MCS : Joan Beraksi

1.3K 125 28
                                    

"Fia, fighting !" Ujar Lee menyemangati. Dan malah, yang disemangati hanya menaikkan kedua alisnya lalu berlalu begitu saja sambil mengajak sang Abah.

"Ish, makin gemes gue liatnya." Ujarnya sebelum memasukki mobil.

Kaki kanan Lee mengatung di ambang pintu mobil, pandangannya fokus pada langkah kaki cowok berjaket biru donker dengan ransel di punggungnya. Dia begitu mengenali cowok itu. Tidak salah lagi, cowok itu adalah.

"Kok bisa kebetulan gini dia nongol di sini. Gawat nih !" Buru-buru, Lee menghampiri cowok itu dan menepuk pundaknya. Cowok berjaket biru donker itupun memutar kepalanya.

"Lee ?" Tanya cowok itu tidak percaya akan kehadiran sobatnya.

"Ngapain lo di sini ?" Sewot Lee melipat kedua tangannya di dada.

"Mau tau aja urusan gue." Ketus Joan. "Lo sendiri, ngapain juga di mari he ?" Balik Joan menginterogasi.

Dengan terlalu percaya diri, Lee menjawab,"Gue nganterin Fia sama bokapnya kesini."

Joan menonjok perut Lee lemah,"Parah lo, makin naik level aja deketin Fia. Gue jadi nggak mau kalah."

"Iya dong, Lee gitu lho." Candanya.

Suasana sedikit terjeda sebelum Lee mulai menghidupkan suasana di antara keduanya. "Btw...lo belum jawab pertanyaan gue, lo ngapain di mari ?"

"Kayak belum tahu aja lo kegemaran gue apaan."

"Iya gue tahu, lo pasti mau latihan tinjukan ? Tapi, kok tumben aja lo latihan di sasana ini, bukannya bokap lo punya sasana sendiri ?" Mulai dari sinilah, Lee mulai mencurigai Joan.

"Terserah gue dong mau latihan di mana." Sunggut Joan melanjutkan langkah. Segera, Lee menarik bahunya hingga sedikit berputar ke belakang.

"Wah, gue nggak bisa biarin nih. Jangan-jangan, lo mau PDKT-an sama Fia ? Iya kan?" Tuduh Lee sambil menunjuk wajah Joan.

Joan menatap jengkel Lee,"Emang napa kalau gue ke sini mau PDKT-an sama Fia ? Masalah buat lo ?! Gue juga pingin menang juga kali di misi terakhir ini."

"Tentu. Pokoknya lo nggak boleh deket-deket Fia, titik !" Jawab Lee sekenanya.

Joan tersenyum kecut,"Emangnya lo siapanya Dia he, sampai nglarang-nglarang gue deketin Fia ?" Sejurus, pertanyaan Joan membungkam mulut Lee yang berakhir salah tingkah sendiri.

Lee terus mengatur ruang pikirnya untuk menemukan jawaban yang longgar untuk mengertak pertanyaan Joan yang menyempitkan dirinya pada kenyataan. Dia bukan siapa-siapanya Fia, lalu mengapa tadi dia melarang Joan untuk tidak mendekati Fia ?

Joan langsung menaruh curiga dengan sikap sahabatnya itu. "Lo suka ya sama Fia ?" Mata hazel Lee terbuka sempurna menanggapi pernyataan itu.

"Gue..." Mulut Lee tertatih-tatih untuk menjawab. Jujur dari lubuk hatinya, ada hal yang berbeda yang dia rasakan ketika bertemu dan berada di hadapan Fia dibandingkan dengan cewek lain. Baginya, Fia itu, unik, aneh, gemesin, langka, dan ajaibnya cuma Fia-lah satu-satunya cewek yang membuatnya merasakan rindu.

"Gue... nggak tahu."

"Kok bisa nggak tahu, kan lo sendiri yang ngerasain ?"

🐇🐇🐇

"Lo Fia kan ?"

"Udah tahu pakai nanya." Jawab Dia sibuk meregangkan otot-ototnya dalam mode pemanasan sebelum melakukan latihan.

Cowok yang baru datang itu pun ikut melakukan pemanasan di samping Fia. Tiba-tiba saja, Pak Himawan datang memberi jarak antara Joan yang ingin mendekati putrinya dan memberi kode agar Fia mencari tempat lain. Fia menyanggupi permintaan Abahnya, segera.

"Halo, Om ?" Kata Joan mencoba mengakrabinya.

"Hola halo, datang-datang tuh salam.

"Oh, sorry. Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh Om ?"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh. Kayaknya saya tidak pernah liat kamu, orang baru ?"

"Iya, Om. Lagi pingin suasana baru."

Pak Himawan tertawa kecil,"Suasana baru ? Kenapa di sini ? Di sini tidak ada yang namanya suasana baru, sasana tinju ini udah berumur dan tidak ada yang baru."

"Enggak kok Om, bagi saya, sasana tinju kepunyaan Om Himawan ini benar-benar memberikan taste terbaru di dalam dunia tinju, sasana tinju ini sangat berbeda dari sasana yang lain. Klasik." Bela Joan tak mau kalah.

"Ya ya ya ya. Kamu benar. Tunggu," Pak Himawan menyadari hal yang janggal dari ucapan pemuda di sampingnya, bagaimana dia bisa tahu namanya. "Kamu tahu dari mana nama saya ?"

Joan menghentikan gerakan pemanasan lalu mengulurkan tangannya,"Perkenalkan, nama saya, Joan, teman sekolah Fia."

"Jono Andrean !" Sebut Fia memperjelas ucapan Joan. Ya, memang begitulah namanya. Joan, Jono Andrean. Entahlah, terinspirasi dari mana dan siapa sang bokap memberinya nama itu, nah sangking banyak yang mengejek namanya, dengan sangat yakin, Joan alias Jono Andrean membuat nama panggungnya di kancah most wanted dengan nama yang lebih cetar nan tralala.

"Joan." Tegas Joan pada Fia dengan setengah berbisik.

"Jono Andrean. Dia kakak kelas Fia Abah."

"Oh gitu. "

Setelah berbincang-bincang ngalor-ngidul, Joan benar-benar memecahkan rekor mendekati Fia melalui Abahnya. Entah kenapa perbincangan bertopik militer dan dunia tinju membuat Joan dan Pak Himawan cepat akrab.

"Jangan panggil saya Om, panggil Abah aja. "

"Iya, Abah."

Deru tangan seseorang yang meninju-ninju samsak terus menjadi fokus Joan beberapa menit.

"Abah tidak pernah tahu, sejak kapan Fia tertarik dengan dunia tinju,"Joan mulai menatap singkat Pak Himawan di sampingnya yang ikut memperhatikan Fia.

"Awalnya, Abah melarangnya untuk belajar tinju, Abah lebih senang dia bersenang-senang seperti gadis seusianya seusai peristiwa beberapa tahun yang lalu hingga merenggut senyumnya." Ujar Pak Himawan tanpa sadar.

"Peristiwa ? Maksud, Abah ?" Pak Himawan tersenyum tipis.

"Lupakan. Bagaimana kalau kamu latihan sama Abah ? Berani tidak ?!" Tantangnya.

"Sama Abah ? Beneran ? Nggak takut kalah, Bah ?"

"Wah, ngremehin orang tua kamu ?"

"Okey."

Mengejar Cinta Sofia [TERBIT]✓#MCS1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang