Lili sudah selesai menghabiskan baksonya, sedangkan Aya tertinggal jauh akibat harus memesan satu mangkok lagi dan baru bisa menyantapinya sekarang.
“Ya, kamu kenapa nggak fokus, masukin cabe sebanyak itu?” tanya Lili penasaran.
“Aku lagi banyak masalah, makanya tanpa sadar masukin cabe banyak,” jawabnya berbohong. Dia tidak mau membagikan kisahnya kepada orang baru. Sepertinya Lili bukan teman yang baik untuk tempat curhat-nya.
“Oh gitu. Lain kali harus fokus, ya. Buruan makannya bentar lagi bel lho. Taulah Pak Bimo orangnya gimana.”
Aya tidak membalas ucapan Lili. Dia makan buru-buru agar tidak terlambat ke kelas. Pak Bimo, guru matematikanya itu sangat galak. Jika telat masuk ke kelas, bisa kena hukum ngerjain soal seratus halaman, seperti temannya yang pernah bermasalah dengan guru itu.
***
Jam menunjukkan pukul 15.00 WIB, bel pun berbunyi. Saatnya murid-murid pulang.
Aya tidak sabar mengambil kotak bekalnya di kelas XI IPS 2. Dia percaya cowok modelan seperti Alfi tidak akan membawa pulang kotak bekalnya.
Selesai beberes, cewek imut itu bergegas pergi ke kelas Alfi. Tiba di sana masih ramai. Tampak murid-murid lalu lalang di koridor serta murid XI IPS 2 yang satu-persatu keluar dari kelas mereka.
Aya berdiri di balkon dan memandang langit sore yang diselimuti awan putih serta burung-murung terbang tinggi. Dia harus menunggu koridor sepi dan memastikan kelas XI IPS 2 kosong. Dengan itu, dia mudah mengambil kotaknya tampa diketahui orang lain.
Koridor sudah sepi. Aya membalikkan tubuhnya, kemudian mengintip kelas. Sepi. Secepatnya dia masuk dengan mengendap-ngendap dengan pergerakan cepat menuju meja Alfi. Setelah selesai mengambil kotak, dia langsung pergi.
Sekolah cukup sepi, hanya ada murid-murid yang sedang latihan drumband di lapangan. Aya keluar dari gerbang dan terlihatlah sebuah mobil Fortuner putih terparkir di tepi jalan dekat pagar sekolah. Dia mendekati mobil tersebut dan tampak Pak supir yang sedang fokus dengan ponselnya, sepertinya sedang menonton di benda pipih itu.
Aya mengetuk kaca mobil itu. Pak supir terkesiap dan hampir saja ponselnya jatuh.
Supir bernama Yono itu menurunkan kaca mobil. Dia melihat wajah anak majikannya yang tampak sebal. Bergegas dia keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Aya.
“Nona sudah lama di luar? Maaf bapak tidak lihat nona berdiri di luar sana,” ucapnya yang berdiri di dekat pintu belakang.
“Iya aku maafin,” jawab Aya ketus. Dia terbiasa bersikap dingin dengan orang-orang di sekelilingnya, kecuali ada maunya.
Aya masuk dan duduk. Pak Yono menutup pintu untuk Aya. Supir itu mengendarai mobil, berlalu meninggalkan SMA Garuda.
Di dalam mobil Aya senyum-senyum sendiri. Dia mengeluarkan kotak bekal berwarna biru dari tas kain yang berwarna serupa. Saat mengambil kotak itu tadi, dia tidak menyadari ada sticky note yang tertempel di tutup kotak. Aya menariknya dan membaca pesan tersebut.
Terima kasih teman. Nasi gorengnya enak.
Senyum Aya mengembang. Pujaan hatinya itu terlalu ramah, buktinya seorang Aya bisa jatuh cinta dengan cowok itu. Aya tak henti-hentinya tersenyum, sehingga Pak Yono yang mengintip dari kaca spion pun heran.
“Nona baik-baik saja, ‘kan?” tanya pria berkepala empat itu yang cemas melihat tingkah anak majikannya, sembari melihat kaca spion.
Aya yang tadinya tersenyum, kembali bersikap dingin seperti biasanya.
“Aku baik-baik aja. Bapak fokus saja nyetirnya, nggak usah ngurusin aku.”
“Baik, Non.” Pak Yono fokus melihat ke depan dan menuruti permintaan Aya.
Mobil membelahi jalan kota Pekanbaru yang arusnya lancar dan tidak macet.
***
Malamnya, Aya menelpon sepupunya. Dia hanya punya Tiara yang sedia setiap saat mendengarkan curhatannya. Dia duduk di kursi depan meja belajarnya.
“Halo, Ya.”
“Kak, sibuk nggak?”
“Nggak. Memangnya kenapa?”
“Nggak kenapa-napa. Aku mau curhat, hehe ....” Aya nyegir dan dia memperhatikan sticky note dari Alfi yang tadi sore dia tempel di lemari kayu di samping meja belajarnya.
“Pasti curhat doi, ya? Curhat aja, aku siap dengarin dan kasih masukan buat kamu.”
“Jadi gini, Kak. Aku buat bekal nasi goreng untuk doi. Dan aku titip pesan lewat sticky note yang kutempel di tutupnya. Tau nggak Kak. Dia balas pesan aku. Sumpah, aku seneng banget. Nggak nyangka gitu,” ucap Aya dengan mata berbinar-binar.
“Bagus dong. Btw, gimana caranya kamu kasih bekal itu? kamu kasih langsung atau lewat perantara?”
“Aku diam-diam masukin bekalnya ke kolong meja doi. Keren 'kan ide aku. Demi doi aku rela masak pagi-pagi dan ke sekolah lebih awal.”
“Dasar bucin.”
Setelah menceritakan kisahnya, Aya mematikan ponselnya dan langsung merebahkan tubuhnya ke atas ranjang besarnya. Dia berencana bangun pagi lagi dan memberikan bekal untuk sang pujaan hati besok. Berharap mereka akan dekat dan bisa bersama suatu saat nanti.
***
Sesuai rencanya, Aya bangun pagi dan langsung masak. Baru separuh jalan lagi-lagi maminya datang untuk menghalangi rencananya.
“Aya, kamu ngapain?” tanya Rika berdiri di belakang anaknya.
“Masak, Mi.”
“Siapa yang suruh Aya masak?”
Aya diam saja tanpa menjawab pertanyaan maminya. Mami yang sama diperlakukan seperti kemarin langsung naik darah. Rika mematikan kompor dan langsung mengomel.
“Mulai hari ini kamu nggak boleh masak. Biar Bi Inem yang membuatkan bekal kamu dan makanan yang kamu mau. Tugas kamu hanya belajar.”
“Tapi, Mi. Aya—“
“Nggak ada pake tapi-tapi.” Rika melotot sambil bersedakap.
Aya mendengkus dan terdiam di tempat. Maminya kalau sudah marah begini sangat seram dan Aya hanya bisa mengikut saja.
Bi Inem yang ada di sana hanya memperhatikan perdebatan ibu dan anak di depan kulkas. Aya dan Rika pergi, Bi Inem melanjutkan masak nasi goreng yang belum selesai Aya masak. Nanti akan dia berikan kepada anak majikannya.
***
Aya merasa tidak enak dengan Alfi karena bekal hari ini bukan buatannya. Wajah Aya lesu dan pikirannya kacau. Dia ingin terus membuatkan makanan untuk sang pujaan hati, tapi apalah daya sang ibu melarangnya masak.
Aya tidak mengintip Alfi. Dia berharap semoga Alfi membalas pesannya dan besok dia akan tetap memberi bekal. Entah apa itu, yang terpenting bisa terus berbalas pesan dengan sang pujaan hati.
Jangan lupa votment-nya 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sticky Note #teenfictproject
Teen FictionApa yang akan kamu lakukan jika pertama kali jatuh cinta? Deketin doi, caper, dipendem, atau marah-marah? Aya yang malu untuk berkenalan memilih jalan misterius dengan menjadi penggemar rahasia kakak kelas yang disukainya. Lewat bekal dan sticky not...