16. Kania dan Veisya berbeda

2K 92 2
                                    

"Sadarlah! Kania dan Veisya berbeda!"
-Egel Dermansyah-

Don't forget voment!

Happy Reading Readers❤
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Juan PoV

Kania. Veisya. Nama mereka berdua selalu saja berputar di kepalaku. Sebenarnya apa yang terjadi denganku? Akhir-akhir ini aku membandingkan Kania dan Veisya. Apa jangan-jangan...tidak. Itu tidak boleh terjadi aku tidak mau harus diperhadapkan dengan dua hal.

Aku telah berjanji pada diriku sendiri terlebih pada Veisya bahwa aku akan selalu mencintainya dan tidak ada yang dapat mengganti posisinya. Cintaku pada Veisya sangatlah dalam apalagi Veisya adalah cinta pertamaku.

Kania dan Veisya memang mempunyai kesamaan. Mata mereka yang berwarna coklat terang ditambah penderitaan yang mereka alami membuat siapa saja beranggapan bahwa mereka berdua seperti kakak-beradik. Tapi, ada yang beda. Sifat. Kania yang jutek lalu Veisya yang lemah lembut. Jujur aku merasa nyaman saat bersama Kania tapi aku bingung dengan perasaanku sendiri. Aku tidak ingin menyakiti Kania lebih jauh.

Juan End PoV

Saat ini Kania berada di tepi kolam. Kania menggoyangkan kedua kakinya yang berada di dalam kolam sambil menatap dirinya lewat pantulan air kolam tersebut. Tatapannya menyiratkan kekosongan. Hari ini Kania bebas dari penyiksaan keempat orang itu. Deon, Nini, Nio dan Ika sedang menghabiskan waktu bersama. Entah sampai kapan keempat orang itu menjalani hubungan yang jahat di mata orang-orang. Tubuh Kania benar-benar dibuat remuk oleh Deon dan Ika karena kedua orang itu menyiksanya tanpa henti, untung saja Kania bisa cepat mengobati luka-lukanya hingga luka-luka itu bisa mengering dengan cepat.

Tes

Tes

Tes

Setetes bulir airmata jatuh ke kolam membuat bayangan Kania mengabur dan tampak kembali seperti semula. Airmata itu menandakan penyiksaan, penderitaan, kesakitan, kesedihan, semuanya bercampur menjadi satu. Satu tetes airmata membuat Kania benar-benar lemah bagaimana dengan tetes yang selanjutnya? Kania mengusap airmatanya kasar sambil mengangkat kedua kakinya dari kolam lalu memeluk dirinya sendiri.

Badannya bergetar menandakan bahwa dirinya sedang menumpahkan kesedihannya. Menangis. Hanya dengan cara itu dapat membuat Kania merasa lebih baik. Memikul beban hidup yang berat bukanlah hal yang mudah. Gadis mungil ini berusaha untuk tetap hidup, sayangnya harapannya untuk hidup telah sirna sejak lama. Dibuang oleh kedua orangtuanya. Dicaci maki. Pembawa sial.

"Aku kuat. Senyum," gumam Kania sambil berusaha tersenyum walaupun senyum itu palsu

KANIA

"Pokoknya Kak Bunga harus membantuku!" Ucap Kei

"Membantu apa?" Tanya Bunga

Egel dan Alan memilih menyimak karena bingung akan pembicaraan antara Kei dan Bunga.

"Buat Kak Juan jadian sama Kania"

"Apa? Aku tidak bisa Kei"

"Kenapa?" Murung Kei

Bunga menghela napas. "Juan masih mencintai Veisya dan aku rasa itu sangatlah mustahil untuk menjadikan kedua orang itu yang sama-sama terluka"

"Kamu salah Bunga," ucap Alan

"Salahku apa?"

"Juan mencintai Kania tapi dirinya itu masih di bayang-bayang Veisya. Tanpa Juan sadari, kalau dia sudah nyaman akan keberadaan Kania dalam hidupnya"

Egel mengangguk. "Gue setuju. Sudah saatnya Juan buka hati buat orang yang baru"

Kei tersenyum lebar lalu menatap Bunga.

"Aku mohon Kak"

"Baiklah," pasrah Bunga

"Kalo gitu kita pergi dulu," pamit Egel

"Hati-hati," balas Bunga sedangkan Alan hanya mengangguk

"Kamu memikirkan apa?" Tanya Alan sambil merangkul Bunga dan membiarkan Bunga bersandar di bahunya

"Kania. Aku merasa Kania mencintai Juan, aku takut Juan menolak Kania dan membuat Kania mengakhiri hidupnya," lirih Bunga

"Jangan berpikir seperti itu. Kamu terlalu menyamakan Veisya dan Kania. Mereka berdua berbeda"

Bunga berdiri dan menatap Alan tajam. "Alan! Kania dan Veisya itu cewek begitu juga denganku"

"Aku tau Bunga, tapi Juan tidak akan menyakiti Kania"

"Kamu membela Juan?"

Alan menghela napas. "Bukan begitu"

"Terserah padamu," balas Bunga lalu pergi dari ruang tamu

"Gue harap lo gak nyakitin Kania," gumam Alan

KANIA

"Gue gak bisa Egel!" Tolak Juan keras

Egel menghela napas kasar. Egel sudah tau bahwa hal ini akan terjadi.

"Lo mau buat Veisya sedih dengan sikap lo yang gak berubah?"

Juan memalingkan wajahnya. Juan tidak mau menatap Egel.

"Terus buat apa lo bantu Kania? Apa jangan-jangan_"

"Egel! Gue bantu Kania atas kemauan gue bukan atas dasar cinta"

"Tentang mimpi itu? Veisya sengaja datang ke mimpi lo buat ngingetin lo aja kalo Kania lebih pantas darinya!"

Buagh

"Jaga mulut lo bangsat!" Marah Juan setelah memukul Egel

Egel menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Egel terkekeh lalu bangkit berdiri dan menatap Juan sinis.

"Sadar Juan! Kania dan Veisya berbeda! Jangan sampai lo menyesal untuk kedua kalinya. Kania gadis yang baik dan gue yakin Kania bisa bikin lo bahagia"

Egel pergi dari kamar Juan meninggalkan Juan yang terdiam mematung.

Juan menundukkan kepalanya lalu mengingat bagaimana tatapan Kania padanya.

"Kania," gumam Juan

KANIA

Saat ini Kania berada di taman sambil menunggu seseorang. Juan. Ya, sebelum pergi ke taman Kania ditelfon Juan dan katanya Juan ingin mengatakan sesuatu yang penting. Meskipun bingung tapi Kania mengiyakan ajakan Juan.

"Kania"

Kania menatap ke samping dan melihat Juan yang sedang menatapnya.

"To the point aja, gue gak mau harus diberi hukuman yang menyiksa dari keempat orang itu," ucap Kania

"Jauhi gue"

DEG

Dua kata yang mengandung banyak arti. Kania merasakan hatinya sakit. Sangat sakit, bahkan rasa sakitnya melebihi penyiksaan yang Kania alami selama ini. Kania meremas kaos yang berwarna coklat. Sakit sekali.

"Kenapa?" Lirih Kania

"Karena gue gak mau lo cinta sama gue," balas Juan tanpa beban

Menangis. Kania tidak bisa menahan apa yang dirasakannya. Sedangkan Juan hanya menatap Kania datar tanpa ada inisiatif untuk menenangkan gadis mungil itu.

TBC

Kania (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang