disappointed (1)

810 47 0
                                    


Alex terbangun lebih dulu dibanding Melsa, setelah mengecup wanita itu ia pergi meninggalkan kamar menuju dapur untuk membuat sarapan seadanya.

Hanya bermodalkan tepung pancake instant, pria itu membuat sarapan untuk dua porsi. Dirinya dan Melsa yang masih terbaring karena terjaga semalaman. Alex mengingat kejadian semalam walaupun ia mabuk. Ia tidak bisa melupakan kenikmatan yang mereka berdua lalui.

Semalam, ditengah hingar-bingar pesta yang diadakan Becca, Alex teringat kekasihnya.

Becca duduk di sebelahnya dan menuangkan minuman ke dalam gelas untuk mereka berdua. "Lex kok lo jadi cupu gitu sih sekarang?" Tanya wanita itu.

Sang tuan rumah mengenakan gaun ketat dengan belahan dada rendah berwarna merah. Membuat Alex meringis jika ingat ia pernah memacari wanita itu. Becca sangat bertolak belakang dengan Melsa. Jika Becca selalu tampil seksi dan berani, Melsa adalah sebaliknya. Ia berpakaian tertutup namun tetap dapat membuat hati Alex jatuh padanya. Melsa cantik luar dalam tanpa harus mengumumkan pada dunia bahwa wanita itu memiliki tubuh yang indah.

Kepalanya terasa berdenyut pusing, ia rasa tanpa ia sadari dirinya sudah menghabiskan banyak minuman ke dalam perutnya. Sebuah tangan menyusuri dan memainkan kerah kemejanya. Becca duduk menempel pada tubuhnya, "Lex kamu ga kangen sama aku?" bisik wanita itu.

Alex menautkan alisnya melihat kelakuan wanita itu. "Lepas, bec. Kita udah putus."

"Aku tau kita udah putus, aku juga ga ngajak kamu balik kok. Cuma nanya aja, kamu ga kangen?"

Pria itu berdecak mendengarnya, kepalanya masih pusing sehingga ia malas menanggapi pertanyaan wanita itu.

Becca, karena melihat tidak ada reaksi dari lawannya, semakin berani melingkarkan tangannya pada Alex dan mengecup ringan bibir pria itu.

"Bangsat!" Pria itu berdiri dan mendorong Becca menjauh dari tubuhnya. "Lo apa-apaan sih?"

Becca tertawa melihat reaksi Alex yang menurut dirinya berlebihan. "Ga usah lebay gitu deh, Lex."

Alex mendengus mendengarnya lalu ia keluar dari meja dan bergegas meninggalkan tempat itu segera.

Lamunannya buyar mendengar langkah kaki Melsa datang menghampirinya. Pria itu menoleh menemukan wanita itu telah selesai mandi terlihat dari rambutnya yang masih basah menetes-netes dari ujungnya. "Sini, aku udah buatin pancake untuk kamu."

Wanita itu duduk bersebrangan dengan Alex. Apartemen Melsa terbilang kecil walaupun lengkap, sehingga untuk pengganti meja makan wanita itu memilih menggunakan kitchen bar untuk menghemat space.

Muka wanita itu masam, alih-alih menyentuh sarapannya, Melsa menyilangkan tangan di depan tubuhnya. "Kamu dari pesta ulang tahun mantan kamu?"

Alex baru sadar suasana hati kekasihnya sedang tidak baik. Ia berhenti mengunyah dan mengalihkan perhatian penuh pada wanita yang sedang merajuk itu. "Semua temen-temen sekelasku pada dateng juga kok, Mel."

"Kia dan Ifa engga tuh."

"Ya karena mereka kan temen kamu."

"Kamu pacar aku, Lex. Bukannya justru seharusnya kamu ya yang ga dateng?"

Alex mati gaya. Ia tidak ada maksud apa-apa datang ke acara ulang tahun Becca. Teman-teman sekelasnya juga ikut-ikutan membujuk pria itu sehingga ia pikir tidak akan apa-apa jika ia datang. "Aku iseng aja dateng, seru-seruan."

Wanita itu menggangguk. " Oke, jadi ga apa-apa ya kalo dateng ke acara mantan." Simpul Melsa.

"Mel, aku dateng juga rame-rame. Semua orang ada di sana."

Melsa tidak menghiraukan lelaki itu. Tangannya meraih pancake yang sudah tersaji di atas piring dan mulai melahapnya. Perutnya ternyata sudah mendambakan makanan sejak tadi.

Setelah selesai makan, wanita itu membereskan semua piring kotor dan melihat Alex sudah masuk ke dunianya sendiri bersama game online di ponselnya.

"Lex, besok-besok aku mau reuni sama temen-temen aku. Ada mantanku juga, boleh kan ya?"

Alex menghentikan jarinya dan mengangkat kepalanya menatap wanita itu yang sudah duduk disampingnya. "Maksud kamu apa?"

"Ga apa-apa. Tiap tahun kan selalu ada acara reuni tahunan SMA." Benar, setiap tahun angkatan alumni SMA Melsa selalu mengadakan acara reuni namun ia tidak pernah ikut karena ia selalu menghindari Reihan.

"Selama ini kamu ga pernah ikut acara reuni kayak gitu."

"Karena aku kira kamu ga akan bolehin aku pergi kalo ada mantan aku."

"Terus kenapa sekarang kamu kira akan aku bolehin pergi kali ini?"

"Loh emang ga boleh? Kan kamu sendiri dateng ke acara mantan kamu semalem."

"Mel, itu beda ya."

"Apa bedanya?"

"Aku dateng cuma untuk seru-seruan aja sama temen-temen aku."

"Aku juga, dateng karena mau seru-seruan aja sama temen SMA aku."

"Bohong. Kamu pasti dateng karena mau ketemu mantan kamu, kan?"

Melsa memutar matanya dan menghela napas. Malas melanjutkan lagi pembicaraan ini ia akhirnya memilih mundur. Pergi ke kamarnya untuk mengambil ponsel yang ia tinggal untuk di charge. Tanpa ia sadari bahwa ternyata pria itu mengikutinya ke dalam kamar.

"Mau langsung hubungi mantan kamu?"

Melsa menoleh melihat Alex yang sudah berdiri di belakangnya. "Apaan sih?"

"Mantan kamu yang mana?"

"Ga ada, aku cuma ngarang aja tadi."

Tapi Alex tidak mendengarkan. Pria itu merebut ponsel Melsa dan melihat apa yang sedang wanita itu lakukan dengan ponselnya.

"Lex, ga ada apa-apa di sana."

Alex masih bersikeras mengutak-atik ponsel Melsa walaupun tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan di whatsapp maupun line messenger wanita itu.

"Ga ada kan?" Hardik wanita itu. "Sini."

Alex menyipitkan mata pada wanita itu, "Awas aja kalo sampe kamu ketemuan sama mantan kamu."

Melsa mengambil ponselnya kembali dan berjalan melewati Alex begitu saja sehingga pria itu mencekal pergelangan tangannya. "Mel, jangan cuekin aku kalo aku lagi ngomong."

"Iya! Udah lepas." Melsa berlalu meninggalkan pria itu sendiri dalam perasaan kesal.

FORCED LOVEWhere stories live. Discover now