Aya penasaran dengan jam tangan yang dia berikan untuk Alfi lewat kolong meja yang biasa mereka gunakan sebagai perantara saling mengirim pesan dan juga makanan bahkan kini kado. Diam-diam gadis itu mengendap-endap, mengintip cowok itu di balik bunga. Wajah cowok tampan itu tampak jelas, namun tangannya tidak kelihatan.Cewek imut itu mengikuti langkah Alfi bersama sahabatnya Tristan. Aya memperhatikan tangan Alfi. Cowok itu hari ini memakai jam bertalikan merah. Berbeda dengan jam yang dihadiahkan Aya yang talinya warna navy.
Apa Kak Alfi lupa pakai jam pemberianku? Atau mungkin dipakainya besok. Besok aja deh ceknya. Batin Aya bertanya-tanya.
Karena tujuan mereka sama yaitu kantin. Aya tetap mengikuti langkah Alfi dari belakang. Kali ini dia sengaja memberi jarak cukup jauh agar pujaan hatinya itu tidak merasakan ada yang mengikutinya.
Aya duduk di kursi panjang penuh dengan anak-anak yang tidak dia kenal. Kebetulan jaraknya tidak jauh dari meja yang di tempati Alfi. Dari sana Aya masih bisa melihat gerak-gerik pujaan hatinya itu. Senyum Alfi begitu manis, tanpa sadar dia terhanyut memandang cowok itu. Seketika perhatiannya teralihkan dengan sebuah tangan seseorang yang duduk berhadapan dengan Alfi.
Aya menyipitkan matanya untuk melihat jelas sesuatu yang ada dipergelangan tangan seseorang di seberang sana. Jam itu? matanya membulat.
Jam yang dikenakan seseorang yang sedang makan bersama Alfi mirip dengan jam yang dia beli dua hari yang lalu di mal. Kening cewek itu berkerut memikirkan "mengapa bisa jam tangan pemberiannya bisa sampai dikenakan Tristan yang jelas-jelas merupakan sahabat Alfi. Tidak mungkin Alfi memberikannya kepada Tristan." Aya terus berpikir hingga kepalanya pusing. Dia harus memastikannya hari ini juga.
***
Bel telah berbunyi lima menit yang lalu. Pak Samsul—Guru Bahasa Inggris yang memiliki jadwal mengajar kelas X IPA 1 saat ini — belum kunjung tiba. Aya yang bergelut dengan pemikirannya pergi ke luar kelas untuk mencari udara segar. Kebetulan kelasnya berhadapan dengan lapangan olahraga dan tampak Alfi dan teman-teman kelasnya sedang berbaris dibimbing guru olahraga berdiri di depan mereka.
Aya tiba-tiba mendapat ide. Dia kembali masuk kelas dan mengambil se-pack sticky note yang lembarannya mulai menipis. Sebelum keluar, dia menuliskan sesuatu di lembaran depan kertas biru berbentuk hati itu, barulah dia keluar kelas dan bergegas menuju kantin.
Hari ini harus jelas. Aku nggak mau permainan Sticky note ini terus berlanjut, sedangkan aku sampai saat ini belum tau perasaan Kak Alfi kepadaku.
Aya mengendap-endap masuk ke kelas XI IPS 2. Seperti dugaannya kelas itu sepi. Secepatnya dia memasukkan roti lapis yang sudah ditempeli sticky note.
***
Tristan dan Alfi jalan berdua sambil mengobrol menuju kelas mereka. Mereka baru saja selesai mengganti baju sehabis pelajaran olahraga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sticky Note #teenfictproject
Teen FictionApa yang akan kamu lakukan jika pertama kali jatuh cinta? Deketin doi, caper, dipendem, atau marah-marah? Aya yang malu untuk berkenalan memilih jalan misterius dengan menjadi penggemar rahasia kakak kelas yang disukainya. Lewat bekal dan sticky not...