4th April - Hukuman

608 75 1
                                        

Tidak ada pilihan lain selain membawamu ke rumah. Kamu bergeming dari tempat dudukmu meski aku memelas memintamu turun dan memesan kamar hotel. Bahkan, aku sudah memperingatimu, jika kamu datang ke rumah, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu. Kamu bisa saja babak belur dihabisi keluargaku yang berang.

"Sudah sepantasnya aku mendapatkan hukuman itu, Nirmana," ujarmu lirih.

Prediksiku tidak meleset. Begitu aku memperkenalkan kamu kepada keluargaku, pukulan dari abang dan abang iparku melayang tak tentu arah. Ayahku hanya terduduk menatapmu tajam. Tanpa sepatah kata ia menikmati pemandangan kamu yang tersudut dikepung dua lelaki bertubuh standar tapi sangar. Aku terpaksa berteriak, menangis, dan berusaha menghalau kedua abangku. Aku memohon, bersujud di kaki mereka agar pukulan-pukulan itu berhenti. Ketika kamu sekarat tak lagi mampu melawan, mereka menyudahinya. Kukira kamu akan mati, nyatanya kamu malah tersenyum mencoba mengelabuiku seakan kamu baik-baik saja. Bodoh, siapa yang akan percaya bahwa kamu baik-baik saja.

Ibuku hanya bisa menangis. Kemudian, ketika abang-abangku meninggalkanmu, ia juga berlalu masuk ke kamarnya disusul ayahku. Kakak, kakak iparku serta bibi yang membantu mengurus rumahlah yang membantuku mengurus kamu dan sisa-sisa pengeroyokan itu. Aku sedikit bersyukur, karena kakakku adalah dokter. Dia bisa menjahit beberapa luka disekujur tubuhmu dan membetulkan tulang bahumu yang dislokasi karena terus berada di posisi bertahan. Untungnya dislokasi yang terjadi tidak terlalu parah dan mengharuskanmu di rawat atau diterapi.

Aku tahu, jika saja kakakku tidak meresepkan obat anti sakit, pasti kamu akan tidak berhenti merintih, bukannya malah bermain bersama bayi kita seperti saat ini. Bayi kita, mengapa terdengar sangat lucu?

"Sudah, biar aku yang menidurkannya," perintahku. Aku bisa melihatmu mulai kewalahan menggendong Arkana yang rewel karena mengantuk tapi ingin menyusu. Apalagi, bahumu belum benar-benar pulih.

"Enggak apa-apa, Nirmana. This is the least I can do. Aku masih sangat bersyukur keluargamu bisa menerima kehadiranku."

Aku mencibir. "Menerima apanya? Jelas-jelas kamu dikeroyok."

Kamu tertawa. Lagi-lagi disertai senyum yang selalu melemahkanku. "They let me stay in, aren't they? Mereka enggak mengusirku atau lebih parah lagi membuang mayatku ke semak-semak." Kini, giliran aku yang tertawa mendengar responmu. Ada-ada saja. Sampai sekarang masih selalu meraba bagaimana cara otak kecilmu itu bekerja.

Nyeri melihatmu berjalan tertatih membawa Arkana ke boks bayinya, aku refleks mendampingi langkahmu. Kita memastikan Arkana aman. Lalu, tanpa koordinasi sama-sama melangkah keluar dan memilih duduk di teras depan rumah.

"So, what's next?" tanyamu.

Aku mengernyit. "Harusnya itu pertanyaanku!" protesku. "Kamu yang datang tiba-tiba tanpa pernah memberitahuku apa rencanamu."

"It's because, there isn't a plan." Aku menatapmu tidak percaya. Seorang Ghaffar bertingkah tanpa perencanaan? Wow sekali.

"Pulang ke Indonesia tidak pernah aku rencanakan sebelumnya, Nirmana. Jadi, aku tidak tahu harus bagaimana. Memang sih, semenjak bertemu dengan kamu, hidupku penuh kejutan." Aku memutar bola mata mendengar ucapanmu.

"Tapi, setelah satu hari berada di sini, satu yang aku bisa pastikan, aku tidak bisa menetap di sini, Nirmana." Kata-kata itu kamu ucapkan dengan sangat pelan tapi efeknya bagai petir di siang bolong.

Jadi, untuk apa kamu datang, Ghafar? Hatiku berkecamuk.

***
Author note :
Emang nulis itu harus dipaksa ya. Waktu nulis pengumuman di convo kalau aku akan mengusahakan update di minggu ini, aku sama sekali ga tau mau nulis apa. Enggak ada inspirasi, dalam hati. Tapi aku buka aja draft cerita ini, karena cerita ini sedari awal tanpa kerangka, jadi aku bisa bebas berkreasi. Nulis satu paragraf, aku lupa dong, sebelumnya cerita ini udh aku bawa kemana aja 😂😂😂 minusnya cerita tanpa kerangka ya begitu. Jadinya baca ulang dulu, udah inget, nulis lagiii. Nulis aja mengarang bebas mengalir teraerah mau dibawa kemana wkwkwkw. Ehhhhhh, ga sangka dapat dua chapter yang ternyata berarti aku bisa menamatkan cerita ini 😂😂😂 ditunggu ya chapter terakhirnya besokkkk❤️❤️❤️ hiyaaaaa.

Anyway, kalau ada typo, terus lupa italic dan kesalahan tekniks lainnya, maafkan ya. Ini cerita tanpa sunting ulang. Hope you still can enjoy this story, see ya tomorrow👊🏻

Luvluv,
Adhistr.

SATU BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang