Alex and his ego

1.4K 63 0
                                    

Kesalahan terbesar di hidup Melsa adalah saat ia menerima ajakan Alex untuk berpacaran. Dulu, pria itu sangat baik dan perhatian sehingga membuat Melsa yang terbiasa hidup sendiri dan tanpa perhatian orang tua terlena dengan kasih sayang Alex. Semakin lama, pria itu menunjukan sikap aslinya.

Melsa tidak diijinkan terlihat berduaan dengan pria lain meskipun itu hanya untuk membicarakan hal penting seperti tugas kuliah. Alex harus ikut serta dalam setiap urusan Melsa.

Banyak orang iri terhadapnya karena berhasil mendapatkan cinta dari Alex. Semua orang memuja Alex karena mereka hanya tahu sikap palsunya yang membuat Melsa pun tertipu dan terjebak.

Melsa pernah meminta putus dari pria itu karena sudah tidak sanggup dengan kelakuan posesifnya namun pria itu mengaku memiliki rekaman kegiatan bercinta mereka dan mengancam akan menyebarkannya jika ia berani meninggalkan pria itu. Dengan setengah hati Melsa bertahan di sampingnya dan harus mengorbankan waktu bermain dengan teman-temannya.

Seperti hari ini, seharusnya ia datang ke acara bridal shower temannya yang akan di gelar pukul 4 sore nanti tapi Alex memaksa untuk menjemputnya dari apartemen.

Dering telepon sudah berbunyi, Melsa melirik layar ponselnya. Sebenarnya, tanpa ia lihat pun Melsa tahu siapa yang menghubunginya. Tanpa sadar ia menghembuskan napas pelan sebelum mengangkat panggilan itu.

"Ya, Lex?"

"Aku udah di bawah."

"Oke, sebentar."

Melsa mematikan panggilan dan memasukan barang-barangnya ke dalam satu tas sling bag hitamnya. Memeriksa penampilannya sekali lagi di depan cermin panjang di samping pintu kamarnya.

Baju turtleneck mungkin sedikit ketinggalan jaman jika dipakai saat ini, namun ini membantu menyamarkan jejak Alex di sekitar lehernya yang hingga hari ini belum hilang. Celana jeans berwarna putih terlihat serasi dengan bajunya yang berwarna merah marun. Ia mengikat setengah rambutnya lalu menyemprotkan parfum dior kesayangannya.

Melsa sudah dapat melihat mobil Alex terparkir di depan gedung apartemennya, mobil sport berwarna hitam metalik itu memang menarik perhatian walaupun warnanya gelap. Melsa bisa melihat Alex sedang terlibat percakapan ringan dengan tukang parkir di sana saking seringnya pria itu berkunjung ke apartemennya.

"Tuh si Neng udah dateng, mas." Tunjuk si tukang parkir yang Melsa ketahui bernama Omar.

Alex menoleh dan pamit pergi pada tukang parkir itu sambil menyelipkan uang receh di tangannya.

Melsa mengangguk dan tersenyum pada Omar, ia sendiri tidak terlalu dekat dengan tukang parkir itu karena tidak memiliki mobil yang harus diparkir jadi terhitung jarang berinteraksi dengannya. Tidak seperti Alex yang hampir setiap hari mengantarnya atau kadang mengunjunginya di hari libur.

Sesaat setelah Melsa masuk ke dalam mobil, Alex sudah mengecup pipinya sambil tangannya menarik sabuk pengaman Melsa dan memasangkan sabuk itu untuknya.

See? Alex bisa bersikap manis jika sedang ingin. Namun Melsa sudah tidak tersipu malu seperti dulu lagi, karena ia tahu itu hanya sekian dari sikap Alex yang ajaib.

"Udah makan?" Tanya pria itu sambil mengendarai mobil keluar dari gedung apartemennya.

Melsa mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Alex lalu ikut diam dan berkonsentrasi pada jalan di depannya.

Sudah setengah jalan Melsa baru sadar bahwa pria itu membawanya ke rumahnya.

"Kamu bawa aku ke rumah ya?" todong Melsa pada pria di sampingnya.

Sekarang giliran Alex yang tidak menjawab pertanyaan Melsa.

FORCED LOVEWhere stories live. Discover now