Satria adalah pacar pertama Kala. Mereka sudah menjalin hubungan selama hampir tiga tahun. Dulu mereka adalah teman sekolah saat SMA, Satria sudah lama menaruh perasaan pada Kala, namun tidak berani untuk mengungkapkan karena Kala salah satu murid populer di sekolah. Kala beberapa kali mengikuti turnamen bulu tangkis antar sekolah sampai antar daerah. Beberapa murid lain juga menaruh perasaan pada Kala. Saat itu Satria minder, dia hanyalah murid biasa yang culun, dengan kacamata tebal yang selalu menghiasi wajahnya, dan sifatnya yang sedikit penaku membuatnya menjadi bahan risakan teman-teman sekelasnya.Namun, sejak kuliah Satria mulai berubah, dia mulai memperhatikan penampilannya, menjadi lebih rapi dan memutuskan operasi lasik karena minus matanya yang makin parah. Minus mata yang didapatkannya karena sering bermain game di komputer, PES dan juga membaca komik-komik kesukaannya.
Kala dan Satria bertemu kembali saat reuni akbar SMA mereka. Saat itu Kala dan Satria sama-sama baru wisuda. Satria yang bertemu dengan Kala kembali tidak menyiakan kesempatan, dia segera mendekati Kala. Selama ini Satria memang sering mencari tahu tentang Kala, dia tahu kalau Kala kuliah di Universitas Negeri Jakarta, jurusan S1 Matematika. Beberapa kali Satria menyempatkan diri untuk main ke UNJ, menemui salah satu temannya, dan berharap bertemu dengan Kala, namun takdir tidak mempertemukan mereka saat itu.
Itulah kenapa Satria tidak menyia-nyiakan momen ini. Kala sendiri tidak terlalu mengenal Satria, dalam bayangannya dia hanya ingat laki-laki kurus dengan kacamata tebal. Namun, Satria yang duduk di sampingnya berbeda dengan sosok yang diingatnya dulu. Satria memang tidak tampan, biasa saja. Namun kalau diperhatikan Satria lumayan manis. Pertemuan di reuni sekolah itu membuat hubungan mereka semakin dekat, dimulai dengan Satria yang meminta nomor ponsel Kala dan dilanjutkan dengan mereka yang saling bertukar pesan.
Saat itu Satria masih yang baru lulus bekerja di salah satu bank swasta di Bandung. Mereka menjalani hubungan jarak jauh, Jakarta-Bandung. Setiap minggu, Satria menyempatkan diri untuk mengunjungi Kala di Jakarta. Setahun menjalin hubungan, semuanya baik-baik saja. Bahkan karier Satria semakin maju karena diterima di Pertamina, salah satu perusahaan BUMN yang proses masuknya begitu ketat.
Kala ikut senang karena Satria akhirnya bisa diterima di salah satu perusahaan incarannya. Mereka juga tidak perlu menjalani hubungan jarak jauh seperti dulu karena Satria di tempatkan di Jakarta. Memang kosan mereka lumayan berjauhan, namun setidaknya masih di kota yang sama.
Hubungan mereka juga sudah memasuki tahap serius. Tentu saja serius, mereka sudah berpacaran hampir tiga tahun, Satria juga sudah punya pekerjaan tetap. Dari segi usia mereka juga sama-sama sudah cukup untuk menikah, dua puluh tujuh tahun, usia yang produktif.
Kala baru saja sampai di kosannya. Dia berjalan ke kamar, lalu meletakkan buku-buku yang diberikan Satria padanya. Kala tersenyum miris melihat buku-buku itu. "Dilamar pake buku soal-soal test CPNS, mungkin cuma aku yang begini," gumam Kala.
*****
Aleta melirik kakak lelakinya yang sibuk menyetir, kemudian menggelengkan kepala. Hari ini kakaknya itu berbaik hati untuk mengantar Aleta ke sekolah, walaupun sebenarnya Aleta lebih suka kalau diantar oleh Pak Joko. "Mas, kalau nyetir nggak pernah denger musik gitu?" tanya Kala.
"Nggak," jawab Zyan singkat.
"Mas tahu kata-kata Harry Styles tentang musik?"
Zyan menggeleng. "Dia siapa aja Mas nggak tahu."
Aleta berdecak. "Really, Mas? Mas hidup di planet mana sih, selama ini? Jangan-jangan mas alien dari Neptunus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Mimpi (BISA DIBACA DI GOOGLE PLAYBOOK)
RomanceKala dan Aleta, dua orang yang sama-sama mengidolakan Tulus. Keduanya memiliki cita-cita yang sama, yaitu menjadi seorang penyanyi. Sayangnya Kala tidak bisa mewujudkan itu karena telalu takut untuk menentang keputusan kedua orangtuanya yang menging...