disappointed (2)

760 47 0
                                    


Reihan sedang menerangkan di depan kelas sementara Ulfi berbisik pada Melsa. "Lo berantem lagi sama Alex?"

Melsa menoleh pada teman yang duduk di sampingnya. "Iya." Jawabnya singkat.

"Gara-gara Becca?"

Kali ini Melsa mengangguk dan mengerucutkan bibirnya karena kesal diingatkan kembali mengenai peristiwa itu.

"Abis ngampus ke gloryness yuk?" Ulfi tidak pantang menyerah rupanya.

"Mau ngapain? Hari ini Alex masuk, fi." Itu tandanya Melsa harus pulang bersama kekasihnya.

"Penting, disuruh Kia kumpul. Lo ga baca di grup squidward?"

Wanita itu menggelengkan kepalanya. "Gue ga sempet baca tadi pagi, kesiangan."

"Melsa." Panggil seseorang menginterupsi diskusi Melsa dan Ulfi.

"Udah pinter kamu ga mau merhatiin saya menerangkan di depan?"

"Eh, anu.." Melsa kaget karena Rei menegurnya. "Maaf pak." Lalu wanita itu kembali menegakan badan melihat ke depan dan memperhatikan Rei yang melanjutkan mencoret-coret papan tulisnya.

Melsa sudah tidak tahu lelaki itu sedang menjelaskan bagian yang mana, berkat Ulfi.

Sembilan puluh menit berlalu dan Reihan merapikan alat tulisnya, sementara Melsa sudah bersiap pergi meninggalkan kelas. "Melsa." Panggil lelaki itu di depan semua mahasiswa.

"Ya, pak?" Melsa berhenti, diikuti Ulfi di belakangnya.

"Kamu ikut saya ke ruangan."

"Sendiri pak?"

"Iya, kamu kan yang tadi tidak memerhatikan saya."

"Tapi tadi.." Melsa mau bilang Ulfi yang mengajak ia ngobrol lebih dulu namun wanita itu terlanjur di sikut oleh Ulfi. "Ya udah Mel, sana. Gue tunggu di kafe ya, bye!" Ulfi lari meninggalkan Melsa sendirian karena takut ikut-ikutan di hukum.

Sialan benar memang temannya yang satu itu, batin Melsa sambil menghela napas.

Ia mengekor di belakang Reihan ke ruangan pria itu. Ternyata pria itu menempati ruangan pak Rudi untuk sementara. Pak Rudi memiliki ruangan pribadi paling pojok, Melsa ingat karena ia pernah mengumpulkan tugas ke ruangan beliau dulu.

Rei menutup pintu di belakangnya setelah Melsa masuk.

"Rei, tadi Ulfi yang mulai duluan, bukan aku."

"Aku tau, aku cuma cari alesan aja biar bisa ngobrol sama kamu."

"Hah?"

"Sorry, abis kamu susah banget diajak ngobrol."

"Mau ngobrolin apa emangnya?"

"Ga bisa disini, mau ketemu sama aku di luar kampus?" tawar pria itu.

"Juju raja sekarang aku susah Rei kalo pergi selain ke kampus."

"Harus ijin sama pacar kamu?" tebak Rei.

Melsa mengangguk karena merasa tidak enak sekaligus malu karena ia terlihat dikuasai oleh kekasihnya itu.

"Sekali aja, Mel. Aku cuma mau ngejelasin sesuatu sama kamu."

"Kamu ga bisa ngobrol sekarang aja?"

Pria itu menggeleng, "Aku ada kelas lima menit lagi."

"Kalo gitu aku liat nanti ya, Rei."

Cowok itu tidak bisa memaksa lebih jauh, dia tidak punya hak lagi. "Oke, hubungi aku ya nanti."

Wanita itu mengangguk dan pergi keluar dari ruangan pria itu menyusul teman-temannya yang sudah menunggu di kafe depan kampus tempat mereka biasa berkumpul sebelum masuk mata kuliah selanjutnya.

Mata Melsa mencari keberadaan ketiga temannya. Ulfi melambai dari sofa paling pojok sebelah kiri.

"Diapain lo sama dosen ganteng?" tanya Ulfi sambil terkekeh.

"Bangke lo emang, fi."

"Sorry deeeeh, tapi kalo bisa kena satu kenapa harus dua-duanya yang kena hukum. Ya kan?"

"Ya elo lah harusnya yang kena, bukan gue, kan lo duluan yang ngajak gue ngobrol."

"Lo dihukum gara-gara ngobrol Mel?" tanya Ifa yang sudah mengetahui ceritanya dari Ulfi tadi.

"Engga kok, pak Rei cuma nasihatin gue aja." Melsa jelas berbohong.

"Oooh, baik juga doi."

"Ganteng pula, Fa." Ucap Ulfi.

Reihan memang tampan, walaupun ia memiliki ketampanan yang berbeda dengan Alex. Namun wajah pria itu cukup untuk membuat mahasiswi di jurusan Melsa jatuh hati padanya.

"Kalian ada gosip apa, kok kayaknya penting banget." Tanya Melsa pada Ifa dan Kia.

Ifa melirik Kia yang juga sedang menatapnya. "Makan dulu deh Mel, gue laper." Kilah Ifa.

Melsa sudah selesai dengan chicken cordon bleunya, ketiga temannya pun sudah menandaskan piring masing-masing.

"Awas aja kalo gosip lu pada kacangan, makan di sini bikin gue jebol."

"Euh, sebenernya gue ga enak mau ngomongin ini." Kia buka suara, "tapi gue lebih ga enak lagi kalo tutup mata dan pura-pura ga tau."

"Apaan sih?" ucap Melsa dan Ulfi berbarengan karena melihat kelakuan aneh Kia dan Ifa yang sejak tadi tidak memulai gosip yang katanya penting itu.

Ifa mengeluarkan ponsel lalu meletakannya di tengah-tengah meja agar semua orang dapat melihat. "Gue dapet video ini dari instastory temen sekelas, si dafi."

Lalu jarinya menekan tombol play dan sebuah video terputar di layar kotak itu.

Seorang pria memvideokan dirinya sendiri yang sedang memegang botol minuman keras, namun bukan itu yang menjadi perhatian mereka semua. Melainkan dua sejoli yang tertangkap kamera di belakangnya. Tanpa dilihat lebih dekat pun Melsa bisa tahu siapa mereka.

Lelaki itu sedang duduk dengan tangan memegang gelas dan seorang wanita mengenakan dress merah ketat bersandar di dada pria itu beberapa detik sebelum video itu berakhir sang wanita mencium bibir pria itu dengan mesra.

"In case lo no clue siapa cewek itu, gue ada igstory yang lain." Kia menggeser layar ponsel milik Ifa, menampilkan sebuah foto wanita berbaju merah dengan kue ulang tahun di tangannya. Itu Becca. Dengan dua wanita yang tidak Melsa kenal.

"Bangke tuh cowok." Sembur Ulfi kesal.

Melsa tidak tahu harus bereaksi apa, matanya sudah hampir bergetar ingin menangis namun kekecewaannya lebih besar daripada rasa sedihnya.

"Sorry banget Mel, gue ga ada niatan ngerusak hubungan kalian. Tapi gue ga mau tutup mata juga ngeliat ini."

"Lo udah bener kok, Ki. Emang udah seharusnya lo kasih tahu gue kalo ada berita sepenting ini biar gue ga ngerasa bego sendiri."

Ifa mengelus lengan Melsa menenangkan temannya karena khawatir tangisnya akan berhamburan disana. "Jangan nangis, Mel. Sumpah dia ga seberharga itu untuk lo tangisin."

Melsa mengeratkan giginya menahan diri untuk tidak menangis. "Engga kok, Fa. Tenang aja."

Ketiga temannya mulai membicarakan topic lain demi mencairkan suasana namun Melsa tidak bisa ikut dalam pembicaraan karena otaknya sibuk berpikir.

Akhirnya ia menyerah, mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu di layarnya.

'Rei, hari ini setelah lo selesai ngajar. Bisa?'

'Bisa, aku kelar sekitar satu jam lagi.'

FORCED LOVEWhere stories live. Discover now