MCS : Senyuman itu...

1K 104 87
                                    

Diam dan diam. Sofia belum juga menunjukkan aksi kala beberapa siswa mencengkram tangannya untuk diseret ke meja Kepala Sekolah. Karena risih dengan tangan-tangan bukan mahram itu, Sofia memberontak. "Saya bisa jalan sendiri !!!" Alhasil, tangan-tangan itu melepaskan diri, namun tetap, mereka terus berjaga tanpa memberi celah untuk Sofia kabur.

Sofia terus digiring bak penjahat yang siap dijebloskan ke penjara. Mendengar celaan dan tuduhan yang sama sekali tidak pernah dia lakukan dari siswa-siswi yang dilaluinya, dirinya tak kuasa menahan rasa sakit yang membara di dada. Tak apa Sofia, kepahitan harus mengiringi perjalanan untuk mengecap manisnya kebenaran.

Peristiwa yang menimpa Sofia pun cepat menyebar ke seantero SMA Nagaswara, tanpa terkecuali oleh ketiga anggota Gradeon yang berada di kelasnya.

"Gue nggak percaya kalau Sofia ngelakuin hal segila itu, ya kali dia seberani itu," sahut Nathan di tengah perbincangan.

"Emmm...kalau menurut gue, bisa saja itu terjadi, ya, lo tahu sendiri kan gimana pertengkaran Teresa sama Sofia tempo hari ?" Pikir Joan menimang-nimang. Ya, alasannya cukup kuat juga jika Sofia benar-benar berani mencelaki Teresa atas dasar genderang perang yang telah berkobar sejak Sofia tiba-tiba masuk ke kelas unggulan dan mengajak Teresa bertengkar.

"Ada benarnya juga sih. Tapi, gue yakin, pasti yang mulai duluan si Teresa, ya, mau gimana, kita tahu sendiri kan Sofia itu cewek yang nggak mungkin cari perkara duluan," kata Nathan yang berharap pembelaannya terdengar Sofia dan menuai pujian.

Sementara di sisi kursi lain, Excel acap kali tak bergeming ikut membicarakan tentang apa yang telah terjadi. Yang pasti, pikirannya masih melayang-layang dengan satu pertanyaan yang menyiksanya. Apakah benar, Sofia menyukai Lee ?

Untuk urusan Sofia yang tengah terjadi, itu urusan gampang. Siapapun yang salah, bahkan mau Sofia yang salah pun, dia tidak akan membiarkan gadis yang mulai mengisi ruang hatinya itu mendapat hukuman, sekalipun itu hukuman yang ringan.

Baginya, urusan hatinya harus benar-benar tuntas dengan cepat.

Nathan yang melihat wajah murung Excel mendekati seraya menepuk pipinya agak keras hingga membuat Excel sedikit kesal.

"Resek amat lo !" Sembur Excel mengeluarkan diri dari ruang lamunan.

Nathan tertawa sendiri usai berhasil membuat Excel kesal. Ya, itulah kesukaan. "Apaan sih ? Lagi PMS neng ?"

"Lo bilang apa !?" Mood emosional Excel tertantang.

"Budeg apa gimana, gue bilang, lo lagi PMS ya neng. Sewot amat hari ini," cibir Nathan memancing emosional dengan kail ucapan yang sedikit menohok.

Excel langsung berdiri tegap menghadap rival debatnya itu dan bersiap mengarahkan pukulan. Tidak, tolong jangan memperkeruh suasana Excel, pikirnya.

"Kenapa nggak jadi pukul gue ? Takut ? Dasar pengecut !" Pancing Nathan lagi.

Sebelum pertengkaran mereka menjadi area babak-belur, Joan bersiap menarik Nathan agar menjauh dari Excel. Namun, Nathan menahannya dengan isyarat menggelengkan kepala.

"Kali ini lo beruntung, gue lagi nggak mood adu jotos. Tapi esok, gue nggak bakal lepasin lo ! Nyawa lo ada di sini," Excel menunjuk kepalan tangannya yang erat sekali.

Mengejar Cinta Sofia [TERBIT]✓#MCS1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang