12. bunuh aku! cepat, bunuh aku!

1.9K 96 1
                                    

Don't forget voment!

Happy Reading Readers❤
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kania memejamkan kedua matanya mengingat kejadian tadi pagi, membuatnya merasa bersalah pada Kei.

Flashback

"Ini siapa? Kenapa dia bisa disini?" Tanya Ika sinis

Kania menarik Kei ke belakang dan menatap Ika tajam.

"Yang pasti dia manusia dan ini bukan urusan lo"

Dengan amarah yang memuncak Ika menarik Kei sampai Kei terjatuh di lantai.

"Akh," ringis Kei

Plak

"Dasar brengsek," marah Kania setelah menampar Ika

Kania membawa Kei keluar tidak peduli akan teriakan Ika padanya.

End Flashback

"Maafin gue Kei," gumam Kania merasa bersalah

"Kenapa tangan lo merah?" Tanya Juan

"Ehm...tadi ada nyamuk jadi gue pukul deh makanya tangan gue merah," bohong Kei

"Jangan bohong Kei Aditya," ucap Juan dingin

Kei menundukkan kepalanya tidak berani menatap Juan yang dalam keadaan marah.

"Jangan marahin Kania, dia gak salah tapi gue yang terlalu lemah," lirih Kei

"Jangan berani keluar dari rumah Kei dan ini biar jadi urusan gue"

BLAM

Kei mengusap airmatanya menatap pintu yang kamar yang telah ditutup.

"Maaf Kania..maaf," lirih Kei

KANIA

"Ini pesanannya," ucap Kania ramah

Kania mengusap peluh yang memenuhi dahinya. Kania menatap jam tangan yang menunjukkan pukul 12 tepat, waktunya istirahat. Kania berjalan menuju dapur dan mengambil bekalnya lalu menuju rooftop.

"Aku senang kamu bisa kerja lagi"

"Hm, aku juga"

Diana mengulas senyum tipis. "Kamu tau, cafe ini terasa sepi saat kamu tidak ada"

"Benarkah? Aku tidak tau kalau aku bisa berpengaruh di cafe ini"

"Kania...kamu itu gadis yang baik jadi wajar jika semua orang senang dengan kehadiranmu"

"Tapi aku merasa tidak begitu"

"Jangan pesimis. Kamu pembawa kesenangan bukan penderitaan"

DEG

Kania hanya mengangguk tanpa membalas ucapan Diana.

Kedua gadis ini larut dalam pembicaraan mereka sesekali terdengar suara kekehan dari Kania dan ini adalah kali pertama bagi seorang Kania terkekeh dengan tulus. Hal itu juga tak luput dari tatapan Juan lewat pintu yang terbuka sedikit.

Melihat Kania seperti itu mengingatkannya pada mendiang kekasihnya yang telah lama pergi.

"Veisya...gue rindu," gumam Juan yang sarat akan kerinduan yang membuncah

Ditempat lain terdapat Ika yang sedang merencanakan sesuatu yang jahat buat Kania. Sepertinya wanita ini ingin membalas perbuatan Kania tadi pagi, Ika tidak terima akan hal itu. Kania harus dibalas bahkan lebih dari itu. Rasa benci yang sudah mendarah daging membutakan segalanya sampai-sampai Ika melupakan satu fakta, bahwa Ika pernah menyanyangi Kania sebelum mengetahui jenis kelaminnya.

KANIA

"Ada apa? Sampe lo ajak gue ketemuan di rooftop"

Juan membalikkan badannya menatap Kania yang tingginya mencapai bahunya.

"Jauhi Kei. Lo baru aja buat Kei berada dalam masalah"

Kania melebarkan kedua bola matanya. Kei berada dalam masalah? Justru yang berada dalam masalah itu adalah dirinya kenapa Kei?.

"Lo gak tau apa-apa Juan. Lagian gue gak tau kalo Kei datang ke rumah semalam"

"Cih, jangan memutar cerita. Kei sampe minta duit ke gue terus pas dia pulang tangannya itu memerah dan itu semua karena lo! Jadi jauhi adik gue!"

"Lo itu cuma pembawa masalah buat hidup adik gue lo buat dia terluka terus ngerepotin dia! Seharusnya lo itu tau diri, gue udah kasih lo kerja disini lalu lo peras adik gue dengan buat alasan kalo elo selalu disiksa oleh kedua ortu lo?! Lo pikir lo itu Veisya apa! Gue juga gak suka sama lo!"

Plak

"Lo jahat!"

DEG

Juan menatap Kania yang mengeluarkan airmata.

"Lo sama aja kayak mereka. Semuanya sama! Gak ada yang nyata disini! Palsu semua! Gue benci sama lo. GUE BENCI! LO DENGAR ITU? GUE BENCI LO, JUAN ADITYA!"

Dengan kesedihan dan amarah yang menyatu Kania pergi meninggalkan Juan yang terdiam mematung. Juan masih mendengar isakan Kania dibalik pintu yang ditutup.

Kania menangis. Semua orang juga tidak mau berada di posisi seperti ini. Kania memukul-mukul dadanya yang terasa sangat sakit.

"Gue juga gak mau repotin semua orang...gue gak mau seperti ini," lirih Kania

KANIA

Setelah pulang Kania disambut dengan umpatan, cacian, pukulan, tendangan, jambakan itulah yang menyambut kedatangan Kania setelah pulang dari cafe.

Benar-benar jahat. Tidak ada rasa menyesal bahkan kasihan di kedua mata orang itu.

Tatapan Kania benar-benar kosong. Pikirannya yang berkecamuk membuat dirinya semakin disiksa saja.

Kania menatap Deon lalu berteriak. "Bunuh gue! Cepat, bunuh gue! Tunggu apa lagi? Cepetan!"

Plak

"Dasar gila," sinis Deon

"Iya! Gue gila karena gue belum mati!" Balas Kania

Plak

"Tutup mulutmu!" Ucap Deon dingin

Dengan kasar Deon menampar Kania beberapa kali lalu memukul Kania memakai ikat pinggang yang dipegangnya sedari tadi.

Kemudian Deon melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti tadi. Kegiatan menyiksa Kania. Sedangkan Kania hanya diam saja disertai airmata yang terus mengucur seperti keran air yang tidak pernah berhenti.

Ditempat lain terdapat Juan dan Kei yang bertengkar hebat.

"Ini semua salah lo Juan!"

"Beraninya lo manggil gue seperti itu"

"Kenapa? Masalah buat lo? Gue itu bantuin Kania sebagai sahabat sekaligus kasihan padanya"

"Tapi dia nyakitin lo!"

"Dia gak nyakitin gue! Dia nolong gue. Justru Kania yang terluka akibat umpatan yang dikeluarkan nyokapnya untuknya, lo tega nyakiti dia"

Kei menatap Juan kecewa lalu pergi ke kamarnya meninggalkan Juan yang dirundung rasa bersalah.

TBC

Kania (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang