21+
Nice adalah sebuah kota kecil yang indah, masih bagian dari negara Perancis yang pada saat itu tengah dilanda musim panas yang cukup menyengat. Kota ini dihuni oleh 5 juta penduduk yang tidak begitu padat, kota nya tertata dengan rapi dan didominasi dengan ladang bunga dan anggur, 80 persen masyarakat Nice berprofesi sebagai petani bunga dan anggur yang cukup terkenal di dunia. Bunga yang dihasilkan dari tempat ini didistribusikan ke seluruh Perancis atau bahkan ke berbagai negara tetangga Perancis.
Sebuah mobil berwarna hitam dengan buket bunga di bagian belakang mobil memenuhi bagasi nya tampak melaju dengan tenang di jalanan Nice menuju sebuah rumah musim panas yang minimalis di kota tersebut.
Chanyeol yang mengemudikannya bersama dengan pengantin wanita yang tampak tidak memalingkan wajahnya kemanapun selain pada suami baru nya itu. Jennie masih begitu cantik meskipun janji pernikahan telah berlalu selama tiga jam. Disepanjang perjalanan yang cukup jauh, mereka banyak mengobrol mengenai hal buruk yang menimpa satu sama lain, kecemburuan, rasa benci yang tak jelas asal-usulnya dan berhasil dipecahkan dalam waktu 3 jam. Chanyeol meraih tangan Jennie dan menggenggamnya erat, tersenyum yang menyiratkan rasa bersalah karena telah menikahi gadis itu ditengah segala keterbatasannya.
"ini seperti mimpi... menang lotere... dan... hadiah natal terbaik ku sepanjang masa!" ujar Jennie dengan bahagia, ia mengecup punggung tangan Chanyeol begitu dalam dan mesra.
Chanyeol mengangguk setuju, "Hm.. Jenn... kau tahu, aku sangat mencintaimu?"
"mengapa? Kau terlihat tidak baik sejak kita pergi dari gereja itu.. kau sakit?" tanya Jennie seraya meraih dahi Chanyeol untuk memeriksa suhu tubuh pria itu.
Chanyeol mengelak dengan mengulum senyum, mobil yang ia kemudikan lalu memasuki halaman rumah musim panas yang telah ia persiapkan bersama beberapa orang yang ia bayar untuk mempersiapkannya.
Jennie turun dari maserati hitam itu, Chanyeol menunggunya di depan pintu mobil dan memperlakukan Jennie bak puteri raja.
Pria itu membawa Jennie kedalam pangkuannya seperti pengantin baru pada umum nya yang dipenuhi cinta dan kemesraan. Jennie tertawa kecil ketika tubuhnya melayang dalam pangkuan itu, Chanyeol dengan cepat melangkahkan kaki panjangnya masuk kedalam rumah musim panas itu dan mengajak Jennie berkeliling untuk melihat fasilitas rumah tersebut.
"hanya ada satu kamar disini... dan... ruang tengah yang bergabung dengan dapur. Apa itu cukup?" tanya Chanyeol pada Jennie.
Jennie mengangguk-anggukkan kepala nya pertanda setuju, ia langsung memeluk tubuh Chanyeol dari belakang dan menjatuhkan kecupan kecil pada leher pria itu, "pikirmu, kita butuh dua kamar untuk pengantin baru?"
Chanyeol terkikik, Jennie sangat konyol dengan bahasa vulgar nya setiap mereka berduaan.
"hm, maksudku... apa kau puas dengan keadaan rumah ini. kau harus terbiasa dengan hal seperti ini. aku tidak bisa menyediakan sesuatu yang megah dan mewah."
Jennie cemberut sementara Chanyeol mendekat kearahnya sembari menjatuhkan usapan lembut dipipi tembam gadis itu, "hmm.. bagaimana kalau ternyata, kau adalah seorang anak yang hilang dan orangtuamu jauh lebih kaya dibandingkan keluarga ku?" tanya Jennie konyol. Tawa Chanyeol pecah begitu saja.
"hei, mana mungkin begitu... kau tahu sendiri, aku ditemukan oleh keluargamu di sebuah tempat kumuh yang tidak jauh dari lokasi prostitusi. Mungkin, ibuku hanya seorang tunawisma yang memiliki anak dari lelaki tak jelas" kenang Chanyeol dengan raut wajah sedih. Jennie memeluk tubuh jangkung itu untuk kesekian kali nya, dia tidak peduli jika Chanyeol adalah anak pungut, seorang pria yang lahir dari wanita gelandangan sekalipun, karena Jennie begitu mencintai pria itu dengan segenap jiwa dan raga nya.