14. plisss...biarkan aku mati

1.8K 88 2
                                    

"Siapapun itu...biarkan aku mati"
-Kania Jey-

Don't forget voment!

Happy Reading Readers❤
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kania PoV

Aku membuka kedua mataku dan kaget melihat diriku yang berada di ruang bawah tanah. Sepertinya Deon dan Ika membawaku di ruang bawah tanah ini. Aku meringis saat luka di punggungku tersentuh dengan dinding. Aku berdiri susah payah dan mulai melangkah dengan berat, tiba-tiba aku terjatuh namun aku tidak menyerah, aku berdiri lagi dan berusaha berjalan meskipun seluruh badanku terasa remuk akibat siksaan Deon dan Ika.

Sampai. Aku menghela napas lega setelah sampai di kamar. Untuk berjalan ke kamar saja membutuhkan tenaga ekstra.

"Kamu kuat Kania dan teruslah pakai topeng palsumu," gumam Kania sambil memejamkan kedua matanya dan membuka kembali kedua matanya yang berwarna coklat terang

Tidak ada yang mencintaiku. Aku jelek. Sangat jelek. Aku ingin mati. M A T I. Kata itu terus terngiang di benakku. Aku ingin mati itu saja tidak lebih.

Ternyata tidak ada orang yang menginginkanku. Semuanya menjauhiku satu-persatu. Aku kehilangan sahabatku lalu aku kehilangan kepercayaan pada Juan. Semuanya hancur. Mungkin hatiku membutuhkan pengobatan lagi, hati ini sekarat.

Plisss....biarkan aku mati.

Kania End PoV

"Jangan menyentuhku!" Marah Kei

"Kei," tegur Rudi

"Lo gak maafin gue?" Heran Juan

Kei menatap Juan penuh kebencian. "Bukan berarti lo Kakak gue terus gue harus maafin lo. Lo yang udah buat persahabatan gue dengan Kania hancur! Jadi lo harus tanggung jawab"

"Iya, gue bakal tanggung jawab"

"Hm"

Kei masuk ke dalam kamar membiarkan Juan frustasi yang harus memikirkan Kania lagi.

"Siapa Kania?" Tanya Rudi

"Sahabatnya Kei"

"Lalu bagaimana kamu mengenalnya?"

"Nanti saja jawabannya, Juan pergi dulu"

KANIA

Kania membuka kedua matanya. Kania turun dari ranjang dan berjalan tertatih-tatih dan membuka lemari mengambil beberapa baju dan memasukkan di ransel besar. Ya, Kania berencana ingin keluar dari rumah terkutuk ini. Kania tidak peduli dengan CCTV yang merekamnya yang pasti Kania ingin cepat-cepat keluar dari rumah ini.

Kania melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 10 malam. Sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk melarikan diri. Kania membuka jendela dan mulai menurunkan kain-kain yang telah dia sambung sejak siang tadi. Kania menyampirkan ransel di bahunya dan mulai turun ke bawah menggunakan kain itu.

Sampai. Kania meringis saat lukanya berdenyut, tidak mau membuang waktu lagi Kania berjalan dengan cepat mengabaikan lukanya yang terus berdenyut. Tiba-tiba Kania menghentikan langkahnya dan melihat Deon, Ika, Nio dan Nini yang berjaga di depan gerbang sambil menatapnya sinis.

"Ternyata kamu punya nyali juga ya sampai berusaha kabur dari rumah ini," sinis Ika

"Setiap manusia punya nyali. Dasar bodoh," balas Kania

"Dasar anak pembawa sial!" Marah Deon

DEG

Berusaha agar tidak terpengaruh dengan ucapan Deon, Kania menatap balik Deon.

"Gue gak bicara sama lo Bangka tua," ucap Kania yang berusaha tegar

Plak

"Jaga bicaramu!"

Kania menatap Ika. "Buat apa gue harus jaga bicara gue sedangkan dari kecil gue gak pernah di didik dengan baik! Jadi jangan sok suci disini. Kita sama-sama berdosa"

Ika menggeram akan ucapan Kania padanya. Gadis ini ingin bermain-main dengannya.

Ika tersenyum miring lalu menatap Nio dan Nini.

"Seret dia dan siksa dengan kejam"

Dengan kasar Nini menarik Kania tidak peduli dengan teriakan Kania padanya.

Malam itu menjadi malam yang paling menderita bagi Kania. Kania disiksa dengan sangat kejam. Dengan keadaan yang sangat mengenaskan membuat Kania tidak bisa lari dari rumah ini. Nio dan Nini meninggalkannya sendirian di halaman rumah seolah-olah tidak membuat sesuatu.

Tanah itu berubah menjadi warna merah yang pekat. Dengan susah payah Kania berdiri lalu berjalan dan mengambil ranselnya.

Nafasnya yang memburu membuat tubuhnya semakin melemah tapi Kania tidak menyerah, Kania berjalan meskipun seluruh tubuhnya remuk disertai darah yang menetes di tanah membuat tanah itu berbau anyir. Tiba-tiba Kania terjatuh di depan pagar yang besar.

KANIA

Keesokan harinya...

"Bangun"

"Woyyy bangun"

Byuuur

Kania membuka kedua matanya dan kaget saat Deon yang menatapnya tajam.

"Cepat buatin sarapan! Aku lapar," perintah Deon lalu pergi

Sedangkan Kania hanya menangis dalam diam. Kania ingin melawan tapi Kania tau bahwa dirinya ini terluka secara fisik maupun batin jadi Kania memilih diam dan mengikuti perintah Deon. Lama-kelamaan Kania semakin melemah karena mereka menyiksanya dengan sangat kejam mau melawan pun, mereka akan membalasnya lebih dari itu.

TBC

Akhir-akhir ini author lebih malas buat cerita:( gak tau kenapa, tapi author tetap usaha. Bahkan cerita ini pendek gak sampe 1000 kata, maaf ya Readers.

Jangan lupa voment ya! Satu komen sama satu vote itu berdampak besar bagi author😌

Kalau perlu Readers bisa bagikan cerita ini ke teman-teman readers...author harap cerita ini gak membosankan😑

See youuu Readers❤

Kania (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang