Surat-Mu

13 9 1
                                    

Teruntuk atikah

“aku mencintai-Mu,aku hanya tidak tahu bagaimana cara mengatakannya sejak awal aku memang sudah menggagumimu bukan karna apa, namun karna penampilan dan akhlaq mu yang baik, kubiarkan saja diriku terluka,tanpa tahu cara menyembuhkannya.”
Ini adalah doa,doa yang pasrah,atikah.
Diatas sajadah aku bersujud,mengadu kepadanya,memohon rida-nya.jika cinta ini adalah pilihan yang benar persatukanlah hati kami.
Aku bersujud, memuji nama allah, melantukan tasbih dan tahmid,mengisi kesunyiannya diantara aku dan kamu. Jika memang aku tak bisa mengharapkanmu ku hanya bisa menggapai doa. Aku berlindung kepada-mu dari iman yang rapuh inni,ya allah.

                        .........................................

Ah!

Aku menetaskan air mata..mukena yang ku kenakan sudah basah kuyup karena tangis yang tak bisa kutahan saat ku membaca surat ini.
Ya rabb...bahkan, dalam kepedihan bayang-bayang tentangnya selalu bisa membuatku kembali tersenyum.ahh..betapa lemah hati ini.
aku menarik napas diam-diam aku benar-benar merindukannya, meski 1 minggu yang lalu saat kepulangannya baru hari ini disaat malam sholat tahajud aku baru berani untuk membaca surat yang muzib berikan untukku. Ku tahu rasannya berat jika ku baca aku akan kembali mengingatnya.

“lindungi kami dari rasa takut akan kehilangan dan perpisahan karena setiap pertemuan dan kebersamaan hanyalah titipan dari-Mu”doa ku, aku tersungkur dalam sujud di dalam kamarku. dalam lemah tak berdaya,aku menyerah. sebuah keyakinan tumbuh dalam diri. bismillah..kumantapkan hati untuk menikah dengan pilihan orangtuaku, besok hari dimana lelaki itu dan orangtuanya akan datang untuk bertemu denganku.

  ***

Mesjid biru pesantren terlihat dari depan rumahku pada sore hari terlihat lebih indah.

Burung-burung terlihat meramaikan langit yang berwarna jingga,aku duduk di kursi yang selalu ku duduki di halaman rumah depan ku. Hari ini aku melihat abi datang kearahku
"apa Abi mengganggu mu?," tanya abi saat aku termurung di kursi
Aku tersenyum, abi duduk disebelah kursi yang ku duduki sambil menghela napas panjang.

"Sepertinya,ada hal yang berat yang kamu pikirkan"

“tidak abi, aku  hanya sedang diam dan berusaha untuk menyiapkan diri”.

Abi hanya membalas dengan seulas senyum.
“kamu tahu, hati Abi jadi gundah. Apakah mungkin Ati juga merasakan hal yang sama”
“kenapa Abi gundah?”

“Abi melihat raut wajah anak Abi, raut wajahnya yang bikin Abi gundah, apa anak Abi tak siap  untuk berta’aruf dengan Dimas, pilihan Abi dan Umi, jika Ati tak siap, Abi dan Umi sebenarnya tidak memaksa.
Namun kami hanya ingin kamu segera menikah saja.
Umi dan Abi sudah lumayan tua umur Abi dan Umi sudah genap 40 tahun.
Abi dan Umi hanya ingin melihat kamu menikah dan Abi masih bisa menjabat tangan sang calon suamimu nanti.”
“iyah, Abi..Ati mengerti, Ati sudah memantapkan hati untuk menikah dengannya”
“jika benar begitu, Abi senang mendengarnya” Abi pun langsung mencium jidatku saat itu, dan memeluk diriku dengan penuh kasih sayang
“ya sudah bersiap-siap, hari ini dimas akan datang”

“Cinta bukan hanya sekedar ucapan, namun harus dibarengi dengan pengorbanan. Mencintai dan dicintai itu adalah anugerah terindah dari Allah Subhanahu wata’ala, Jangan pernah berhenti dalam berharap, karena Allah itu lebih tau kapan waktu yang tepat untuk mengabulkan permintaanmu.”

Doa Dan HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang