Hujan

12 10 1
                                    

Awalnya, dia hanya sebatas imajinasi yang selalu aku tebalkan dengan doa di tiap-tiap garisnya agar terlihat semakin nyata.

Sungguh, aku malu pada allah yang mempertemukan aku dengannya.
Di batas penantianku, aku hanyalah perempuan penuh kekeliruan dalam memahami cinta. Sebab, kebodohan, ketidakmauan, dan kehinaan diri yang kerap menutup mata hati untuk menyadari bahwa tak ada keberkahan cinta yang nyata selain dari-Mu ya Rabb.

"Umi.." ucap ku mencari Umi di dalam rumah
"apa Ti." Jawab Umi dari dapur
"Umi, sedang apa" tanyaku ketika menghampiri Umi ketika Umi sedang memasak di dapur
" Umi sedang masak sarapan pagi"
"Umm.." rengek ku pada umi
"Ada apa"
"Umm, dulu nikah umur umi berapa" tanyaku sambil memotong sayuran
"Umi dulu nikah 23 tahunan, memang nya kenapa nanyain umur Umi saat nikah"
"haha ngak Umm hanya ingin tahu saja"
"Ummi,boleh ngak kalau Ati nikah" ucapku sembari senyum
"haha..anak umi ada-ada aja, yah..boleh lah" ucap umi tertawa saat mendengar perkataanku
"sepertinya anak Umi pengen nikah yah.."
Umi ku telah mengetahui keinginanku untuk segera menikah, aku bertanya pada umi bolehkah aku menikah saat aku masih Muda diumurku yang 20 tahun, Umi menjawab ku bahwa jika aku menikah saat aku masih Muda katanya lebih baik menikah Muda itu kata Umi, dan semuanya terserah padaku jika allah berkehendak Umi tidak bisa menolak.,Ya allah semuanya aku serahkan semuanya pada-Mu.

Setelah membantu Umi di dapur kini aku beranjak ke taman yang ada di belakang rumahku, rasanya tangan ini ingin menuliskan sesuatu dalam sebuah diary, kini aku duduk ber ayunan di sebuah ayunan santai dibelakang rumahku, taman rumahku.

My Diary..
Aku mulai mempertimbangkan langkah ke depannya. Apakah Artinya akan kulabuhkan hatiku padanya. Apakah dia juga berkenan menjadi pelengkap separuh agamaku?

Ya Rabb, Engkau kah yang menghadirkan dia dalam mimpiku sebagai anugerah, atau engkau sengaja menanamkan dia dalam mimpiku sebagai ujian hingga tumbuh benih cinta dan harap yang berlebih kepada Makhluk-Mu? Sampai aku lalai terhadap cinta yang sesungguhnya kepada-Mu. Ya Kariim, Lapangkan hati yang sempit ini. Jika memang dia bukan jodohku, tolong gantikan dengan sesuatu yang lebih mendekatkan hamba pada-Mu, ya Allah.Hamba hanya ingin menjaga diri karena-Mu, ya Mujiib. Engkaulah sang penyembuh hati, Sang penawar luka, Hamba-Mu mohon penuh harap, ya Rabb terangilah jalan jodoh, Hamba.

Kutuliskan catatan diary itu sesuai apa yang sedang aku rasakan sekarang, aku ingat sekarang aku ada kegiatan mengajar di kelas, aku sampai lupa karna sibuk nya menulis diary ini.
Aku berpamitan izin kepada kedua orang tua ku untuk mengajar santri di kelas, ketika sampai di kelas aku melihat kembali Muzib yang tengah duduk di kursi tengah itu, aku mengajar dengan profesional tanpa memikirkan tentang perasaan ini, setelah mengajar 1 jam dan kini waktu tengah menunjukkan pukul 10:35.
Aku pulang baru saja keluar dari pintu kelas tiba-tiba hujan.
Ah! Hujan...
Aku menghentikan langkah dan mendongkak, Menyaksikan hujan yang perlahan-lahan berderai menyentuh tanah, Kutengadahkan telapah tangan untuk menangkap setiap tetesan air yang jatuh dari genting, air hujanya terasa dingin seperti es.
Hujan yang telah turun pada awal bulan November pasti merupakan pertanda baik yang telah allah berikan kepada hambanya, Aku berdoa semoga hujan ini bisa menjadi rezeki dan manfaat bagi setiap Makhluknya.

Aku memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskanya pelan-pelan.Segarnya...

Minggu pertama bulan November merupakan favoritku, Saat kuncup-kuncup bunga di turkey yang mulai bermekaran dan berjalan kaki di kota turkey terasa seperti berada ditengah padang bunga yang harum. Jalan setapak menuju tempat kuliahanku, kuliahanku yang dinaungi banyak pohon-pohon yang tinggi dan hijau, di tambah lagi langit biru yang amat cerah, dihiasi gumpalan awan

putih yang menandakan musim dingin telah resmi berakhir, bayang-bayangku saat waktu dimana aku tengah berada di turkey waktu itu.

Baru saat menikmati suasana hujan yang nyaman ini, seseorang tiba-tiba datang dari arah sampingku, kubuka mataku dengan gusar sepertinya aku mengenali orang itu
"belum pulang" tanyanya ia padaku
Aku menggeleng " aku tidak bisa pulang karna hujan"
Lalu ia memberikannya padaku jaket yang sedang ia pakai "bawalah, agar kau tak kehujanan saat perjalanan pulang nanti" dia berusaha memastikan aku tidak terkena hujan.
"jangan,nanti antum kehujanan"
"hujannya sudah hampir reda,kok.Ambillah".
"terus..bagaimana denganMu" tanyaku
"sudah tidak apa-apa, teduhkan diatas kerudungmu agar kamu tidak kebasahan mungkin badan mu pasti kebasahan karna jaket ku tidak bisa melindungi dari hujan, hanya membuat mu tak terlalu kebasahan saja"

Aku beranikan diri untuk mengungkapkan kalimat ku "terimakasih, kalau begitu saya duluan,assalamualaikum" lanjutku lalu ku teduhkan jaketnya ke atas kerudungku

Doa Dan HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang