MCS : Mempertahankan Tawa Sofia

1.7K 130 79
                                    

Pikiran Sofia berkelebatan memuji ujian yang kini dia sembunyikan dari sang Abah. Apa yang akan dia jelaskan bila hukuman dari sekolah atas perbuatan yang tidak pernah dia lakukan sampai ke telinga Abahnya ?

"Tidak latihan ?"

Sofia menggeleng lemah. Nafsu petinjunya tengah terjun bebas memikirkan beban yang jujur, tidak sanggup dia bendung sendiri.

"Tumben, ada masalah ? Atau Fia sedang sakit ?" Sofia tersenyum menepis anggapan Abahnya.

"Tidak Abah, Sofia nggak kenapa-napa. Hanya sedikit malas saja. Abah latih yang lain saja."

Pak Himawan menepuk bahu putrinya. "Jangan pernah sembunyikan sekecil apapun masalahmu." Ucapnya sebelum pergi melatih murid-murid di sasananya. Ya, dari gelagat Sofia yang murung itupun, Pak Himawan sudah bisa menebak kalau Sofia mempunyai masalah. Enam belas tahun menjadi Abahnya, tentu dia hapal betul bagaimana putrinya itu, dia tidak ingin Abahnya direpotkan dalam masalahnya. Toh, bila Sofia mengaku pasti saat masalah itu sudah selesai.

Untuk mengusir suntuk melihat Abahnya melatih murid-muridnya. Dikeluarkannya botol minum bening dari dalam tas. Hanya ada air putih ditambah tiga butir kurma di dalamnya. Dengan bacaan bismillah, Sofia meneguk air itu. Belum juga sampai dua tegukkan, matanya menangkap seseorang yang berjalan sambil menenteng tas di pundaknya mengarah ke tempat duduknya. Senyumnya yang mengembang itu sontak membuat Sofia gagal fokus hingga dia pun tersedak.

"Lo nggak papa kan ?" Cemas Lee melihat Sofia kesusahpayahan menghentikan batuk-batuknya.

Sofia menggeleng tegas dan buru-buru menenggelamkan botol minumnya ke dalam tas. Setelah dirasa batuknya hilang, dia mulai menginterogasi kedatangan Lee tersebut.

"Untuk apa Kak Arif Ali Rahman datang ke sini !?"

"Ayolah, Fia. Please jangan pernah panggil gue dengan nama itu, aku tidak suka." Gemasnya.

"Tidak suka ? Kalau Kak Arif Ali Rahman tidak suka dipanggil dengan nama itu, artinya kakak tidak suka juga dengan kedua orang tua yang telah memberikan nama itu ke kakak, iya !?"

Lee membuang muka sejenak,"Ish, bukan begitu." Percuma saja dia menjelaskan, toh Sofia juga tidak akan menuruti dan akan tetap memanggilnya dengan nama itu. "Sofia Sofia, kenapa lo galak banget sih ?" Desisnya yang masih terhubung di telinga Sofia.

"Apa ? Kak Arif Ali Rahman bilang apa ?"

Lee yang hendak kabur menoleh sambil menggelengkan kepalanya. Sofia tak jadi menahan Lee yang kini menyambangi Abahnya. Tidak tahu persis apa yang tengah Lee bicarakan dengan Abahnya, yang Sofia tahu, setelah Lee berbicara pada Abahnya, dia langsung menyusup di barisan murid-murid Abahnya.

"Jadi, Kak Ali mau latihan tinju ?" Pikir Sofia.

Lagi-lagi, kepergian Lee menyeret Sofia dalam pusaran arus masalah yang sedang dihadapi. Wajahnya sungguh tidak nyaman dilihat orang, tak ada senyum sedikit pun yang tampak di sana. Hanya ada murung dan rona kebingungan yang tertera.

Di sela-sela pemanasan yang dijalani, sesekali Lee memfokuskan perhatiannya pada Sofia yang duduk di kursi panjang sambil menopang dagunya dengan wajah muramnya. Saat mata Sofia tak sengaja mengarah kepadanya, lekas Lee melambai-lambakan tangannya sambil berucap lirih,"Nggak ikut latihan ?"

Ucapan itu hanya ditanggapi raut wajah yang seolah tak peduli. Sofia menarik wajahnya mengarah ke fokus yang lain. Namun, entah bagaimana ceritanya, sikap konyol yang Lee tunjukkan ketika pemanasan menjadi magnet tersendiri untuknya menarik diri dan memperhatikan.

Melihat gelagat konyol yang dilakukan berhasil menjadi pusat perhatian Sofia, Lee pun menaikkan level. Gerakan pemanasan yang seharusnya dilakukan seperti yang Pak Himawan contohnya dia ubah ke tarian patah-patah. Tak hanya itu, ekspresi wajah Lee sesekali terselimuti tampang konyol dan tawa kecil.

Jujur, saat itu juga, Sofia tak mampu menampung niatannya untuk tidak tertawa lepas melihat gelagat konyol Lee itu. Apalagi setelah Abahnya mengetahui aksi Lee itu.

"Kenapa kamu malah main-main saja ha ! Yang serius !" Pekik Pak Himawan menabok paha Lee dengan sebilah rotan.

"Aduh aduh aduh, sakit, Bah." Alhasil, Lee dibuat loncat-loncat kesakitan sambil mengusap-usap pahanya yang panas.

Tak masalah, bahkan untuk bisa mempertahankan tawa kecil Sofia, dia rela dipukuli ratusan bahkan jutaan kali agar dia bisa tertawa melepas sedikit beban yang di tanggung itu.

"Pukul lagi saja Kak Ali, Bah. Sejak tadi dia tidak serius belajarnya !!!" Usil Sofia di tengah tawanya.

Lee menyorot Pak Himawan meminta belas kasih, tangannya menagkup,"Jangan-jangan, saya akan serius kali ini." Dia beralih melihat Sofia."Bentar, Bah. Sebelum saya serius, boleh saya tanya ke Sofia."

"Maksudnya?" Tanya Pak Himawan tidak paham.

"Fia. Fia suka ya kalau gue dihukum ?" Teriaknya pada Sofia yang terpaut sepuluh meter dari tempatnya berdiri.

"Suka." Jawab Sofia bercanda. Meskipun begitu, tetap saja, Lee menganggapnya serius.

"Sesuai permintaan Fia, Bah. Lee dihukum saja."

"Ha ?" Ucap Pak Himawan tak percaya dengan permintaan Lee.

"Pukul Lee lagi, Bah. Jika perlu, sampai Sofia menghentikan murungnya."

"Tidak tidak tidak. Ayolah, Nak Ali. Manusia mana yang mau dihukum tanpa dia melakukan kesalahan. Ada-ada saja." Kata Pak Himawan beralih ke ring tinju.

Namun, niatannya buru-buru dicegah oleh ucapan Lee,"Ada, Bah. Orang itu selalu mengalah, tetapi dia tidak pernah kalah, maka dari itu, banyak orang yang memanfaatkan dia untuk dijerumuskan ke dalam sebuah kesalahan yang tak pernah dia lakukan hingga membuatnya tenggelam dalam hukuman. Orang itu adalah. Sofia." Sontak Pak Himawan membalikkan badannya dengan sorot bertanya-tanya.

"Apa maksudmu ?"

Panjang lebar percakapan yang terjadi di antara mereka, tak ubah membuat Sofia bertanya kepada suasana yang sulit digambarkan.

"Kenapa Abah memandang Kak Ali seperti itu ? Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan ?" Tanya Sofia pada dirinya sendiri.

Untuk memecah rasa penasarannya, dia pun mendekati keduanya yang masih bertatap muka.

"Abah sama Kak Ali lagi bicarain Fia ya ?" Polos Sofia.

🌼🌼🌼

Lanjut lagi atau istirahat dulu ?🤭

Sebelumya, sekalian ya author ngiklanin akun IG, siapa tahu bisa mempererat jalinan silaturahmi pembaca sekalian sama aku. Follow Ig aku di @diyandy_dwiyanti 🤭🤭🤭

Mengejar Cinta Sofia [TERBIT]✓#MCS1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang