13-; Between You and Me.

1.2K 133 103
                                    

Membuka lembaran baru, menutup lubang yang menyebabkan Anna terperosok, tercebur, tenggelam dan hampa. Anna mencoba memulai merapikan helai demi helai kehidupannya yang telah berantakan bagaikan benang kusut, amat sulit diuraikan dan dicari ujung pangkalnya. Anna memandang refleksi wajahnya pada cermin.

Tubuhnya dibalut jas berwarna krem yang menutupi kemeja putihnya. Anna sedikit memoles wajah dengan make up lantaran wajahnya kacau bukan main sebab semalam ia menangis begitu parah sebelum tertidur tanpa sengaja. Mata bengkak serta kantung matanya menghitam.

Hari ini adalah hari dimana sidang perceraiannya akan terlaksana.

_____

"Saudara Jimin, apakah anda keberatan dengan gugatan saudari Anna?"

Sepi, sunyi. Jimin terdiam dengan semua belenggu, semua perasaan sesak yang meresahkan.

"Tidak, hakim." Ucap Jimin dengan suara beratnya.

Jimin mengepalkan jemarinya kuat-kuat, sebagai ganti dari pelampiasan sesak di dadanya. Jimin duduk di kursi yang berjarak sekitar 1 meter di samping Anna. Tidak ada pengacara, Anna ingin menyelesaikan persidangan ini tanpa bantuan dari orang lain nampaknya.

Setiap kata yang di lontarkan hakim, setiap paku yang diketuk ikut menghancurkan Jimin perlahan. Sedikit demi sedikit, sampai hancur tak bersisa. Jimin menjawab dengan kesepakatan yang Anna dan dirinya telah bicarakan tempo hari. Tanpa ada sanggahan apapun dari hakim, proses persidangannya cepat sekali.

"Apa janji yang saudara dan saudari buat saat di altar? Masih ingat?"

"Berjanji bahwa akan terus bersama, melawan rintangan, hujan, angin. Berpegangan erat satu sama lain, satu untuk selamanya."

Air mata Anna hampir saja jatuh saat ia dan Jimin berucap bersamaan. Anna memejamkan mata dengan kening berkerut, hampir kelepasan. Matanya terbuka, menatap hakim yang masih tidak kunjung membuka suara.

"Saudari Anna, saya akan bertanya pada anda untuk yang terakhir kalinya."

"Apa saudari sudah yakin ingin bercerai dengan saudara Jimin?"

Anna sempat terdiam. Otaknya mengatakan iya, namun hatinya tidak. Bertabrakan, sampai kelu lidah Anna untuk bersuara rasanya. Jimin menoleh, menatap Anna dalam.

Anna mengambil nafas, kemudian mengangguk mantap.

"Saya yakin."

"Saudara Jimin, sekali lagi. Apa anda bersedia?"

Jimin masih menatap Anna, penuh makna, penuh arti. Beberapa memorial tentang Anna terputar acak di kepalanya. Saat-saat paling indah dalam hidup Jimin bersama Anna, dari hal kecil sampai besar. Jimin tidak punya pilihan lain menebus kesalahannya.

"Saya bersedia."

Palu diketuk. Sidang selesai dengan cepat tanpa debat. Jimin mengalihkan pandangannya beserta seluruh atensi yang awalnya terpaku pada Anna. Menunggu pernyataan hakim.

_____

Anna keluar dari ruang sidang dengan dada yang sesak. Berulang kali mencoba berjalan dengan tegap dan kepala yang terangkat. Anna berjalan mendahului Jimin yang langkahnya melambat. Secepat dan sebisa mungkin pergi dari sana. Taehyung melambai, menunggu Anna di depan mobil.

Taehyung-lah saksi yang Jimin bawa untuk memperkuat gugatan Anna. Si manajer utama yang saat di bar duduk di samping Jimin dan melihat semuanya.

"Anna."

Langkah Anna terhenti saat Jimin memanggil dengan suaranya yang berat. Dadanya berdesir setiap Jimin memanggil namanya. Tetap memunggungi Jimin, tidak berniat sama sekali membalikkan badannya.

Limitless ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang