Part 4

2.6K 228 1
                                    


Shefira Zeyamora melangkahkan kaki keluar dari gedung perusahaan penerbitan. Wajahnya sangat kusut dengan air mata yang hendak jatuh dari pelupuk matanya. Dengan cepat, wanita berhijab itu segera menghentikan taksi yang akan membawanya ke rumah. Sungguh, perasaannya saat ini kacau balau setelah kejadian yang ia alami tadi.

Shefira memandang ke arah jalanan yang lumayan lenggang. Masih teringat jelas penolakan dari pihak penerbit tadi di benaknya. Shefira sungguh kecewa atas kerja sama yang ia rajut sejak pertama kali menerbitkan buku. Apa? Plagiat? Kejam sekali mereka mengatakan hal itu. Hanya karena aduan dari seseorang yang tidak berani mereka sebutkan, hancurlah sudah kerja kerasnya selama hampir satu tahun ia menulis cerita, mengoyak ide, dan revisi ke 3 ini. Shefira pun hanya tersenyum getir. Kenapa tidak dari dulu saja ditolaknya? Kenapa setelah hampir 80% mereka tolak dan batalkan? Sungguh, ini pertama kalinya Shefira mengalami masalah seperti itu.

Perlahan, taksi yang ia tumpangi berhenti. Shefira segera turun setelah menyerahkan beberapa lembar uang dan mengucapkan terimakasih kepada sopir taksi. Shefira sudah tak sabar untuk masuk kamar, menguncinya, dan menangis di balik bantal yang membekap wajahnya.

Setelah dirasa cukup lelah menangis, Shefira segera mengotak atik ponsel nya dan menghubungi seseorang. Mudah mudahan ini keputusan yang benar. Shefira hanya ingin istirahat sebentar, dari kekacauan ini.

Tut....tut....
Tak kunjung juga orang diseberang telepon mengangkat panggilannya. Shefira pun memaklumi bahwa orang itu sangat sibuk. Meletakkan handphone nya sebentar, dan kembali menghubungi setelah 10 menit berlalu.

'Halo, assalamualaikum." Ucap orang diseberang telepon dengan suara tegas dan sedikit arogan terdengar di telinga Shefira.

"Waalaikumussalam. Maaf kalau saya mengganggu. Saya hanya ingin menyampaikan suatu hal. Tidak lama kok. Bisa? Oh ya, ini Shefira" Shefira harap harap cemas mengatakan hal itu. Dalam hati, Shefira menggumamkan kata maaf berulang ulang yang ditujukan kepada seseorang diseberang telepon yang sudah sudi ingin membantunya.

Entah hanya perasaan Shefira semata atau memang nyata, sekilas ia mendengar dengusan geli dan deheman kecil dari seberang telepon. Seperti menahan rasa senang? Entahlah.

Beberapa detik kemudian, orang tersebut akhirnya berbicara.
'Saya tahu kamu. Tentang apa? Apa kamu sudah menyiapkan pertanyaan untuk wawancara? Kesepakatan kita 3 hari yang lalu kan, besok kita ketemuan.'

Seketika, Shefira agak bergidik ngeri waktu orang itu bilang ketemuan. Perasaan Shefira segera berubah menjadi tidak enak untuk mengatakan hal yang akan ia katakan selanjutnya.

"Eh... sebelumnya saya mengucapkan terimakasih sebesar besarnya karena pak Arkan sudi meluangkan waktu untuk saya wawancarai besok. Tapi-

'Tak usah sungkan. Kamu sudah mengucapkan terimakasih tiga hari yang lalu waktu menghubungi saya. Ya... walau saya sibuk, tapi saya masih berbaik hati.'

Perempuan berjilbab biru navy itu pun segera menundukkan kepala nya ke kasur dan mengelus dada singkat. Narsis sekali orang ini. Jeritnya dalam hati. Dengan menahan kekesalan, Shefira pun melupakan perasaan enggannya dan langsung to the point.

"Maaf. Tapi dugaan bapak salah. Sebelum saya mengatakan ini, saya berharap bapak memaafkan saya lebih dulu. Mohon maaf, bapak Arkan yang terhormat. Saya tidak bisa memenuhi agenda yang telah saya dan bapak rencanakan. Ada suatu hal yang tidak bisa saya katakan pada bapak. Dan hal yang perlu digaris bawahi. Saya berencana vakum menjadi penulis selama 2 bulan. Oleh karena itu, saya menghubungi bapak untuk membatalkan wawancara. Sekian pak, terimakasih. Wassalamualaikum."

Karena kesal, Shefira pun segera menutup sambungan telepon tersebut. Setelah itu ia membuka akun baca onlinenya serta media sosial untuk memberitahukan bahwa ia vakum selama 2 bulan dan meminta maaf tidak bisa aktif menulis dalam masa vakumnya.

DEADLINE (Kejar Jodoh) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang