MCS : Patah Hati

1.1K 109 47
                                    

"Lebih baik Kak Excel duduk sini aja ya, biar Erina aja yang ngeladenin maunya Fia." Tukas Erina menyodorkan teh hangat untuk pacarnya itu. Sementara, Sofia malah asyik memandu diri di rumah hantu.

Excel meneguk teh hangat dan menghabiskannya dalam satu waktu,"Lo bercanda ? Gue yang mau PDKT sama Fia, bukannya lo. Gue nggak mau tahu, lo harus bawa Fia ke sini lagi, karena, ada kejutan yang mau gue kasih ke dia."

Kejutan ? Kejutan apa ? Kenapa harus Fia ? Jerit Erina penuh kecemburuan.

"Maksudnya, Erina harus panggil Fia ke rumah hantu gitu ?"

"Iyalah," ucap Excel berlagak tak mau tahu.

"Tapi Erina takut kak."

"Gue nggak peduli tuh sama ketakutan lo, yang gue mau cuma Fia. Kalau lo nggak mau, ya udah, biar gue sendiri yang panggil Fia."

Melihat gelagat Excel yang berdiri sambil menahan sakit, Erina luluh juga ketakutannya. Dia harus ingat, Excel berani melakukan apapun demi Sofia yang sebenarnya pun bukan siapa-siapanya, lalu dia yang berstatus pacarnya kalah untuk melakukan apapun demi kekasihnya ?

"Kak Excel !" Panggil Erina menahan langkah Excel.

"Apa ? Katanya takut ?"

"Bukan-bukan, Erina cuma mau bilang. Biar Erina aja yang panggil Fia, Kak Excel istirahat aja ya." Pekik Erina mencoba menetralkan racun ketakutan yang makin meracau pikirannya.

"Nah gitu dong jadi pacar Excel Pradipta."

"Iya kak. Apapun demi Kak Excel."

Dan demi apa ? Setibanya di depan rumah hantu, Erina tak kuasa menahan gemetar di sekujur tubuhnya. Detak jantungnya yang tak beraturan menambahi sudah ketakutan yang merajalela.

Pelan-pelan penuh keraguan, Erina mulai mendekati kereta yang digunakan untuk menjelajahi rumah hantu tersebut. Tapi sebelumnya, tak lupa ia memanjatkan doa.

Keringat panas dingin terus mengucur deras di keningnya. Aura mistis mulai kentara sekali kala terdengar jeritan-jeritan ketakutan pengunjung lain yang sudah lebih dulu menaiki kereta.

"Lawan ketakutanmu, Rin. Demi Excel ! Demi Excel !" Serunya menggebu-gebu mengusir takut.

Hap !

"Erina...." Panggil seseorang dengan suara misterius.

Sebuah tangan tiba-tiba mendarat di pundaknya Erina yang belum juga menaiki kereta. Matanya terbelalak seketika, pikirannya berseliweran tak karuan. Sebisanya, Erina mencoba mencari tahu.

"Hai, Rin ?" Seketika pikirannya berseliweran tentang hal mistis hilang seketika.

"Fia, lo ngagetin aja sih ?"

"Hehehe, maaf. Lo ke sini mau ngapain ? Mau masuk ke rumah hantu juga ya ? Bukannya, lo itu phobia ya sama hal-hal yang berbau mistis." Ucap Sofia penasaran akan kehadiran temannya itu.

Belum juga menjawab.Buru-buru, Erina menjauhkan diri bersama Sofia dari rumah hantu tersebut.

"Gue ke sini mau panggil lo, soalnya Kak Excel dari tadi nyariin lo tahu." Ucapan itu malah ditanggapi tawa kecil Sofia.

"Nyariin aku ? Buat apa ? Nggak penting !"

"Fia, jangan gitu dong. Apa lo nggak lihat perjuangan Kak Excel buat bikin lo bahagia ha ?" Tukas Erina membela pacar diam-diamnya itu.

"Lha, aku kan nggak minta, dia sendiri yang mau ? Udahlah, Rin. Stop bujuk-bujuk aku untuk dekat sama Kak Excel. Karena itu nggak mungkin terjadi ! Lo tahu sendiri kan, prinsip aku apa ?" Erina mengangguk.

"Gue tahu, lo nggak mau pacaran dan nggak akan pernah dekat sama cowok sebelum halal. Gue masih ingat itu." Tegas Erina.

"Nah, itu ingat. Jadi buat apa aku harus dekat-dekat sama laki-laki yang bukan mahram aku ? Nambah-nambahin dosa !"

Erina menyela,"Tapi kedekatan lo sama Kak Lee ? Apa gue masih bisa bilang lo masih memegang prinsip lo itu ?" Sofia dibuat terbungkam. Dirinya dengan Lee ? Ada apa ? Bahkan dirinya sendiri tidak pernah menyadari anggapan kedekatannya dengan Lee.

Untuk meruntuhkan tembok kebekuan hatinya, Sofia lagi-lagi memilih tertawa kecil,"Aku sama Kak Arif Ali Rahman ? Aku kami berdua nggak ada apa-apa kok. Bahkan aku merasa nggak ada kedekatan di antara kami berdua."

"Bohong !" Sentak Erina.

"Aku nggak bohong, Rin." Bela Sofia mempertahankan diri.

"Gue tahu, Fia. Gue tahu kalau lo suka sama Kak Lee, bahkan sorot mata lo ketika bertemu Kak Lee sudah menjadi jawaban."

Di balik perdebatan sepasang sahabat itu, hati seseorang entah kenapa ikut tersayat mendengar apa yang Erina katakan. Dia merasa tidak terima dengan kenyataan bahwa Sofia ternyata memiliki rasa terhadap temannya sendiri. Lee.

"Jadi, sebenarnya Fia suka sama Lee ?" Excel berpikir sejenak,"Enggak-enggak ! Toh, Dia juga belum jawab jujur. Mungkin itu cuma akal-akalan Erina buat jauhin gue sama Fia." Tepis Excel.

Perdebatan masih berlanjut.

"Jawab dengan jujur Fia ! Lo suka kan sama Kak Lee !" Sofia hanya tersenyum tak mengerti untuk mempertahankan opini.

"Apaan sih, Rin. Lo bercanda aja," ucap Sofia berlalu untuk menghindari pertanyaan yang makin membuatnya terpojok.

Segera, Erina menahan Sofia. "Please, Fia. Gue butuh jawaban," ekor mata Erina masih mengintai gelagat Excel yang sedari tadi ia sadari kehadirannya. Inilah rencana Erina agar Excel tahu isi hati Sofia yang sebenarnya dan berpikir ulang untuk mengejar cinta Sofia. Dan, Erina juga tahu kok, Excel adalah tipe cowok yang siap mengalah untuk kebahagiaan temannya, termasuk merelahakn perjuangannya untuk Lee.

"Udahlah, Rin. Kenat kamu kekeh banget untuk membuat aku mengatakan, aku suka sama Kak Arif Ali Rahman ha ? Sudah aku bilang, kami hanya sebatas kenal, itu saja."

"Enggak enggak enggak. Gue nggak dapat jawaban itu di dalam mata lo, mata lo berkata lain, Fia. Gue tahu itu." Kata Erina tak mau menyerah untuk merobohkan pertahanan keras kepala temannya itu.

"Oke ! Aku menyerah !"

Excel tak sabaran untuk mendengar secara langsung jawaban Sofia.

"Kamu mau aku jawab apa ?! Aku suka sama Kak Arif Ali Rahman ? Baiklah, aku memang menyukainya, dan mungkin juga mencintainya. Tapi, untuk apa dia harus tahu, cinta ini hanya pelabuhan sementara bila tak ada sandaran yang mampu menyandarkan dengan kepastian. Puas !" Sofia melangkah pergi dengan kekalutan yang melanda. Tak menyangka, dia berani mengatakan hal yang sebenarnya atas nama persahabatan.

Sementara itu. Excel hanya dapat menelan kecewa atas apa yang barusan dia dengar. Harapannya luluh lantah. Dan dia sendiri tak tahu harus bagaimana untuk mengubur hidup-hidup perasaan yang mulai tumbuh untuk Sofia ? Apakah harus secepat ini perjuangannya berakhir ? Dan sesakit inikah setelah dia tahu, siapakah pemenang dalam permainan yang Gradeon ciptakan.

"Fiks ! Gue patah hati ! Gue patah hati !" Pekik Excel tak terima dan langsung pergi begitu saja untuk menyusul Sofia.

Lain hati yang patah itu, justru Erina merasa sangat-sangat senang, akhirnya ia mengetahui kebenarannya di saat Excel ada juga.

"Maaf Kak Excel, ini yang terbaik untuk kita." Ucap Erina yang sebenarnya mengerutuki diri.

❄️❄️❄️



Mengejar Cinta Sofia [TERBIT]✓#MCS1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang