4. Juan Aditya

2.3K 109 11
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Mohon dimaafkan kalau ada typo dan kesalahan kata:)

Happy Reading Readers❤
.
.
.
.
.
.
.
.

Cowok itu menatap seorang cewek yang sedang melambaikan tangan padanya. Cowok itu menghampirinya dan langsung kaget akan kelakuan cewek yang memeluknya dengan erat, cowok itu yang tak lain adalah Juan membalas pelukannya. Cewek itu yang adalah Bunga melepaskan pelukannya dan tersenyum pada Juan sedangkan Juan hanya menatap datar.

Bunga terkekeh. "Sorry ya kalo gue lancang meluk lo"

Juan menggeleng. "Gak apa-apa"

"Gue udah kasih tau sama Alan dan Om Ridel kalo elo udah pulang"

"Hm, gue mau ke Veisya dulu"

"Gue ikut dong"

"Hm"

Bunga mendengus dan mengikuti Juan dari belakang. Akhirnya Juan bisa kembali lagi di Indonesia setelah selesai menjalankan studinya di Selandia Baru, Juan juga sudah memberitau Ayahnya bahwa dia sudah pulang. Tapi Juan harus pergi ke suatu tempat dimana belahan jiwanya itu berada. Veisya. Mengingat kekasihnya yang mungil itu melakukan hal yang nekat membuat Juan lebih sedih dan terpuruk.

KANIA

Juan menatap nisan itu dengan datar. Bunga meninggalkan Juan sendiri karena Bunga tau kalau saat ini Juan membutuhkan waktu untuk sendiri. Juan berjongkok dan mengusap nisan itu dengan lembut seolah-olah sedang mengusap puncak kepala Veisya.

"Kamu semakin cantik"

"Sayang...aku telah kembali apakah kamu tidak menyambutku dengan senyumanmu yang menawan itu?"

"Hei...aku sangat merindukanmu rasanya aku ingin sekali mengikutimu"

"Hiks...kamu tega sekali meninggalkan aku. Kamu membuatku hancur secara perlahan tanpa kehadiranmu..."

"Aku sangat mencintaimu Veisya...sangat mencintaimu"

Juan menundukkan kepalanya, setelah sekian lama airmata itu keluar juga. Juan menangis dengan kuat meremas nisan itu erat, menyalurkan rasa rindunya yang tak bertuan. Kehilangan sosok yang sangat dicintai bukanlah hal yang mudah, Juan beralih memegang cincin yang diubahnya menjadi kalung. Cincin itu begitu indah jika salah satu dari mereka masih ada, mungkin sekarang Juan tidak menderita seperti ini. Juan memegang kalung itu erat seolah-olah Veisya berada disana.

Juan mengusap airmatanya lalu berdiri menatap nisan itu begitu sendu dan sarat akan kerinduan yang membuncah. Hanya Veisyalah yang mampu mengubahnya, jika saja...jika saja Juan datang lebih cepat mungkin dia sangat bahagia dengan Veisya saat ini.

"Aku pergi dulu, jaga dirimu baik-baik dan asal kamu tau tidak ada yang mampu menggantikan dirimu di hatiku. Hanya kamu Veisya, yang akan selalu membuatku tersenyum dan tertawa"

Juan pergi dari nisan itu dengan langkah yang sangat berat. Ingin sekali Juan berada di sana menemani Veisyanya yang sendiri tapi dia bisa dianggap gila kalau bertahan disitu. Juan menatap gelang yang terpasang begitu indah di tangan kanannya, gelang yang ada inisial J dan V membawa kesan romantis bagi gelang itu. Tapi tidak dengan Juan, gelang itu membawanya pada suatu kejadian yang kelam dimana dia harus kehilangan kekasihnya untuk selama-lamanya.

"Sudah selesai?"

Juan hanya mengangguk lalu menuju ke mobil diikuti Bunga dari belakang. Bunga menatap punggung Juan dengan sendu, punggung yang selalu berkata baik-baik saja padahal tidak baik-baik saja. Tanpa Veisya hidup Juan serasa mati setengah. Tapi mau bagaimana lagi nasi telah menjadi bubur dan Juan harus bangkit dari keterpurukannya.

Kania (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang