8. fake happy

1.7K 94 2
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Happy Reading Readers❤
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Fake happy? Aku selalu memakainya"
-Kania Jey-

Langit yang cerah, burung-burung berkicau dengan indahnya disertai sinar matahari yang menerangi langit membawa kesan yang tenang dan sejuk.

Disebuah kamar terdapat seorang gadis yang sedang memejamkan matanya. Setiap Menit berlalu dengan cepat begitu juga dengan gadis ini yang terlihat baru saja membuka kedua matanya.

Kania yang merupakan gadis itu turun dari ranjang berjalan menuju kamar mandi, membersihkan wajahnya dan mulai membersihkan kamarnya itu. Kania membuka jendela kamarnya dan melihat sahabatnya, Kei yang memakai seragam sekolah. Kania tersenyum miris melihat keadaannya yang harus berhenti sekolah hanya karena kelakukan Tante girang itu, Kania menghela napas dan berjalan lalu duduk di tepi ranjang sambil mencari lowongan pekerjaan lewat hp-nya.

Kania mengulas senyum tipis saat melihat ada lowongan kerja. Dengan sigap Kania mengganti pakaiannya dan pergi dari rumah menuju cafe itu yang membuka lowongan kerja.

KANIA

Juan menghela napas lega setelah semuanya selesai dengan baik untungnya ada bantuan dari Diana, managernya yang baru saja naik jabatan. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Juan.

"Masuk"

Juan menatap Diana datar. "Ada apa?"

"Ada seorang gadis yang ingin bekerja disini," ucap Diana sopan

"Biarin dia masuk"

Diana masuk dan menatap ke belakang. "Masuklah, Bos orangnya baik"

Gadis itu yang tak lain adalah Kania masuk dengan perlahan dan seketika melebarkan kedua bola matanya.

"Elo?"

"Kania?"

Diana yang tidak ingin mencampuri urusan Bosnya memilih keluar tidak lupa menutup pintu.

"Napa lo lamar kerja? Seharusnya lo di sekolah bukan disini"

"Bukan urusan lo dan gue baru tau kalo lo punya usaha kecil kek gini"

"Ini usaha Papa gue, anak kecil diam"

"Cih"

Juan tersenyum miring. "Lo gue terima bekerja disini dan kerja lo dimulai dari sekarang"

"Hah? Bukannya harus tes ya?"

"Nanti aja tesnya gue mau liat cara kerja lo itu"

Kedua mata Kania berbinar-binar karena senang telah diterima bekerja di cafe ini dengan mudahnya.

"Makasih Juan"

"Hm"

Juan menatap pintu yang telah ditutup kemudian Juan mengalihkan pandangannya pada sebuah map yang berisi biodata Kania. Juan mengambil map itu dan mulai membacanya.

Ditempat lain...

"Kamu kenapa?"

"Aku tidak apa-apa"

"Tidak biasanya kamu melamun seperti ini," heran Nini

Deon mengulas senyum tipis. "Aku baik-baik saja Nini, mungkin aku harus istirahat dulu"

Nini mengangguk. "Baiklah"

"Apa yang harus kulakukan," batin Deon

"Ini pesanannya," ucap Kania ramah

Kania mengusap keringat yang memenuhi dahinya. Kania menghela napas dan duduk di dapur karena waktunya untuk istirahat.

"Kania ayo makan di rooftop," ajak Diana

"Aku tidak bawa bekal"

"Tidak apa-apa kita bisa berbagi kok"

Kania mengangguk dan mengikuti Diana menuju rooftop.

KANIA

"Kamu seperti temanku"

"Memangnya temanmu itu seperti apa?"

Diana menatap Kania. "Dia adalah gadis polos dan sangat baik, sayangnya dia selalu disiksa oleh keluarganya sendiri. Dia.... mengakhiri hidupnya karena tertekan akan siksaan keluarganya"

DEG

"Bukan cuma itu dia juga adalah kekasih Bos"

Kania melebarkan bola matanya. "Kalau boleh tau siapa namanya?"

"Itu rahasia, Bos akan sangat marah jika kamu mengetahuinya"

Kania mengangguk. "Baiklah"

"Kania, janganlah pasang wajah palsu dan aku mohon jangan bunuh diri"

"Aku harus melakukannya. Sangatlah menyesakkan jika aku tidak melakukannya"

Diana langsung memegang kedua tangan Kania. "Plisss...aku tidak ingin kehilangan temanku. Melihatmu sama seperti melihat dia yang telah pergi jauh, aku sangat menyanyangimu Kania"

Kania melepaskan genggaman Diana dengan pelan.

"Jangan menyanyangiku karena aku tidak akan membalasnya. Aku tidak pantas untuk disayangi, sebentar lagi aku akan pergi ke suatu tempat yang membuatku bahagia"

Diana tertegun. Diana berharap agar Kania tidak melakukan hal itu.

Tanpa mereka sadari bahwa Juan mendengar ucapan mereka. Juan mengepalkan kedua tangannya, Juan tidak ingin semua orang mengetahui kematian Veisya. Juan tidak suka itu.

KANIA

Kania mengusap airmatanya kasar. Baru saja Kania pulang tiba-tiba Ika menyuruhnya untuk membersihkan kolam. Kania ingin melawan tapi dia tau kalau Ika akan terus menyiksanya sampai Kania mengikuti perkataannya.

"Fake happy Kania"

"Kamu tidak pantas disayangi karena kamu ditakdirkan untuk dibenci bukan disayangi," lanjut Kania

Kania menekuk kedua lututnya. Airmatanya tidak pernah berhenti mengalir. "Aku ingin mati. Mati, mati, mati!!!!"

"KALIAN DENGAR ITU? AKU INGIN MATI! JADI BUNUH AKU SEKARANG JUGA!"

Kania mengambil silet di dalam saku celananya dan mulai menyayat pergelangan tangannya.

"Hiks...hiks...hiks...aku ingin pulang," lirih Kania disertai isakannya

Deon mendengar semuanya. Kesedihan Kania benar-benar menyayat hatinya, Deon meremas dadanya dibalik kaosnya dengan erat.

TBC

Kania (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang