°15

301 36 7
                                    

donghyun mengerjap begitu alarm dari ponselnya berdering, lupa ia matikan pengaturannya. melihat waktu, ini bahkan masih terlalu awal untuk beraktivitas terutama di hari natal seperti ini dan ia sendiri rasanya baru beberapa jam saja memejamkan mata. jadi ia pun meletakkan ponselnya kembali di atas nakas, menghembuskan nafas pelan saat menyadari bahwa ia sedang tidak sendirian.

tubuhnya berbalik, sedikit meringis akan rasa pegal dan nyeri yang bercampur menjadi satu pada bagian bawahnya. wajahnya seketika memanas begitu menghadap seorang pria lainnya yang masih terlelap dengan memeluk erat pinggangnya. tak terusik sama sekali oleh lagu sample yang digunakannya sebagai pengingat 'bangun tidur' setiap harinya.

seulas senyum tercipta. tangan donghyun bergerak sangat pelan menyusuri detail-detail indah yang ada di hadapannya. im youngmin. mulai dari kelopak matanya yang terpejam, hidungnya, bibir yang terkatup hingga garis rahangnya yang melekuk tajam.

ia masih tidak menyangka akan berada dalam keadaan seperti ini. semua masih saja terasa seperti mimpi. berbaring bersama dengan pria yang pernah —dan masih—dicintainya, melakukan 'itu' setelah belasan tahun lamanya, dan menatap wajahnya dalam jarak sedekat seperti sekarang.

wajah youngmin tidak banyak berubah. walau termakan usia pun, pria yang berusia 3 tahun lebih tua darinya itu tetaplah memiliki wajah yang tegas dan memikat. masih dengan raut yang dingin namun berubah menjadi lugu dan kekanakan saat ia tersenyum. ingin rasanya donghyun menyimpannya untuk diri sendiri. tak rela membayangkan berapa banyak wanita ataupun sesama lelaki yang berusaha mendekati youngmin selama ini.

padahal donghyun sendiri, selama berkutat dengan kehidupannya mengurus daehwi sudah berpacaran dengan beberapa pria lainnya. agak merasa bersalah sebenarnya, namun salah sendiri youngmin meninggalkannya tanpa penjelasan!

manik itu terbuka perlahan, menatap tepat pada donghyun yang masih betah memindai wajah tampannya dan mengusap rambutnya.

"selamat pagi," bisik youngmin dengan suara serak khas bangun tidur, tersenyum tipis, kemudian membelai pipi donghyun yang basah. "kenapa menangis, hm?"

donghyun juga tidak tahu sejak kapan ia menangis. ia tak ingat apa saja yang dipikirkannya selagi memperhatikan youngmin yang sedang tidur karena terlalu banyak memori yang melintas. namun ia enggan menghapus air matanya dan malah semakin membasahi bantalnya.

"aku.. rindu.." isak donghyun mengeras dan youngmin memeluknya makin erat, membiarkan yang lebih muda menangis di dadanya. "aku.. hiks.. sangat merindukanmu."

"aku di sini, sayang." youngmin mengecup pucuk kepalanya. "maaf.. maaf aku pergi terlalu lama."

"tidak apa-apa. hanya saja rasanya seperti mimpi.. maaf, hiks— padahal kau sudah bersamaku, tapi aku masih saja merindukanmu— hiks jangan tinggalkan aku—"

donghyun tersedak oleh tangisannya sendiri. membuat youngmin menepuk-nepuk punggungnya pelan seperti yang biasa ia lakukan saat mereka masih pacaran dulu ketika donghyun diganggu oleh teman-teman sekolahnya.

lagipula donghyun heran mengapa subuh seperti ini selalu menjadi jamnya overthinking.

"hey, lihat aku." tangan kokoh youngmin bergerak menangkup wajah donghyun yang sembab, menatapnya dengan lekat. "bersamamu, daehwi, dan juga eunsang adalah kebahagiaan terbesar dalam hidupku. untuk apa aku pergi lagi, hm? kalian bertiga adalah rumahku."

donghyun mengangguk dan ikut menghapus air matanya. ia sendiri heran mengapa tangisnya bisa meledak begitu saja, apalagi ini adalah hari istimewa youngmin dan ia sudah membuat pria itu meladeni pikirannya yang tidak-tidak.

"selamat ulang tahun," ucap donghyun serak, ia pun batuk sekali dan membuat youngmin yang melihatnya tertawa lucu. "maafkan aku tidak memberikanmu apa-apa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Papa? [MXM - Youngdong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang