13. Retak Kembali Menyatu

99 28 6
                                    

Sudah sepuluh hari berlaku setelah kebenaran terungkap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah sepuluh hari berlaku setelah kebenaran terungkap. Walau waktu berlalu keduanya masih belum bisa menghilangkan rasa kecewa, sedih, dan patah hati. Bukan hanya Aya dan Tritsan yang galau, Alfi juga ikutan galau. Cowok itu kesepian dengan perlakuan Tristan terhadapnya. Keduanya belum kunjung berteman sehingga Alfi dibuat binggung harus berbuat apa. Tristan tipikal cowok yang jika sudah marah sulit untuk didekati. Biasanya sahabatnya itu akan datang sendiri kepadanya dan membuat masalah yang lalu seakan berlalu. Tapi, kini berbeda. Dan entah sampai kapan dia harus  menunggu.

Aya kangen berbalas sticky notes. Dia sangat rindu dan merasa ada yang hilang dari hidupnya. Tidak ada kata-kata yang membuatnya semangat. Semua telah berakhir. Dia hanya bisa menangis dan menyesal. Menerima dampak atas perbuatan yang dia telah diperbuatnya.

Bel berbunyi tanda jam pelajaran telah usai dan saatnya murid-murid pulang. Aya menyandang tas ransel birunya dan bergegas keluar kelas. Kakinya melangkah menuju gedung seberang yaitu gedung yang berisikan murid-murid jurusan IPS. Senyum cewek imut itu mengembang selama menaiki tangga menuju lantai dua.

Setiba di depan kelas XI IPS 2 langkahnya tiba-tiba mundur dua langkah. Dia membalikkan badannya ketika melihat Tritsan keluar dari kelas. Dia mendekat ke pagar balkon agar tidak terlihat oleh cowok itu. Melihat Tristan juga membuatnya sadar bahwa dia melakukan suatu hal yang bodoh.

Kenapa aku ke sini sih? Runtuknya kesal.

“Aya, kamu bodoh banget. Sadar diri dong. Sticky note telah berakhir” ucapnya lirih kepada diri sendiri.

Aya membalikkan badannya lagi dan dia turun dari lantai dua tersebut yang cukup ramai karena murid-murid hendak pulang sama sepertinya.

***

Sebelum bel berbunyi Alfi menghampiri sahabatnya yang sedang membaca buku di meja barunya. Alfi menarik kursi di depan Tristan yang kosong, lalu duduk di sana. Dia menghadap ke belakang agar bisa bertatap muka dengan sahabatnya yang masih marah kepadanya.

“Tan,” panggil Alfi.

Yang dipanggil tidak menoleh sedikit pun. Tristan masih berpura-pura tidak mendengar dan membuat seakan sibuk membaca buku paket yang terletak di atas mejanya.

“Tristan.” Alfi mencoba memanggil sekali lagi. Namun, tidak ada respon sama sekali, justru kini buku paket itu telah menutupi wajah Tristan.

Alfi yang cukup kesal diabaikan pun mengambil paksa buku digenggaman Tristan, lalu di letakkannya di atas meja di belakangnya.

Tristan kesal sambil berdecak. Dia bangkit dari kursinya, hendak meninggalkan Alfi, namun dengan cepat Alfi menahannya dengan menarik lengannya, lalu berdiri di hadapannya.

“Sampai kapan kamu mau musuhan terus sama aku? Hanya karena cewek kamu rusak persahabatan kita. Nggak gentle banget kamu, Tan,” ucap Alfi yang sangat kecewa dengan sikap sahabatnya terhadapnya.

Love Sticky Note #teenfictprojectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang