1. Alas Pati

2.3K 243 273
                                    

Nama Kelompok : CUP10 AYE

Ketua : Abizar

Anggota :
- Gevran
- Vulgov
- Ghama
- Arvell
- Rojax

.....

Raungan serigala dan suara kerik jangkrik bersahut-sahutan melengkapi sunyi malam. Tatapan tajam serta mata menyala dari seekor burung hantu terlihat mengintai dibalik pohon pohon rindang.

“Zar, kau yakin dengan ini? Apa tidak sebaiknya kita berhenti lalu beristirahat sebentar?”

Matanya melirik tepat pada sebersit bayangan hitam yang bertengger di rindangnya pepohonan. Vulgov terdiam, ia tahu temannya sedang melihat sesuatu tak kasat mata. Sementara gevran sudah menggigil ketakutan di belakang bersama Rezzien.

“Jika kita berhenti, kita tidak tahu ketika bangun nanti anggota tubuh kita masih lengkap atau sudah hilang” kalimat dingin yang terdengar menusuk terucap dari bibir sang ketua.

Abizar melangkahkan kakinya semakin jauh ke dalam hutan, mau tak mau teman-temannya yang lain mengikuti. Mereka tak ingin mengambil resiko terpencar tak tentu arah.

“lagian kenapa sih kita harus mengikuti Camp disini, lihat kita terjebak akhirnya. Mana aku juga tidak tahu ini dimana.” Ujar Rezzien sembari menghentakan kakinya.

Vulgov menatap tajam Rezzien, menyuruhnya diam agar tidak semakin mengundang sesuatu yang berada dalam hutan ini. Ia sendiri juga was-was, tapi jika panik tidak akan membantu.

Abizar dan yang lain menyusuri hutan yang hanya di soroti oleh cahaya rembulan serta lampu senter yang bahkan sudah agak redup. Ia melihat sebuah bangku yang terbuat dari bangku, entah bagaimana bangku ini bisa ada disini. Terlihat tua dan bertingkat

“Kenapa kita tidak bermalam disini saja? Bangku ini cukup tinggi sehingga binatang pun sulit menggapainya, cukup aman untuk kita tidur” Saran Vulgov yang kompak disetujui gevran dan Rezzien

Abizar menghela nafas, ia merasakan aura asing disini. Tapi jika melihat teman-temannya yang sepertinya kelelahan akhirnya ia hanya mengangguk.

Waktu semakin berjalan, keadaan hutan semakin gelap. Abizar dan teman-temannya mulai terlelap tanpa tau hal apa yang terjadi keesokan hari.

“AARGHHH!!!”  Teriak gevran yang sontak membuat yang lain terbangun

“AAAA!! Kepala siapa ini?!” Susul Rezzien ketika menemukan sepotong kepala tergeletak di sebelahnya dengan sisa darah yang terlihat segar.

“CEPAT KITA LARI DARI SINI! KEMASI BARANG KALIAN!” Perintah abizar yang mulai paham akan kedatangan suatu bahaya

Abizar, Vulgov, gevran, dan Rezzien berlari menyusuri hutan meninggalkan tempat misterius tersebut. Tak tentu arah, dengan raut ketakutan yang terlihat jelas. Tanpa tau seseorang sedang memperhatikan dengan senyum terkembang di wajah pucatnya.

Derap langkah kaki semakin terdengar, tatap mata tajam tersirat kewspadaan terlihat jelas di wajah abizar. Sebenarnya tempat apa yang dipilih oleh panitia Camp ini, kenapa tempat seperti ini.

“Abizar! Kita lari kemana lagi?! Sejak tadi kita belum menemukan jalan terang” kata gevran dengan keringat yang membasahi wajahnya

Rezzien dan Gevran melirik ke segala arah dan menyadari keberadaan pondok kecil yang cukup untuk dibuat singgah sementara. Mereka berjalan mendekat menuju pondok tersebut, Abizar menelisikkan mata melihat ke seluruh penjuru pondok, Vulgov menatap heran pondok siapa itu?

“kita disini dulu sebentar, aku lelah”  ucap gevran yang langsung tergeletak dengan nafas terengah-engah.

Vulgov memutari pondok tersebut, ia menemukan kalimat yang terlihat usang dengan noda hitam pekat yang entah artinya apa. Ia memberitahu abizar tentang ini

“dit is maar een klein spelletje”

BRAK!

Suara dibedakan dinding bambu itu terdengar nyaring, Rezzien dan gevran terlontar kaget langsung bersembunyi di belakang abizar dan Vulgov.

Oh! Tulisan itu berubah

“Finde bald einen Ausweg oder kann nicht für immer ausgehen”
“Segera temukan jalan keluar atau tak bisa keluar selamanya.” Eja Vulgov yang tau kalimat itu menggunakan bahasa Jerman

Mereka segera meninggalkan pondok kecil itu, dan berlari kembali untuk mencari tempat yang aman.

“AKHHH SAKIT! GEVRAN TOLONG” raungan kesakitan Rezzien terdengar menyakitkan,
“J-jari kakinya terputus” Abizar tersentak dan langsung menengok keadaan Rezzien, benar jari kakinya terputus. Dengan sigap ia langsung mengambil kain dan membalut kaki Rezzien untuk menghentikan pendarahan.

“Cepat aku akan menggendong mu, kita harus segera pergi dari sini!” Rezzien melingkarkan tangannya di leher abizar, dan mereka kembali melanjutkan perjalanan untuk menemukan jalan keluar.

“ARGHHHH MATAKU!!” Sebuah kayu runcing menusuk tepat ke arah mata gevran, Vulgov terlihat panik, bola mata gevran menggelinding tepat di bawah kakinya. gevran tergeletak keras diatas tanah. Vulgov menyentuh leher gevran memastikan ia masih hidup atau sudah mati.

“Abizar, gevran mati”
“kita harus segera keluar dari sini cepat Vulgov tinggalkan gevran”

Air mata vulgov mengalir sepanjang arah, disertai isakan Rezzien yang terkejut dengan kematian gevran yang mengenaskan. Abizar semakin melajukan lari nya, hutan ini berbahaya. Ia harus segera keluar dari sini.

Detak jantung terpacu, keringat bercucuran dengan nafas tersendat sendat. Mereka menyusuri hutan penuh misteri itu dengan bayangan nyawa mereka yang terancam.

“ABIZAR, VULGOV! Tolong akhh” tubuh Rezzien tertarik oleh akar akar pohon yang tiba tiba melilit dengan kencang.

“TIDAK REZZIEN! BERHENTI SIAPAPUN BERHENTI, JANGAN MENYAKITI KAMI!” Teriak abizar lantang

“ARGHHH S-STOPHH” akar-akar tajam itu menusuk pipi Rezzien membuat lubang yang cukup besar dengan darah yang mengalir di setiap hujaman. Tangisan Rezzien tak terelakkan, ia lebih memilih mati daripada tersiksa dengan perlahan seperti Ini.

“REZZIEN! BERHENTI AKAR BODOH” Vulgov mengambil pisau yang ada di ranselnya lalu berusaha memotong akar yang melilit Rezzien, tapi akar itu malah semakin mengerubungi tubuh Rezzien yang sudah penuh akan darahnya.

“AKH! B-berhenti aku mohon. Ampun” Tusukan akar tersebut semakin menjadi, berpindah tepat di sekeliling leher rezzien.

“Aku Katakan Untuk berhenti! aku Mohon, Arghh! cukup Untuk semua ini. jangan sakiti DIA! berhenti Menyakiti sahabat kami. Aku Tidak Ingin ini lebih buruk.” Racau abizar dengan tangan yang menarik akar-akar tersebut.

“Abizar, r-rezzien..” tangisan mereka pecah melihat rezzien sudah tak bernyawa dengan kepala yang sudah terlepas dari badannya.

“LARI ZAR LARI!”

Mereka berdua lari meninggalkan tubuh Rezzien yang sudah tak bernyawa. Bayangan itu terus mengikuti tanpa disadari, abizar merasakan hawa asing mulai menyergapnya.
Ia menarik tangan Vulgov agar semakin cepat melajukan larinya.

Matahari mulai terlihat menjulang, suasana hutan sudah mulai terang. Mereka terus berlari dengan keadaan pakaian yang sudah terkoyak dan darah yang menodai pakaian mereka.

Abizar menemukan sebuah pagar yang bertuliskan jalan keluar, ia dan Vulgov bergegas menuju pagar tersebut. Ketika sudah hampir tiba di dekat pagar. Vulgov membaca kalimat yang tertulis di papan dekat pohon tua tetapi tak ia mengetahui artinya .

“Kakva je igra od mene, čovječe?”

Akhirnya mereka berdua berhasil keluar dari hutan tersebut, walau dengan pandangan kosong dan pikiran bercabang. Dan bayangan tentang raut wajah keluarga mereka.

#CalonKapten
#WeStory
#EscapeRoom
#WeCanEscape
#WorkHardPlayHard

Kapten-TraineeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang