6. tidak ada yang menginginkanku

1.9K 101 5
                                    

Kania menatap tajam orang itu yang menghentikan aksinya dalam bunuh diri. Bangka tua itu sepertinya menghetahui aksinya sampai dia datang lalu menghentikannya.

"Kenapa? Biarin gue mati sekarang juga!" Tegas Kania

Deon menatap Kania kosong. Entahlah melihat aksi nekat itu membuatnya takut kehilangan anaknya? Deon menggelengkan kepalanya, dan menatap Kania.

"Aku cuma mau bilang kalo bunuh diri lebih baik jangan di sini, aku gak mau harus ngangkut mayat kamu! Lakukan aksi kamu itu di tempat lain saja jangan di sini," sarkas Deon

DEG

Hati Kania terasa tersayat begitu mendengar ucapan yang keluar dari mulut orangtuanya tersebut. Kania berpikir kalau Bangka tua itu akan menyesal ternyata tidak, justru Bangka tua sangat senang dan merekomendasikan tempat yang lebih baik untuk melakukan aksinya yang tertunda tadi.

Ternyata memang benar. Tidak ada yang menginginkannya. Semua orang membencinya. Luka dalam hatinya makin besar akan setiap penderitaan yang Kania rasakan.

Kania memejamkan matanya dan setetes airmata jatuh begitu saja. Kania membuka matanya menatap Deon dengan sarat akan keputusasaan.

"Makasih atas saran lo, gue bakal lakuin aksi gue di tempat lain. Lo tenang aja gue pasti melakukannya dengan baik kok tanpa ada hambatan"

Ucapan Kania benar-benar membuat Deon menyesal? Hatinya terasa sakit melihat anak semata wayangnya itu mengatakan hal seperti itu, tidak mau memusingkan perasaan yang dia rasakan Deon keluar dari kamar Kania dan menutup pintu.

Kania menatap pintu itu lama. 1 menit. 2 menit. 3 menit. 4 menit. 5 menit. Jauh dalam lubuk hati Kania, Kania berharap akan ada seseorang yang datang menolongnya lalu memberikan Kania kebahagiaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Kania melihat pergelangan kedua tangannya yang tadi mengeluarkan darah sudah mengering bahkan masih ada bekasnya, Kania sempat berpikir kenapa dia harus hidup jika dia tidak di inginkan?

Kania sangat menyanyangi Bangka tua dan Tante girang alias Deon dan Ika. Meskipun Kania sering melawan tapi dia begitu menyanyangi kedua orang itu walaupun mereka menyiksanya dengan kejam layaknya dia adalah budak. Tapi memang begitulah kenyataannya, Kania menyanyangi kedua orangtuanya.

"Semuanya palsu. Tidak ada yang nyata disini," gumam Kania

KANIA

Juan menghela napas kasar. Gadis itu. Gadis itu persis dengan Veisya. Juan masih mengingat nama gadis itu. Kania. Nama yang begitu pas saat Juan menyebutkannya lewat mulutnya. Entah apa yang akan terjadi kali ini, mengapa Juan harus bertemu dengannya? Juan tidak ingin berurusan dengan gadis itu. Juan hanya ingin menyendiri menikmati hidupnya.

"Kania Jey. Lo berhasil buat gue penasaran," gumam Juan

"Maksud lo apa berhentiin gue sekolah hah?!" Marah Kania

Ika berseringai menatap Kania remeh. "kalau aku suka? Kan yang menyekolahkanmu itu aku jadi hak aku dong buat berhentiin kamu sekolah"

Kania menggeram. "Lo! Dasar Medusa!"

"Apa kamu bilang? Medusa?" Marah Ika

"Kenapa? Masalah buat lo? Mulut... mulut gue"

Dengan kasar Ika membenturkan kepala Kania di dinding sampai mengeluarkan. Dinding yang tadinya berwarna putih berubah jadi warna merah yang pekat. Tidak sampai disitu, Ika memukul Kania brutal menggunakan cambuk yang dipegangnya sedari tadi.

Sedangkan Kania hanya memejamkan kedua matanya sambil mengepalkan kedua tangannya berusaha agar tidak berteriak akibat cambukan Ika yang semakin kuat.

Kania (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang