Di hari minggu kemarin, Aya memikirkan matang-matang mengenai saran Alfi untuknya. Dia sadar bahwa mengharapkan Alfi bersamanya itu tidak benar. Dan benar yang dikatakan cowok itu, hampir setiap harinya dia rindu kata-kata penyemangat dari Tristan. Mungkin tanpa sadar dia menyukai Tristan. Lagi pula jika tidak dicoba, dia tidak akan tau kedepannya bagaimana.Dengan hati yang mantap dia akan mencoba memulai dari awal dengan cowok yang berbeda. Dan berharap kebahagaian menghampirinya.
Senin pagi setelah selesai upacara, tampak Alfi jalan bersama Tristan keluar dari lapangan dan hendak menuju koridor. Aya bergegas mengikuti langkah mereka.
Cewek imut itu berdiri menghalangi jalan mereka sehingga membuat keduanya kaget. Alfi tersenyum, sedangkan Tristan malu dan grogi bahkan jantungnya berdegub cepat.
“Pagi Aya. Ada apa ya?” tanya Alfi ramah.
Aya yang tadinya menatap Alfi, kini mengalih pandangannya kepada cowok di sebelah Alfi. Jantungnya juga ikut berdetak cepat. Kini dia gugub dan bingung apa yang harus dia ucapkan.
“Kamu mau ngomong sama Tristan?” tebak Alfi yang memperhatikan keduanya beradu tatap tanpa kata. “Kalau gitu aku duluan ya,” pamitnya.
Secepatnya Aya membuka suara agar Alfi tidak meninggalkan mereka berdua. “Bukan. Aku mau bicara sama Kakak. Berdua,” pintanya menatap Alfi.
“Baiklah.” Alfi menoleh ke Tristan dan memegang bahu sahabatnya itu. “Tan, gue sama Aya ke taman sebentar. Kamu duluan aja.”
“Ok,” jawab Tristan lirih. Dia bahkan cemburu mendengar ucapan Aya yang ingin berbicara berdua saja dengan sahabatnya.
Aya dan Alfi berlalu meninggalkan Tristan sendiri yang terus menatap punggung keduanya. Jika dilihat sepertinya kedua punggung itu tidak asing baginya. Dia baru ingat bahwa dia melihat hal itu saat keluar dari perpustakaan. Rahangnya mengeras dan tangan kanannya terkepal kuat menahan emosi yang sulit dijelaskan. Setelah Alfi dan Aya tidak terlihat lagi barulah dia kembali ke kelasnya.
Kini Aya dan Alfi duduk di kursi taman.
“Apa kamu sudah pertimbangkan perasaanmu, Ya?” tanya Alfi berharap cewek yang duduk di sampingnya itu akan bahagia bersama sahabatnya.
“Iya, Kak. Setelah aku renungi ... benar, aku menyukai Kak Tristan dan aku mau memulai hubungan baru dengannya,” ucap Aya dengan keyakinan kuat.
Senyum Alfi mengembang. “Baguslah kalau begitu. Aku jadi ikut senang kerena kalian saling menyukai.”
“Terus ... bagaimana caranya agar kami bisa bersama? Aku malu untuk menemuinya duluan, pasti dia masih kecewa dengan kecerobohanku dan penolakanku tempo hari.”
“Tenang aja, Ya. Aku punya cara untuk membuat kalian bersama. Kamu tinggal ikuti saja rencanaku.”
“Benarkah?” senyum merekah terukir diwajah imut Aya, “Apa rencana Kakak?” tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sticky Note #teenfictproject
Teen FictionApa yang akan kamu lakukan jika pertama kali jatuh cinta? Deketin doi, caper, dipendem, atau marah-marah? Aya yang malu untuk berkenalan memilih jalan misterius dengan menjadi penggemar rahasia kakak kelas yang disukainya. Lewat bekal dan sticky not...