Bagian - 10

0 0 0
                                    

Waktu berlalu, sekarang adalah hari minggu. Di hari-hari sebelumnya Adele tidak jadi menginap, ibu berkata Annete mengajaknya tinggal di perlindungan. Aku menjalani hari-hariku dengan buruk, aku makan terlalu banyak, tidur terlalu lama, dan tidak melakukan hal-hal yang menyenangkan selama itu.

Aku pergi ke taman setiap jam sembilan setiap hari dan berdiam diri disana selama beberapa jam. Aku menunggu Mono, aku menyesal dan masih menyalahkan diriku sendiri sampai sekarang karena kejadian itu. Aku terus mengingat wajah Mono yang gelisah sebelum orang tua itu menariknya dengan keras. Aku juga ingat Mono menungguku selama beberapa jam disana, aku hanya berharap kalau dia sebenarnya tidak melakukan itu.

"Sialan... Kenapa tubuhku selalu lemas seperti ini..." gumamku sambil berbaring di kasur. Aku bangun beberapa jam yang lalu, sekarang jam tujuh lebih.

"Seharusnya aku berkebun, menggambar, menulis, membuat lirik, dan jalan-jalan." lanjutku. "Sepertinya Mono mengutukku."

Kemarin lusa aku pergi ketaman saat malam hari, berharap aku bisa bertemu dengan Mono disana seperti pertama kali kita bertemu. Aku pergi kesana dan membeli permen mint dan minuman, lalu duduk didekat tong sampah ditempat pertama kali kita bertemu. Tempat itu tidak terjamah cahaya lampu, sehingga aku duduk dikegelapan menyandar ke tempat duduk yang terbuat dari semen, sebenarnya waktu itu aku sedang duduk dilantai bebatuan.

Malam itu angin menembus jaketku, aku menggigil sambil makan permen. Sebenarnya aku takut seseorang akan menjahatiku, terutama di tempat gelap seperti ini. Tapi waktu itu di toko-toko lumayan ramai, aku hanya perlu berteriak meminta tolong ketika ada seseorang yang berniat menjahatiku.

Aku memperhatikan jalanan dan melihat semua orang yang lewat disana. Karena bosan aku mengeluarkan earphoneku dan menyetel musik. Suasana di tempat itu sangat indah dan menenangkan, terutama cahaya-cahaya neon yang indah membuat termpat itu sangat berestetika. Bukan hanya toko-toko makanan, ada toko poster dan mainan juga disana, aku mengamati toko-toko itu dari jauh.

Aku terkejut ketika melihat seseorang berjalan tepat didepan wajahku. Aku tidak mendengar langkahnya karena suara musik yang keras ditelingaku. Orang itu tidak menghiraukanku dan hanya berjalan sambil membawa sesuatu. Aku melepas earphoneku, dan berjalan ke arah orang itu.

Dia adalah Mono, dia membawa karung dan sedang mengacak-ngacak tong sampah, mungkin dia tidak melihat wajahku karena gelap, atau mungkin dia marah kepadaku dan mengabaikanku. Aku menyapanya, dia masih mengabaikanku, aku lalu menyentuh pundaknya, dengan cepat dan kasar Mono membalikkan badannya untuk menyingkirkan tanganku.

”Kau marah Mono?” tanyaku.

Mono hanya terdiam dan mengacak-ngacak tong itu dengan lebih cepat dan kasar.

”Aku minta maaf waktu itu, teman ibuku kece...”

Mono mengangkat karungnya dan melangkah menjauh dari situ dengan cepat. Aku hanya terdiam, ingin sekali aku menangis waktu itu. Aku tidak mengejarnya karena aku tahu itu akan sia-sia, sudah jelas Mono marah kepadaku.

Keesokan harinya aku pergi lagi kesana saat pagi dan malam. Tapi sekarang Mono tidak kesana, aku menunggunya sampai larut tapi dia tidak datang. Aku tidak tahu kenapa aku tetap mengejarnya dan mencoba untuk meminta maaf kepadanya. Biasanya aku tidak terlalu peduli saat seseorang marah kepadaku, meskipun itu teman dekatku sendiri. Aku terbiasa sendiri, tidak mempunyai teman bukan masalah besar bagiku. Tapi entah kenapa masalahku dengan Mono sangatlah berbeda, entah kenapa aku merasa sangat bersalah, aku hanya merasakan bahwa Mono adalah orang yang mempunyai banyak masalah dan rasa sakit, dan aku menambahkannya.

Sekarang aku berencana untuk pergi lagi ketaman. Bukan hanya untuk menunggu Mono, tapi karena rumahku terasa menyesakkan dan membosankan karena terlalu lama tinggal didalamnya. Aku turun kelantai bawah sambil membawa handuk dan baju ganti. Seperti biasa, ibu sudah bersiap-siap untuk bekerja sambil duduk disofa.

"Selamat pagi Maval, kau memecahkan rekor kemarin, sekarang kau lebih malas dibanding biasanya." kata ibu setelah mengecek jam tangannya.

"Terimakasih... Mungkin kau harus menyiapkan piala besok, karena aku rasa aku akan memecahkan rekor dunia." kataku datar.

"Besok kau pergi kesekolah, kau ingat? Aku akan membangunkanmu jika kau bangun terlambat."

"Yap, aku hanya bercanda. Aku akan bangun lebih pagi besok."

Dikamar mandi saat aku membuka pakaianku aku teringat sesuatu. "Mono bilang dia sekolah di Calemia Hartleaf, sekolah yang sama denganku. Mungkinkah aku bisa bertemu dengannya disana dan meminta maaf kepadanya? Aku rasa sangat mungkin, aku harus membawa permen mint sebagai hadiah permintaan maaf."

Seperti biasa, ibu pergi bekerja jam setengah delapan dan meninggalkanku dirumah dengan bekal yang dia berikan. Aku menunggu jam sembilan sambil tiduran disofa, aku merasa aku sangat berbeda dengan diriku yang dulu dikota lama, sekarang aku terasa lebih malas dan tidak bersemangat.

Aku ketiduran waktu itu. Saat aku bangun dengan cepat aku melihat ponselku. "Sembilan dua puluh empat." gumamku. "Aku tidak peduli, lagipula dia tidak akan ada disana."

Meskipun begitu aku tetap pergi kesana. Aku memakai sepatu, mengunci pintu  dan menyeletingkan jaketku. Entah kenapa aku jadi kecanduan memakai jaket, mungkin karena melihat ibu yang terus memakai jaket kemanapun dia pergi. Kemudian aku melangkah dengan pelan ke arah taman.

Seperti biasa, waktu itu taman terlihat sepi, tidak ada tanda-tanda kehadiran Mono disana. Aku selalu pergi ke toko terlebih dahulu untuk membeli makanan lalu pergi ke taman dan duduk sambil makan setelahnya.

Aku terkejut ketika melihat Mono sedang berjalan di suatu jalan di ujung taman di arah yang berlawanan. Aku menyipitkan mataku untuk melihatnya dengan lebih jelas, seseorang lalu mengagetkanku.

"Kau kenal dia? Dia adalah Mono, seorang gadis autis yang tinggal sendiri dengan ayah tirinya."
Aku menengok ke orang itu, dia adalah penjaga toko makanan yang sering aku datangi. Ini pertama kalinya aku melihat dia keluar.

"Autis? Apa kau serius?" tanyaku.

Penjaga toko itu mengangguk. "Setidaknya itulah yang aku dengar dari orang lain. Katanya dia tidak pernah mengobrol dan sering menjauhi orang lain. Dia juga sering menundukkan kepalanya ketika seseorang bertanya kepadanya, dia bahkan sering diam saat ada orang yang memukulnya. Terkadang memang ada orang yang jahat kepadanya sih." kata penjaga toko itu, dia lalu tersenyum dan berjalan ke toko lain.

"Mono autis?" tanyaku dalam hati. "Autis itu apa?"

Entah kenapa sekarang aku membiarkan Mono pergi begitu saja tanpa mengejarnya. Aku melihatnya dari jauh, dia sedang jongkok dan mengelus-ngelus kucing ditanah.

Mono lalu pergi ke jalur yang sama saat dia pulang kemarin lusa saat malam. Dia berjalan sambil menari-nari kecil. Bagiku. dia sangat terlihat seperti orang yang kesepian, dia mencari kesenangan sendirian dan menjauhi orang lain, mirip seperti diriku, tapi aku rasa Mono lebih parah.

••••

Maval FolsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang