°05

387 65 24
                                    

donghyun menatap tidak suka seonggok daging yang sekarang tengah duduk di atas sofa ruang tamunya sambil memindai seluruh barang yang ada seolah di rumahnya sendiri.

"bisa nggak usah pegang-pegang? aku baru saja mengelapnya," titah donghyun yang lagi bikinin kopi buat tamunya (terpaksa).

sementara youngmin, sang tamu, menatap donghyun yang nampak lucu karena masih memakai celemek, kelihatan kalau pria itu memang habis melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak dan bersih-bersih.

"masak apa kamu hari ini?" tanya youngmin tidak mengindahkan perintahnya donghyun, malah ia mengambil remote tv dan menyalakannya untuk melihat berita harian.

"kamu lagi ngode apa gimana?"

youngmin tertawa, tidak merasa tersinggung karena donghyun masih enggan memanggilnya 'kakak' seperti jaman pacaran dulu. tidak apa-apa, youngmin maklum, semua ini terlalu tiba-tiba dan donghyun butuh waktu.

justru itu semakin baik, karena donghyun mulai membuka dirinya. dia sudah tidak marah-marah lagi ketika youngmin selalu tiba-tiba muncul di hadapannya, meski kadang ia juga menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sensitif.

"nih." donghyun meletakkan dua gelas americano dingin ke atas meja. celemeknya sudah dilepas dan ia duduk di kursi makan, masih enggan untuk duduk di sebelahnya youngmin.

"makasih. masih hapal aja sama kesukaanku," ucap youngmin setengah menggoda.

pipi donghyun memerah, namun ia hanya memutar bola matanya malas dan menjawab dengan ketus, "soalnya kalau aku buatin macchiato nanti kamu diabetes. ingat umur!"

"iya, iya, aku paham." youngmin tetap tersenyum, kemudian meminum kopi yang ia yakini terdapat sisa-sisa cinta kasih dari donghyun.

diam sesaat, entah keduanya terlalu fokus sama berita di televisi atau mungkin sibuk dengan pikiran masing-masing.

donghyun benci mengapa ia masih saja deg-degan luar biasa meskipun youngmin pernah meninggalkannya. padahal seumur hidupnya daehwi, donghyun hampir melupakan youngmin dalam segala aspek. memulai dan menikmati hidup barunya yang sekarang.

lalu si kambing tua ini datang membawa penjelasan dan entah mengapa, donghyun sama sekali tidak bisa menyalahkannya 100 persen meskipun dia ingin.

kehamilan donghyun juga merupakan kesalahannya dan ia sendiri harus menanggung segala resiko yang ada. toh, sejak awal donghyun sebenarnya menerima hal itu, dia tidak pernah berpikiran untuk menggugurkan janinnya, hanya meminta pertanggungjawaban saja.

"tadi aku bertemu daehwi." suara berat youngmin memecah lamunannya.

"sungguh?? kok bisa???" tanya donghyun tak percaya. baru kemarin dia menceritakan identitas anaknya (anak mereka, sih), takdir sudah mempertemukan keduanya.

"dia di rumahku—"

"KAMU MENCULIKNYA???" donghyun panik. pasalnya daehwi tadi siang memang pamit mau ke rumah temannya dan sampai sekarang belum ada tanda-tanda ia akan pulang.

"ENGGAK! ENAK AJA!" youngmin langsung memasang pertahanan karena donghyun ingin melemparinya dengan sendok. "dia temannya eunsang, kok. tenang saja."

bahu donghyun kembali rileks. dikembalikannya sendok tersebut ke gelas kopinya. tapi aneh, seingatnya daehwi tidak pernah cerita kalau dia punya teman yang adalah adik kelasnya.

dan setau donghyun, daehwi itu punya geng dan semuanya berisik sekali seperti lumba-lumba, apalagi kalau mereka main ke apartemen.

"aku tahu yang kamu pikirkan," ujar youngmin seolah tahu mengapa donghyun tiba-tiba merenung. "eunsang itu sangat pendiam dan bisa kulihat, daehwi itu ekstrovert sekali. aku juga heran bagaimana mereka bisa kenal."

Papa? [MXM - Youngdong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang