an offering

617 41 1
                                    


Saat melsa akan berbelok menuju kelasnya ia berpapasan dengan reihan yang baru saja keluar dari kelas. "Mel, kamu kenapa?" reihan bertanya karena wajah melsa saat ini terlihat sedang kesal atau marah. yang mana pun itu yang jelas ada sesuatu yang mengganggu wanita itu.

"Ga apa – apa, rei. Aku masuk kelas dulu."

"Tunggu." Reihan menahan pergelangan tangan Melsa. "Sepulang kuliah aku antar pulang, ya."

Melsa malas berargumen lebih lama dengan pria itu. ia hanya mengangguk agar reihan dengan cepat membebaskan tangannya sehingga ia dapat masuk kelas sekarang juga. "Bye." Tutup Melsa mengakhiri percakapan.

Reihan memperhatikan kepergian Melsa, ia mengamati punggung wanita itu yang berjalan menjauh darinya. Reihan menggelengkan kepalanya dan melanjutkan perjalanan menuju ruang dosen.

*

Hari ini untung saja dosen algoritma melsa tidak memberikan banyak materi padanya dan hanya menyuruh mahasiswanya mengerjakan soal. Sebab jika dosen itu memberikan materi, ia pasti tidak akan dapat mencerna dengan baik karena pikirannnya saat ini sedang di penuhi oleh Alex.

Melsa benci pria itu saat Alex memperlakukannya seperti pelacur seperti tadi. Bagaimana jika ada yang datang dan menunggu di luar toilet lalu mereka berdua tertangkap sedang berduaan di dalam kamar mandi. Sebagai seorang pria itu mungkin sebagai salah satu ajang pembuktian bahwa dirinya dapat menaklukan wanita. Tetapi, untuk wanita, itu adalah pembuktian bahwa dirinya seorang jalang tidak bermoral yang tidak dapat menahan nafsunya bahkan saat sedang di dalam kampus. Sialan alex!

Melsa hampir saja melupakan bahwa hari ini ia berjanji akan pulang bersama Reihan. Untungnya pria itu mengingatkan dengan mengirim pesan singkat pada Melsa bahwa dirinya sudah ada di parkiran mobil menunggu Melsa. Gadis itu langsung berlari keluar dari kelas untuk mendatangi Reihan di parkiran.

Alex pulang lebih sore dari pada dirinya, karena ini adalah hari Jumat yang artinya Alex memang biasa berkumpul dengan teman – temannya sepulang kuliah. Entah itu untuk bermain basket bersama, rapat atau pun hanya sekedar nongkrong biasa di kampus.

Melsa sama sekali tidak protes mengenai itu. ia malah bersyukur dirinya dapat terbebas dari Alex walu pun untuk sehari saja.

Reihan melambai dari depan mobilnya begitu ia melihat Melsa datang. Sebelum mendatangi Reihan, Melsa celingak – celinguk untuk memastikan tidak ada orang di sekitar yang melihatnya. Sebab, jika ada, ini akan membahayakan posisi mereka berdua. Melsa bisa di tuduh memiliki hubungan pribadi dengan sisten dosen tersebut.

Walau pun memang benar, Reihan kan mantan pacarnya.

"Sorry lama." Ucap melsa meminta maaf.

Reihan yang tadinya bersandar pada kap mobilnya, bangkit dan membukakan pintu untuk Melsa sebelum ia sendiri masuk ke dalam mobil.

"Mau makan dulu ga?" Rei bertanya saat ia mulai menjalankan mobilnya ke luar dari area parkir.

"Kamu mau makan?" Tanya Melsa balik. Sejujurnya ia tidak tenang jika terlalu lama bersama reihan. Ia merasa membohongi Alex.

"Iya nih, laper. Makan dulu, ya?" apa boleh buat, batin Melsa.

"Ya udah, ayo deh."

Rei dan Melsa makan di sebuah kafe dekat apartemennya. Reihan memesankan makanan favorit Melsa setelah pria itu bertanya. "Mau pesan carbonara sama jus jeruk?" tanyanya. Melsa mengangguk mengiyakan. Sejak dulu, saat ia masih berkencan dengan Rei, setiap kali mereka makan di luar Melsa sering sekali memesan Carbonara di padukan dengan minum Jus Jeruk. Entah mengapa hingga saat ini rei masih mengingatnya.

"Kamu udah tanya Mas mu?"

Melsa mengerjap sesaat karena bingung apa yang Rei bicarakan, tapi setelah itu ia ingat apa maksudnya.

Melsa mengangguk. "Mas Andre udah ngaku semuanya sama aku." Rei mengangguk – anggukan kepalanya.

"Jadi, Mel, kamu bisa maafin aku kan karena dulu pernah mutusin kamu?"

"Aku udah maafin kamu sejak dulu kok, Rei."

Rei menggeleng. "Itu beda. Dulu kamu menganggap aku mutusin kamu karena itu adalah keinginanku, kan? Sekarang setelah kamu tahu bahwa aku ngelakuin itu atas perintah mas Andre dan demi kebaikan kamu sendiri, itu artinya kamu bisa percaya sama aku lagi seperti dulu?"

Melsa diam saat pelayan restoran mengantarkan dua piring hidangan dan dua gelas jus jeruk di atas meja. Setelah pelayan itu pergi Melsa menjawab, "Tapi kamu tahu aku udah punya pacar."

"Aku tahu, tapi aku ingin kamu pikirin kembali, Mel. Jika seandainya dulu Mas Andre ga nyuruh aku buat mutusin kamu, mungkin hingga saat ini kita masih pacaran. Ngga ada Alex di antara kita."

"Jadi kamu mau aku gimana?" Tanya MElsa frustasi.

"Putusin Alex, kita balik pacaran kayak dulu. Kita anggap bahwa mas Andre ga pernah ikut campur hubungan kita."

Melsa menatap Reihan yang sedang meyakinkannya dengan menggebu – gebu. Ia tidak bisa menjawab apa – apa, maka Melsa mengalihkan perhatiannya pada makanan di depannya.

"Mel.." Panggil Reihan. Melsa menengadah dan melihat pria itu masih memandanginya. Melsa mengehla napas, "Nanti aku pikirin lagi." Jawabnya membungkam protes reihan, lalu pria itu melanjutkan makan mengikuti wanita itu yang sudah kembali melahap pastanya.

Di perjalanan pulang, reihan dan melsa sama sekali tidak berbicara satu patah kata pun setelah pembicaraan tadi di restoran.

Reihan mengantar melsa ke dalam apartemen, rei memarkirkan mobilnya di parkiran dan menarik rem tangan. Pria itu menoleh pada MElsa. "Boleh aku mampir?"

Melsa kebingungan menjawab pertanyaan pria itu tapi akhirnya ia mengangguk dan keluar dari mobil itu lebih dulu.

FORCED LOVEWhere stories live. Discover now