11. menderita

1.8K 94 5
                                    

"Hidupku tidak luput dari kata 'menderita'"
-Kania Jey-
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Don't forget voment!

Happy Reading Readers❤

Kebahagiaan Kania tidak bertahan lama karena Kania harus menderita lagi setelah dia pulang dari cafe. Ya, Kania baru saja disiksa habis-habisan oleh selingkuhan orangtuanya. Nio dan Nini memang membuat Kania hampir mati.

Keadaan Kania yang bisa dibilang mengenaskan dan kacau membuatnya sangat susah untuk berdiri. Menggerakkan kedua tangannya saja susah apalagi berdiri.

Gadis mungil itu mendorong tubuhnya menggunakan kedua tangannya yang patah, memang sangatlah sakit jika digerakkan tapi mau bagaimana lagi? Kania harus berusaha. Kania menghela napas dan melanjutkan kegiatannya itu. Sampai. Kania membuka pintu dan langsung menghela napas lega setelah bersandar di tepi ranjang.

Rambut yang acak-acakan, kedua tangan yang dipenuhi memar lalu patah, kedua kaki yang terluka akibat cambuk dan terakhir wajahnya yang dipenuhi dengan memar dan bekas tamparan.

Satu kata. HANCUR.

Flashback

Kania menutup pintu rumah dengan perasaan senang. Gadis mungil itu masih saja tersenyum karena peetemuannya dengan Kei, membuat Kania merasa senang.

BRUK

"Akh," ringis Kania saat terjatuh

Tiba-tiba rambut Kania ditarik dengan kasar dan langsung saja tamparan mendarat dengan sempurna di kedua pipi Kania yang mulus nan putih itu.

"Sialan!" Umpat Kania

Nini tersenyum miring. "Sudah ditampar juga, masih banyak mulut"

"Mulut gue cuma satu bukan banyak"

Kesal, Nini melempar tubuh Kania seolah-olah Kania adalah barang. Dengan tidak rasa kasihan Nini menginjak kedua tangan Kania sampai kedua tangan itu mengeluarkan suara.

Ruang tamu yang tadinya hening langsung dipenuhi dengan teriakan Kania.

"Makanya jangan cari masalah denganku"

"Cari masalah denganmu? Cih, buat apa gue cari masalah dengan jalang?!"

Tiba-tiba Nio datang dan langsung mencambuk tubuh yang lemah itu. Kania mengatupkan mulutnya agar tidak mengeluarkan suara. Nio semakin memperkuat cambukannya dan hal itu tidak luput dari tatapan kedua orangtuanya. Deon dan Ika hanya menatap Kania datar tanpa ada rasa kasihan sama sekali lewat tatapan kedua orang itu.

Kania mengeluarkan arimata saat Nio mencambuk kedua kakinya dan mengeluarkan darah yang sangat banyak.

Penyiksaan itu terus berlanjut dan tidak tau kapan penyiksaan itu akan berakhir.

End Flashback

KANIA

Dengan sangat terpaksa Kania harus izin lagi dengan alasan sakit. Sebenarnya Kania ingin kerja tapi kedua tangannya yang patah itu membuatnya tidak bisa bekerja. Yang dilakukan Kania hanyalah duduk di kamar sambil merenungkan hidupnya yang semakin hancur saja.

Kania menatap ponselnya yang berdering dimana layar itu tertera nama Kei. Kania hanya melihat tanpa mengangkatnya, buat apa mengangkat telfon jika kedua tangannya patah? Sama saja Kania membuat dirinya sendiri lebih sakit. Tubuhnya yang tidak bisa digerakkan membuat Kania semakin sedih dan benci secara bersamaan.

Kania (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang