"Lusa aku sudah mulai cuti."
Jimin berujar sembari membuka kemejanya. Ia dan Anna kini sedang bercakap topik ringan di dalam kamar. Usai berbaikan pagi tadi, keduanya kembali seperti biasa. Lucu sekali, seolah tidak terjadi apa-apa.
"Oh, ya? Kalau begitu aku juga akan mengambil cuti."
Anna mengambil kemeja milik Jimin, kemudian menatap Jimin yang tiba-tiba merebahkan dirinya di ranjang dengan badan setengah terbuka. Jimin menghela nafas keras, tengah mengeluh. "Aku pusing sekali dengan urusan perusahaan."
"Besok aku harus menghadiri seminar executive lalu menghadiri press conference mengenai kasus penggelapan dana." Ujar Jimin sembari menutup matanya. Anna mengangkat sebelah alisnya, ia masih sedikit sebal dengan Jimin atas perdebatan telepon tempo hari. Berusaha untuk mengesampingkan rasa sakitnya.
Anna menatap perut sixpack Jimin yang seperti nya sudah mulai hilang dan ia rasa akan membuncit karena sejak menjadi CEO, Jimin tidak sempat untuk pergi gym karena disibukkan dengan berbagai urusan. Anna mendekat, ia memukul perut Jimin hingga pemiliknya mengaduh. "Aduh, Anna!"
"Memangnya kau pikir aku akan tergoda dengan perut buncitmu? Cepat ganti baju sebelum sakit."
Jimin yang merasa dirinya terhina lantas mendudukkan dirinya di ranjang dan menatap Anna sebal. "Buncit apanya? Hei, Anna!"
Jimin berdiri saat melihat Anna menjulurkan lidahnya mengejek. Tangannya bergerak menggelitiki Anna kemudian tertawa bersautan dengan istrinya. Anna terus mundur hingga punggungnya menabrak tembok dan terkukung kedua tangan Jimin yang menempel di tembok di samping kepalanya.
Jimin tersenyum. Perlahan, ia mendekatkan wajahnya dan memejamkan mata.
Ting- tong-
Anna menempelkan jemarinya pada mulut Jimin. Jimin sontak membuka mata dan memutar bola mata jengah. "Tunggu dulu mesra-mesraannya, tuan sok seksi. Pakai baju, aku akan membukakan pintu." ujar Anna sembari terkekeh. Anna menerobos kukungan Jimin lalu berlari kecil menuju pintu ruang tamu sedangkan bel rumahnya masih terus berbunyi.
Anna membelalak, ia memundurkan langkah begitu membuka pintu. "Taehyung, apa yang kau-"
"Jangan macam-macam." ucap Anna yang masih terus mundur lantaran pria dihadapannya yang ia sebut dengan Taehyung terus melangkah mendekat.
Kim Taehyung, mantan kekasih Anna dan kini menjadi suami Hanna. Rumit bukan?
Taehyung menarik tangan Anna, membawanya ke dalam pelukan salam sekali tarik. Anna memekik kaget, ia mendorong dada Taehyung, namun sialnya lelaki ini semakin mengeratkan pelukannya. "Aku tidak tahan lagi, saudaramu sepertinya sudah gila."
"Kau yang gila Taehyung! Lepaskan aku!"
Ingatan tentang Taehyung di masa lampau kembali menusuk kepala Anna. Terputar layaknya potongan-potongan film yang acak. Air mata Anna meluruh. Taehyung yang membentaknya, memukul, bahkan membawa selingkuhannya.
Pelukan Taehyung tiba-tiba terlepas paksa dan tubuh Anna terdorong ke belakang. Jimin meraih kerah baju T-shirt Taehyung. Mendorongnya hingga keluar dari ruang tamu.
"Jimin jangan!" Teriak Anna saat melihat bahwa suaminya sudah mengepalkan tangan kanannya dan hendak meninju. Jimin berhenti mendorong Taehyung, beradu pandang dengan Taehyung. Anna masih terisak di belakang sana, membuat Jimin menggertakkan giginya kesal. Hari sudah gelap dan akan memasuki pukul sembilan malam. Lelaki bernamakan Kim Taehyung ini sepertinya memang agak kurang waras.
Jimin melepaskan cengkraman tangannya di kerah baju Taehyung dengan kasar hingga Taehyung sedikit terhuyung mundur. "Sepertinya kau harus berbicara empat mata denganku, Kim Taehyung."
![](https://img.wattpad.com/cover/210441867-288-k719648.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless ✔
Kort verhaalAnna mencintai Jimin seperti icarus mencintai matahari. Semakin dalam, semakin sakit.