Ratusan hari ku mengenalmu
Ratusan alasan kamu berharga
Ratusan hari ku bersamamu
Ratusan alasan kamu cahaya
Semampuku....Kau akrab dengan senyum
dan tawa....Semampuku...
Tak perlu lagi kau takut cinta
Suara merdu Tulus itu mengalun dari Laptop milik Kala, menemaninya yang sedang mengoreksi tugas-tugas muridnya. Sesekali Kala ikut bernyanyi, namun lebih sering terdengar decakan saat harus membubuhkan tanda silang pada buku tulis milik muridnya. "Penjelasan tentang persamaan linier ini udah sering dijelaskan, masih juga salah. Astaga. Hah!" Kala membuka kacamata berbingkai hitamnya, kemudian memijat keningnya. Dia menarik napas berulang kali, kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Ah, aku paling suka reff lagu ini," ucapnya ketika Tulus menyanyikan bagian refrain. "Bila aku pegang kendali penuh pada cahaya... kupastikan jalanmu terang..." Kala ikut bernyanyi, sambil memejamkan matanya, penuh penghayatan hingga lagu berjudul Cahaya itu selesai. "Oh, kenapa sih, suara dia bagus banget, bikin hati tenang." Kala memandangi laptopnya, dia sengaja memasang foto Tulus sebagai wallpaper. Dia memang tergila-gila pada penyanyi laki-laki bersuara indah itu. "Lihat ya, nanti pasti aku bisa nonton konser kamu," katanya pada foto di layar laptopnya.
Saat sedang berbicara sendiri dengan foto idolanya itu, Kala dikejutkan dengan dering ponselnya. "Pasti Mama," tebaknya. Kala membalik ponselnya dan tebakannya seratus persen benar. "Ya, Ma?" sapanya.
"Lagi apa, Kal?"
"Biasalah ngoreksi tugas anak-anak. Kenapa, Ma?"
"Oh, kamu udah daftar CPNS?" tanya mamanya.
Kala melihat tanggal di kalendernya. "Belum, Ma."
Terdengar helaan nafas mamanya di seberang sana. "Kamu tuh nunggu apa lagi? Berkas-berkas kamu kan udah lengkap semua. Kala, kamu tahu kan di Jambi formasi penerimaan Guru itu banyak? Kamu jangan menyia-nyiakan kesempatan."
"Kan masih ada tiga hari lagi, Ma."
"Kamu kebiasaan selalu nunda-nunda, pokoknya besok kamu harus daftar. Mama nggak mau tahu."
"Iya, Ma." Kala memejamkan mata dan memijat keningnya pelan. Orangtuanya memang sangat menginginkan Kala untuk menjadi seorang pegawai negeri, karena keduanya juga sama-sama berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil. Ayahnya dinas di Pemprov Jambi, sedangkan ibunya berdinas di kantor kecamatan di dekat rumahnya. Keduanya sama-sama menjabat sebagai kepala seksi.
Kala bukan tidak pernah mencoba untuk ikut test CPNS, dia sudah mengikuti test sebanyak dua kali dan gagal. Jujur Kala sudah malas untuk ikut test lagi, apalagi dia sudah nyaman mengajar di tempatnya sekarang. Namun, menurut pandangan orangtuanya, dia baru dikatakan berhasil dan sukses kalau sudah menjadi pegawai negeri. Apalagi kedua kakaknya, semuanya juga pegawai negeri. Kakak pertamanya—Aliyah, pegawai negeri di RSUD Raden Mattaher Jambi. Begitupula dengan kakak keduanya—Rakha pegawai negeri di Badan Pertanahan di Jambi. Hanya dirinya yang masih berstatus sebagai guru swasta, dan hanya dirinya juga yang berani merantau ke kota lain sejak kuliah.
Kala membuka data-data yang sudah di scan-nya beberapa hari lalu. Kelengkapan dokumen yang dibutuhkan untuk ikut seleksi administrasi memang sudah lengkap, namun Kala masih ragu untuk mengirimkannya. Dia takut gagal lagi, bukan karena takut kecewa pada dirinya sendiri, tetapi dia takut mengecewakan keluarganya. Dia tidak sanggup harus menerima tatapan kecewa dari mama dan papanya seperti dua tahun lalu. Ponsel Kala kembali bergetar, kali ini dia menerima sebuah pesan yang ternyata makin membuat suasana hatinya semakin berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Mimpi (BISA DIBACA DI GOOGLE PLAYBOOK)
RomanceKala dan Aleta, dua orang yang sama-sama mengidolakan Tulus. Keduanya memiliki cita-cita yang sama, yaitu menjadi seorang penyanyi. Sayangnya Kala tidak bisa mewujudkan itu karena telalu takut untuk menentang keputusan kedua orangtuanya yang menging...