10. bunuh diri

1.8K 89 1
                                    

Hallo guysss

Sekian lama akhirnya author bisa publis cerita😅

Btw, kabar Readers gimana? Author harap Readers dalam keadaan baik ya, kalo ada yang sakit cepat sembuh:)

Maaf author lama up karena selama di rumah author gak dapat pencerahan tambah ide gak muncul" jadi lebih ribet deh:(

Don't forget voment guys!

Happy Reading Readers❤
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kamu harus mati!"

"Sampah"

"Pelacur"

"Boneka rusak"

"Mati!"

"Mati"

"Mati"

Kania langsung membuka kedua matanya. Mimpi buruk itu selalu saja menghantui Kania. Kania mengambil segelas air di nakas meja sambil mengambil obat penenang. Kania meminum air hingga tandas, Kania menghela napas lega. Obat penenanglah yang selalu menemani Kania.

Kania turun dari ranjang menuju kamar mandi, membersihkan tubuhnya sebelum berangkat kerja.

Ditempat lain terdapat Juan yang sedang memikirkan perkataan Bunga. Dia mencintai Kania? Juan menggelengkan kepalanya. Tentu saja tidak. Juan menjaga Kania bukan karena cinta tapi rasa simpati yang membuat Juan ingin menjaga dan membantu Kania. Juan menghela napas setelah selesai mengirimkan email pada Alan, Juan memiliki perusahaan yang bernama J & V inisial namanya dan Veisya dan yang menjadi sekretarisnya adalah Alan. Juan sekarang berada di cafenya sambil menatap orang-orang yang masuk ke dalam cafe.

Juan menatap Kania yang baru masuk tapi ada yang aneh dari Kania. Hari ini Kania memakai sweater berwarna abu-abu, apa Kania ada luka di pergelangan tangannya? Kedua mata Kania terlihat bengkak. Sepertinya gadis mungil itu menangis semalaman.

KANIA

"Kania mirip sekali dengan Veisya," gumam Bunga yang didengar Alan

"Kania? Siapa dia?" Tanya Alan

"Dia bekerja di cafenya Juan. Gadis itu...mirip sekali dengan Veisya, dia juga mengalami hal yang sama dengan Veisya"

"Benarkah? Lalu apa yang kamu inginkan?"

"Aku ingin melindunginya, aku tidak mau dia mati sia-sia"

Alan terdiam sesaat dan menatap Bunga lembut. "Lakukan saja apa yang menurutmu baik, aku akan selalu mendukungmu"

"Terima kasih," balas Bunga sambil mengulas senyum

Saat ini Kania berada di roftoop cafe. Kania menatap langit yang begitu cerah. Kania masih mengingat perkataan Deon, dimana Deon menginginkan Kania cepat mati bukan hanya itu Ika juga mengatakan bahwa Kania adalah boneka rusak. Segitu gampangnya kedua orang ini mengatakan pada darah daging mereka sendiri. Kania juga tidak berharap hanya saja Kania merasa kecewa dan benci pada dirinya sendiri karena dirinya ini begitu lemah hingga Bangka tua dan Tante girang itu semakin gencar menyiksanya.

"Aku benci diriku yang lemah," gumam Kania

"Aku...aku sangat lelah dan ingin tidur," lirih Kania

Kania memeluk dirinya sendiri sambil menenggelamkan kepalanya di antara kedua tangan yang dilipat. Disitu, Kania menumpahkan apa yang dirasakannya. Semua orang juga lemah tidak ada yang kuat. Begitu juga dengan Kania yang saat ini sedang menjalani hidup yang begitu berat. Baginya hidup di dunia ini adalah hal yang paling sial. Buat apa hidup jika sebelum hadir di dunia ini, dia tidak di inginkan di dunia ini? Buat apa? Lebih baik mati sejak kandungan daripada hidup lalu menderita secara fisik dan batin.

Kania...benar-benar lelah dengan segala hal yang terjadi dalam hidupnya.

KANIA

Kania berjalan tanpa arah. Tatapannya sangatlah kosong. Kania membuka ransel kecilnya dan mengambil botol kecil yang berwarna putih. Obat penenang. Kania menumpahkan obat itu di tangannya sampai penuh, Kania menatap obat itu dan mulai memasukkan ke dalam mulutnya tapi...

Pak

"Apa yang lo lakukan?" Marah Kania dan menatap obat itu yang jatuh begitu saja

"Justru gue yang nanya itu! Lo sebenarnya kenapa Kania?" Balas Kei

Kania menundukkan kepalanya tidak berani menatap Kei, sahabatnya.

"Gue udah lelah Kei. Gue pengen mati, itu aja"

Dengan sigap Kei memeluk Kania erat Kania membalas pelukan Kei tak kalah erat. Kedua sahabat itu saling memberikan kekuatan dan kehangatan satu sama lain. Kei melepaskan pelukan secara sepihak dan menuntun Kania duduk di kursi taman.

"Gue percaya sama lo Kania. Jujur, gue kaget pas nyokap lo bilang kalo lo gak sekolah karena hamil. Tapi gue gak percaya sama omongan nyokap lo itu, akhirnya gue terus cari lo dan gue senang kita bisa ketemuan"

Kania mengusap airmatanya. "Kei jauhi gue, kalo ada anak sekolah yang liat lo gimana? Nanti lo dibully"

"Gue gak peduli. Lo sahabat gue jadi gue harus disamping lo. Sahabat itu saling mendukung bukan menjatuhkan"

Kania terharu akan perkataan Kei. Kania memeluk Kei sambil mengumamkan kata 'terima kasih' sedangkan Kei menepuk-nepuk punggung Kania.

Kania yang ingin bunuh diri harus gagal akibat Kei yang menghalangi aksi nekatnya itu.

TBC

Ternyata Kania masih memiliki orang yang menyanyanginya. Kei, sahabat Kania yang benar-benar menerima Kania tanpa memandang harta maupun fisik.

Readers bisa kok rekom cerita ini ke teman-teman Readers, siapa tau ada yang suka cerita yang genre kek gini.

Ok, guysss....jangan lupa voment yaaa!

See youuu My Readers❤










Kania (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang