Paparan sinar matahari menyilaukan mata, menahan panasnya hingga berkeringat. Sekempulan siswa merasakannya. Mereka berdiri mendengarkan seseorang berucap di depan sana. Mereka adalah siswa baru SMA Garuda Pekanbaru yang sedang mengikuti kegiatan MOS (Masa Orientasi Sekolah).Seorang gadis berambut panjang lurus tergerai indah melihat seseorang di depan sana sedang bergegas menuju ke arahnya. Bukan, tepatnya menghampiri cowok yang berbaris di sebelah kirinya. Cowok di sampingnya tampak lemas, namun orang-orang di sekitarnya tidak peduli.
Cowok tinggi, kurus dengan kulit putih yang memiliki wajah cukup tampan itu mencoba membawa siswa baru itu keluar dari barisan dengan memapahnya pelan. Namanya Alfianto Mahendra, salah satu anggota Osis yang sangat peduli terhadap orang-orang di sekelilingnya. Cowok itu memiliki perasaan tidak tegaan. Dia melihat salah satu siswa baru tampak lesu dan seperti mau pingsan. Oleh karena itu, hati kecilnya bergerak untuk menolong.
Murid-murid di sekitarnya tampak terkejut melihat aksinya. Saat sedang memapah siswa itu keluar dar barisannya, ia ditegur oleh Gibran—ketua Osis. Anak PMR yang melihatnya pun langsung berlarian ke arahnya untuk mengecek keadaan siswa bernama Tono itu.
“Alfi! Mau kamu bawa kemana dia?” tanya Gibran bersuara keras agar Alfi mendengarkannya.
Para murid baru mulai heboh dan Igo—Wakil Ketua Osis—langsung meminta anggota Osis untuk menenangkan mereka.
Alfi berhenti melangkah dan menoleh ke arah Gibran. “Mauku bawa ke UKS. Kasihan dia, udah lemas gini nggak ada yang peduli,” jawabnnya menatap kesal Alfi dan juga anak Osis lainnya.
“Nggak perlu juga kamu yang turun tangan. Biar anak PMR yang ngurusin murid baru itu. Kamu balik ke barisan Osis.” Perintah Gibran dengan tegas.
Namun, Alfi tidak peduli dan tetap terus melajukan langkahnya menuju UKS yang tak jauh dari lapangan. Dua anggota PMR pun mengikutinya.
Salah satu anggota PMR melapor kepada Gibran. Dia mengatakan bahwa Tono hanya berpura-pura. Dan tak lama tiba angota PMR lainnya yang berkata serupa karena tim medis sudah memeriksa Tono dan anak itu dinyatakan baik-baik saja.
Gibran menahan kekesalannya. Hal itu tampak dari wajahnya yang mulai memerah. Mereka kembali melanjutkan aktivitas melaksanakan kegiatan MOS yang tadinya sempat tertunda sebantar gara-gara Alfi.
Kejadian tadi, membuat Ayana Audiya kagum. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Ini kali pertamanya dia terkesan dengan sosok Alfi, cowok tampan yang baik hati.
***
Sejak menyukai Alfi, Aya jadi bersemangat mengikuti MOS, walaupun hari ini adalalah hari terakhir bagi murdi baru SMA Garuda menjalani kegiatan tersebut.
Andai saja pembina kelompoknya, Alfi. Aya bisa terus mandangin cowok tampan itu. Dia terus mencuri kesempatan mandangin Alfi sehingga dimarahi Devi—pembina Osis kelompoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sticky Note #teenfictproject
Teen FictionApa yang akan kamu lakukan jika pertama kali jatuh cinta? Deketin doi, caper, dipendem, atau marah-marah? Aya yang malu untuk berkenalan memilih jalan misterius dengan menjadi penggemar rahasia kakak kelas yang disukainya. Lewat bekal dan sticky not...