Sudah lewat tengah malam dan Jennie masih berada di kediaman Park Chanyeol yang membuatnya terbuai nyaman. Kakak angkat nya itu terlihat semakin tenang dan dewasa sejak pertemuan terakhir mereka dua tahun lalu.
Losmen kecil di dalam gang kumuh menjadi tempat tinggal Chanyeol setiap pria itu kembali ke Seoul. Entah apa yang membuat Chanyeol sangat betah disana, yang jelas Jennie tidak menyukai habitat pria itu sekarang. Dia ingin memiliki Chanyeol disisi nya, dan melupakan derajat mereka di khalayak umum.
Semua orang tahu jika Chanyeol hanya putera angkat, dan seharusnya Jennie bahagia akan hal itu. Tapi, dia justru sedih... karena dia tidak bisa dimiliki oleh Chanyeol. Pria itu selalu menolaknya, sekeras apapun Jennie merayu nya. Mungkin karena status mereka dimata hukum sebagai kakak-beradik? Oh tidak mungkin, setahu Jennie seorang Park Chanyeol tidak peduli dengan segala macam bentuk hukum, Jennie sangat tahu Chanyeol dan bagaimana watak pria itu jika bertemu wanita cantik.
"aku pulang.." bisik Jennie dengan lembut, Chanyeol mengangguk dan mengantarkan nona muda kebanggaan keluarga Kim itu menuju mobil pribadi nya.
"temui aku sebelum akhir pekan... aku akan merahasiakan dari Ibu tentang kepulanganmu"
Chanyeol tersenyum dan mengucek puncak kepala gadis itu, "Hm... baiklah adik kecil.."
"berhenti memanggilku begitu... telinga ku sakit!" elak Jennie dengan ekspresi pura-pura marah, meskipun sebenarnya panggilan adik kecil tidak lah buruk, bahkan itu terdengar sangat imut.
.
.
.
Jennie terkejut sekali saat memasuki rumah megahnya, ketika langkah kakinya baru sampai pada anak tangga ke empat seluruh ruangan rumah menyala, hal itu membuat Jennie urung melangkah dan menatap dengan gugup kearah Kim Jaejoong.
Jaejoong tersenyum, wajahnya kusut khas orang bangun tidur. Pria baya itu menghampiri sang puteri dengan tegap seakan siap untuk melontarkan kalimat pedas pada si pelanggar aturan.
"pukul 2 malam. Darimana saja?" tanya Jaejoong tenang.
Jennie merapatkan mantel pada tubuhnya, "anak muda Yah... aku bermain sebentar di club bersama teman sekolahku" ujar Jennie malas, kebohonggannya sudah meningkat 10 kali lebih baik dibandingkan dulu.
Jaejoong tersenyum miring, "begitu ya? Temanmu yang mana? Ayah menghubungi semua temanmu tapi mereka semua tidak mengetahui dimana keberadaanmu"
Jennie menghela nafasnya, "Temanku.. dan ayah tidak mungkin mengetahui semua temanku. Sudahlah ayah, aku sudah berusia matang. Aku bukan anak kecil lagi yang harus berada dalam pengawasan ayah terus menerus!"
"aku lelah.." Jennie hendak menaiki anak tangga selanjutnya, namun Jaejoong menahan bahu Jennie dan mencengkramnya.
Jennie meringis karena ia takut sang Ayah semakin bersikap menyeramkan dengan terus menerus meng-intervensi kehidupan pribadi nya.
Jajeoong mengendus tubuh Jennie, aroma soju dan parfum tercium dengan jelas oleh hidung bangir Tuan Kim itu. Jennie menatap Ayahnya dengan jengkel.
"tidurlah..." ucap Jaejoong pelan, ia membiarkan Jennie untuk naik ke kamarnya setelah Jaejoong memastikan bahwa ucapan anaknya itu benar.
Saat langkah Jennie berada di puncak tangga terakhir, Jennie menatap pada bahu ayahnya dengan nafas terlampau lega. Nyaris saja.
.
.
.
"Chanyeol mendapatkan gelar kehormatan dari kampus nya. Gelar Magister Suma cumlaude, yang bahkan sulit untuk didapatkan oleh orang orang asli Canada" ungkap Jessica dengan bangga saat perjamuan makan siang di Mansion milik keluarga Kim. Di meja makan itu ada Chanyeol yang mengenakan stelan jas berwarna abu yang gagah, Jaejoong dan tentu saja Jessica bersama dengan beberapa rekan kerja yang sengaja diundang untuk menyambut kedatangan Chanyeol di Seoul.