly? Siapa Digo? Aku melihatnya masih memejamkan mata, ia tersenyum namun air mata mengalir dari sudut matanya. Aku mengangkat kepalaku menoleh kesana-kemari. Namun yang ku dapat hanya pendar cahaya putih yang menyilaukan. Aku melihat Prilly yang bercahaya dan memudar.
"Prill! Prilly!", teriakku sambil mengguncang tubuhnya yang perlahan menghilang.
Aku menunduk menatap kedua tanganku yang kini ikut bercahaya sekaligus memudar. Aku panik dan bingung. Tapi apa itu? Aku melihat sebuah kalung melingkar di leherku, bandul sayap perak itu menggantung disana. Aku membelalak, melihat diriku perlahan menjadi transparan sebelum akhirnya lenyap.
"Ali?! Ali?! Bangun 'Li!", aku mendengar seseorang memanggilku, mengguncang tubuhku perlahan.
Aku tersentak. Aku membuka mata dan melihat sekelilingku. Aku melihat sepasang mata cokelat yang indah menatapku bingung sekaligus khawatir. Aku mengedarkan pandangan ke sekelilingku. Aku masih berada di kursi malasku, di lokasi syuting. Prilly di kursinya, di sebelahku. Aku melihat ponselku di pangkuanku, aku pasti ketiduran saat menunggu take. Aku memandang ke luar, melihat hujan rintik turun perlahan.
"Lo kenapa 'Li?", Prilly menatapku bingung dari kursinya.
"Ngga apa-apa 'Prill.", jawabku sambil tersenyum.
"Lo sakit ya?", tanya Prilly sambil menempelkan punggung tangannya di dahiku. Sebentuk rasa hangat yang sama dengan yang kurasakan saat dahiku menyandar pada dahi Prilly dalam mimpi tadi muncul begitu saja.
"Ngga kok. Masih belom take ya?", tanyaku lagi, berusaha tak menghiraukan rasa penasaranku.
"Belom 'Li. Nunggu ujan reda kayaknya.", sahut Prilly yang masih menatapku penuh tanya.
"Kenapa? Kok ngeliatin gue kayak gitu?", tanyaku akhirnya.
"Ngga. Ngga apa-apa.", jawabnya sambil memalingkan wajahnya dariku.
"Dih, kok merah tuh pipinya. Awas nanti suka loh sama gue!", aku menempelkan telunjukku di pipinya yang chubby, sambil menggodanya.
"Emang kenapa kalo suka?!", kedua mata cokelat yang indah itu menatapku teduh.
Aku terpaku melihat responnya.
"Hahaha. Ge er lo! Ngga usah terpana gitu liatnya, nanti suka loh! Akting gue bagus ya? Sampe nganga gitu lo liatnya!", tawa Prilly membuyarkan keterkejutanku.
"Masa sih gue ge er? Kok pipi lo tambah merah?", tanyaku sambil menunjuk pipinya lagi.
"Masa sih?!", ia menggapai cermin kecil di meja samping kursinya. Menatap bayangannya penuh selidik.
"Aliiiiii!!!", teriaknya kesal mendapati aku hanya berbohong soal pipinya yang semakin merah.
"Hahaha. Hahaha.", aku tertawa bahagia melihatnya tersipu.
"Udah. Diem. Istirahat. Jangan ganggu. Gue lagi dapet inspirasi nih. Tidur lagi sana, mata lo bengkak tuh, kurang tidur sih.", omel Prilly sambil mengetik di laptop yang dipangkunya.
Aku menatap wajahnya yang serius menatap laptop di pangkuannya. Prilly, apa kamu tahu mataku yang bengkak ini bukan karena aku kurang tidur?! Apa kamu tahu belakangan ini banyak sekali mimpi-mimpi aneh menghinggapiku?! Dan tahukah kamu aku melihatmu di mimpiku?! Melihat mata cokelatmu, menghirup aroma tubuhmu dan merasakan sentuhanmu yang semuanya terasa amat nyata.
Aku mengingat mimpi yang baru saja menghinggapiku. Aku menunduk, menyentuh bandul kalungku yang tersembunyi di balik kemeja yang kugunakan. Aku menyentuhnya perlahan melalui kemejaku. Kenapa Prilly memanggilku Digo?! Siapa Digo?! Bukankah itu nama tengahku?! Aku menunduk, seolah aku bisa melihat bandul sayap itu dibalik kemejaku. Kenapa kamu ada dalam mimpiku?! Kenapa Digo juga memiliki kalung yang sama denganku?!
Kepalaku mulai berdenyut. Aku menghela napas berat. Mimpi-mimpi aneh yang belakangan ini muncul membuatku frustasi. Beberapa hari yang lalu bahkan aku terbangun dengan meneriaki nama Sisi. Benakku memutar lagi potongan gambar yang menghantuiku ketika tatapan teduh dari mata cokelat Prilly sedang tak muncul di kepalaku.
Dalam mimpiku, aku pernah melihat Prilly memiliki sepasang sayap putih besar di punggungnya. Aku sampai bergeming dibuatnya. Aku terdiam menatap Prilly yang bersayap itu dari kejauhan. Namun saat aku menoleh kebelakangku, merasakan sesuatu di belakangku, aku mendapati diriku memiliki sayap yang sama besarnya dengan Prilly hanya saja berwarna hitam.
Saat itu aku berteriak kencang hingga Mama dan Kak Riri datang menghampiriku. Seperti biasa peluh membanjiri tubuhku. Mama mulai khawatir akan kondisiku. Aku yang saat itu merasa bingung, lantas bangkit dari ranjang, membuka kausku dan berdiri membelakangi cermin. Aku menatap bayangan tatoo sepasang sayap yang kubuat sejak aku memulai karirku di dunia entertainment. Apakah sayap hitam dalam mimpiku itu ada hubungannya dengan tato sayap di punggungku?
Aku berdecak frustasi. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa semua begitu tiba-tiba? Perkenalanku dengan Prilly, perasaan aneh yang kumiliki dengannya, hingga mimpi-mimpi aneh ini. Aku menoleh melihat Prilly yang masih sibuk dengan laptopnya. Aku menatapnya melalui kacamata hitamku. Siapa kamu Prill? Mengapa semua begitu berbeda saat aku mengenal kamu?
Kemudian aku melihat Prilly menoleh ke arahku secara tiba-tiba. Ia menatap penuh selidik ke mataku yang berada dibalik kaca mata hitamku. Ia mendekatkan wajahnya ke wajahku, memeriksa apakah aku tertidur. Aku memejamkan mataku sesaat sebelum ia melepas kacamataku. Aku merasakan ia memperhatikanku sesaat sebelum akhirnya ia memakaikanku topi baseball untuk menutupi wajahku yang dipikirnya sedang tidur.
------------------------------------------------------

KAMU SEDANG MEMBACA
wings of alter ego
Hayran KurguDigo dan Sisi dikirim ke bumi oleh Raja Oskya. mereka harus meninggalkan nightingale. cinta mereka diuji untuk bisa bersatu. identitas mereka diganti, sifat mereka ditukar. akankah mereka bertemu? akankah mereka mengingat satu sama lain? atau bahkan...