Suara pemanggang roti yang telah siap dan tetesan kopi espresso dari mesin pembuat kopi otomatis terdengar jelas di telinga Jennie. hotel berbintang lima dengan layanan penthouse itu benar-benar menakjubkan sehingga terasa seperti rumah mewah milik pribadi. Chanyeol menyibukan dirinya dengan american breakfast yang ia buat pagi itu. Pria itu sudah terbiasa hidup sendiri sejak kecil dan mendapatkan pendidikan di Kanada selama 3 tahun, maka wajar jika Chanyeol sangat lihai dalam mengurus rumah dan membuat makanan seperti ini.
Jennie bangkit dari atas tempat tidur, ia mengambil sebuah jubah mandi yang tergeletak di meja rias. Jennie tidak ingat jika ia memakai benda itu, namun saat kedua mata kucingnya terbuka lebar seluruh ruangan sudah begitu rapi, gaun-gaun yang berceceran semalam sudah masuk kedalam keranjang cuci yang siap diambil oleh pelayan.
"morning sleepy head!" sapa Chanyeol dengan senyum kecil, namun lesung pipi pria itu tampak manis menghiasi bagian wajah tampannya.
Jennie terdiam, dan melihat meja makan yang diperuntukkan dua orang itu sudah dilengkapi dengan roti panggang dan espresso, sementara Chanyeol baru selesai memanggang sosis dan membuat telur mata sapi. Ia menyajikannya langsung diatas meja.
"untukmu.." Chanyeol menyangga wajah dengan kedua tangan nya, dan menatap lurus pada Jennie yang masih belum mengeluarkan sepatah katapun.
Jennie bingung, harus memulai percakapan darimana. Haruskah ia marah dulu? Atau langsung memakan sarapan ini?
Jennie mengambil roti panggangnya dan mengoles mentega berperisa keju keatas roti nya, dia menggigit kecil sarapannya, terlihat anggun dengan rambut panjang yang terurai bebas. Chanyeol terkekeh saat remah roti mengotori sudut bibir gadis itu.
Chanyeol menggunakan ibu jarinya untuk menghapus remah itu, dan Jennie menghentikan kunyahan nya sesaat.
"kau mau terus mendiamkan ku seperti ini?" tanya Chanyeol manis.
Jennie menghela nafasnya, disini tidak ada siapapun sehingga Jennie tak bisa beralibi sama sekali.
"ya... sangat wajar sekali kalau kau marah. Tapi, ini Paris... bagaimana mungkin kau membiarkan seorang pria bicara sendiri saat berada di kota cinta ini? Jennie?"
"kau juga tidak mempedulikanku saat aku menolong Seulgi" balas Jennie lirih.
Chanyeol menutup wajah nya, ia langsung beralih ke sisi tubuh Jennie dan berlutut dihadapan gadis itu.
"kumohon... itu kebodohanku. Aku sangat bersalah. Aku minta maaf" ujar Chanyeol sembari meraih kedua tangan Jennie dan menggenggamnya erat.
"mau sampai kapan kau bertahan dengan kebodohan itu?"
"sampai aku muak?!"
"atau... sampai aku tidak mencintaimu lagi? Hah..kau pasti menunggu hari itu tiba. Agar kau bisa tenang mengatur setiap wanita diluar sana tanpa harus menjaga perasaanku"
"JENNIE!" Chanyeol menyebut nama itu dengan penuh penekanan. Namun, kedua mata onxy nya tampak memohon dengan amat sangat pada Jennie yang memalingkan wajah darinya.
"selama ini aku selalu bersikap diluar kendaliku padamu... aku sangat menginginkanmu, saat ragaku bersama oranglain, tapi pikiranku selalu mengingatmu"
"aku ingin memilikimu sepenuhnya, mengakuimu sebagai orang yang kucintai pada dunia.. tapi... apa aku bisa melakukan itu? Hubungan kita sangat terlarang. Aku kakakmu!"
"aku tidak peduli" Jennie melepas genggaman tangan Chanyeol pada tangan nya dan gadis itu bahkan belum menyelesaikan sarapannya, hanya satu gigitan kecil yang berhasil masuk kedalam perutnya pagi itu.