Aleta pulang ke rumah dengan perasaan bahagia, Aleta segera naik ke lantai dua menuju kamarnya, membaringkan tubuhnya kemudian langsung menghubungi Laluna. Panggilannya itu langsung dijawab oleh adik mamanya itu. "Ya, Al?"
"Tanteeeee... Voice 3 bakal buka audisi bulan depan, aku mau ikut," ucapnya penuh semangat.
"Wah bagus itu. Kamu dapet info dari siapa?"
"Dari Kak Mia. Katanya aku diminta nyiapin data diri, yang ikut kan rame banget. Kata Kak Mia biar aku bisa audisi di hari pertama, nanti dia bisa bantu. Menurut Tante ini curang nggak?" tanyanya.
"Ehm... nggak sih, kan kamu tetep ikut audisi."
Aleta juga berpikir begitu. "Katanya harus melewati juri biasa dulu sebelum ketemu juri artis. Aku deg-degan sih, Tan, nervous tapi excited juga."
"Tante ngerti perasaan kamu. Tapi, karena ini baru pertama kali kamu ikut audisi, jangan terlalu berekspektasi lebih ya, Al. Saingan kamu banyak, kita ambil kemungkinan terburuk, seandainya kamu nggak lolos, kamu udah siap dan nggak down."
Aleta tentu saja memikirkan masalah ini. Dia tahu di luar sana banyak orang yang mempunyai suara lebih indah dan unik dibanding dirinya. Dan dia sudah menyiapkan hati kalau misalnya dia tidak lolos audisi, setidaknya ini menjadi pengalaman untuknya dan Aleta tidak akan menyerah untuk ikut audisi-audisi di season selanjutnya. "Tenang aja, Tan. Aku nggak akan kecil hati kalau nggak lolos."
"Bagus deh, soalnya banyak yang down saat gagal, karena ekspektasi sih. Oh ya, kamu udah bilang sama Zyan mau ikut audisi?" tanya Laluna.
Aleta menghela napas. "Nah, itu dia Tan, aku belum tahu gimana cara ngomong ke Mas Zyan. Tahu sendiri dia gimana. Inget kan, gimana aku mohon-mohon sama dia buat ikut padus? Itu juga diizinin karena kegiatan sekolah. Kalau ini kan, bukan. Tante ada saran nggak?"
Laluna sendiri juga bingung mau menjelaskannya bagaimana pada Zyan. Laluna tahu sekali alasan Zyan menjauhkan Aleta dari dunia musik. Selama ini Aleta hanya tahu kalau Zyan tidak suka musik karena mamanya seorang penyanyi. Hanya sebatas itu, padahal sebenarnya alasan Zyan lebih kompleks dari itu. "Nggak mungkin kan, kita sembunyi-sembunyi dari Zyan?"
"Iya sih, Tan. Gimana, ya bujukin Mas Zyan?"
"Nanti Tante pikirin caranya dulu, ya. Masih satu bulan lagi, kan?"
"Iya sih."
"Ya udahlah, kamu mending siapin diri dulu aja buat audisi, Al. Latihan, kalau butuh latihan piano, kamu ke sini aja. Minta izin sama Zyan buat nginep," saran Laluna.
"Oke, Tan. Tapi hari Sabtu aku ada jadwal les matematika, Tan." Aleta teringat jadwal lesnya setiap Selasa, Kamis dan Sabtu.
"Lho, udah dapet guru lesnya?"
Aleta mengiyakan. "Guruku di sekolah. Minggu kemarin udah ketemu Mas Zyan. Pake acara dites pula, Tan. Aduh, Mas Zyan itu. Padahal harusnya udah tahu lah ya, Bu Kala kan guru sekolahku. Nggak mungkin nggak kompeten."
Laluna tertawa mendengarnya. "Mas kamu kan perfeksionis. Tante nggak kebayang aja kriteria calon istrinya sesempurna apa."
Aleta meringis. "Mungkin sebelum memutuskan untuk pacaran, Mas Zyan bakal bikin soal gitu, terus dikasih sama gebetannya. Kalau nilainya bagus, baru mereka pacaran," kata Aleta asal, membuat Tantenya langsung tertawa. "Kamu tuh, bisa aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Mimpi (BISA DIBACA DI GOOGLE PLAYBOOK)
RomanceKala dan Aleta, dua orang yang sama-sama mengidolakan Tulus. Keduanya memiliki cita-cita yang sama, yaitu menjadi seorang penyanyi. Sayangnya Kala tidak bisa mewujudkan itu karena telalu takut untuk menentang keputusan kedua orangtuanya yang menging...