Selesai makan Melsa dan teman-temannya memutuskan untuk menonton. Namun karena film yang tayang di pukul tiga sudah terisi terpaksa mereka memesan jadwal tayang jam lima yang baru berakhir sekitar jam tujuh malam.
Setelah film selesai, Melsa dan ketiga temannya sengaja keluar sebelum kredit film ditampilkan. Menghindari berdesak-desakan dengan penonton lain.
"Mel temenin gue ke toko buku sebentar ya." Pinta Ulfi pada temannya. Ulfi tahu Melsa tidak akan menolak jika dimintai antar ke toko buku. Anak yang satu itu paling tidak bisa menolak godaan melihat barisan buku di sana.
"Lo sengaja kan Fi minta anter ke gue karena gue pasti mau." Melsa mendelik pada temannya yang sama sekali tidak merasa bersalah.
Sementara Ifa dan Kia pamit pulang lebih dulu, Melsa dan Ulfi tanpa terasa menghabiskan waktu lama di toko buku. Ulfi hanya membeli satu buku yang memang sudah ia incar selama ini sedangkan Melsa tidak bisa menahan saat melihat buku baru yang berada di jajaran rak best seller sehingga ia menenteng tiga buku.
Ulfi yang melihat Melsa sedang membayar di kasir tertawa. "Ga salah gue ajak lo kesini."
"Sialan lo, Fi."
Selesai membayar Melsa mencoba menghubungi Alex karena tadi pria itu menjanjikan akan menjemput Melsa. Namun setelah beberapa menit tidak ada tanggapan akhirnya Melsa memutuskan akan pulang sendiri.
=
Melsa dibangunkan oleh suara ketukan pintu, awalnya terdengar sayup-sayup tetapi lama-kelamaan ketukan itu semakin kencang. Wanita itu melirik jam di atas nakas yang sudah menunjukan pukul dua malam. Lalu ia segera bangun dari tidurnya dan menyempatkan mencuci muka asal dengan air untuk membuat tubuhnya sadar sepenuhnya.
Setelah mengintip lewat lubang di pintu, Melsa bisa melihat Alex berdiri di sana lalu ia membukakan pintu itu untuknya. Alex menghambur ke dalam pelukan Melsa sesaat setelah pintu terbuka.
"Lex, kamu kenapa?"
"Nghh, Mel.." Suaranya tidak jelas dan teredam lalu hidungnya menangkap bau tajam dari tubuh Alex. Melsa yang akhirnya tahu mengapa pria itu bersikap aneh seperti itu mendorong tubuhnya hingga terjatuh ke karpet lalu wanita itu bersidekap.
"Ngapain kamu ke sini?" Tanya wanita itu galak. Ia tahu pria itu pasti habis dari pesta ulang tahun mantannya yang tadi siang disebutkan oleh Kia. Pantas saja pria itu tidak jadi menjemputnya dan datang dalam keadaan mabuk setelah usai berpesta.
Pria itu tidak bergerak dari karpet, Melsa menendang pelan kakinya agar pria itu berdiri. Namun, usahanya sia-sia karena pria itu tidak bergeming sedikitpun. Karena menyerah akhirnya Melsa membantu pria itu bangun dengan susah payah dan menyeretnya ke sofa.
"Lex bangun!" Bentak Melsa dengan napas terengah-engah karena kelelehan setelah memindahkan pria itu. Sejak awal Melsa tahu pria itu berteman baik dengan minuman alkohol, ia tidak pernah melarang atau menasihatinya. Itu bukan tugas Melsa, dia sedang menjalin hubungan bukan membesarkan anak, pikirnya. Namun, saat pria itu mabuk biasanya Melsa tidak ingin berhubungan dengannya. Ia akan mengabaikan pria itu sampai pria itu sadar akan kesalahannya sendiri.
Karena kesal pria itu tidak kunjung terbangun, akhirnya Melsa meninggalkan pria itu dan kembali tidur ke kamarnya.
=
Ditengah lelapnya tidur ia merasakan ada seseorang bernapas di belakang tengkuknya, sebuah tangan memeluk perut Melsa dengan erat. Baru saja ia akan mengabaikannya tetapi tangan itu tiba-tiba merayap ke kancing baju tidurnya, melepaskan kancing itu satu persatu dengan pelan. Butuh waktu lama bagi Melsa untuk sadar apa yang terjadi, saat ia tersadar sepenuhnya ia sudah merasakan seseorang bermain di dada dan lehernya.
"Mel.." ucap pria itu dengan suara parau. "Bangun."
Melsa mendecak, "Sana Lex, ah!" tangannya mendorong kepala Alex dari tubuhnya. Namun pria itu tampaknya sudah mendapatkan kekuatannya kembali sehingga usaha Melsa sia-sia.
Bibir Alex membungkam semua protes Melsa, memaksa wanita itu memberikan apa yang diinginkan. Sementara tangannya menelusup ke bawah celana tidurnya menuju pusat kenikmatan wanita itu. Melsa menjepit kedua pahanya agar pria itu terhalang namun Alex menggunakan kakinya untuk membuka paha Melsa dan melanjutkan kembali aksinya. Jarinya menggoda inti wanita itu hingga bibir Melsa terbuka karena melenguh. "Ah..Alex hentikan."
"Aku mau kamu." Lelaki itu melepaskan bibir Melsa dan menatap wanita itu dengan mata berkabut gairah. Alex melepaskan semua pakaian Melsa yang tersisa dengan susah payah karena wanita itu tidak membuatnya lebih mudah dengan berusaha menghalangi usahanya. Setelah pakaian gadis itu terlepas ia melucuti pakaiannya sendiri dan langsung menindih tubuh Melsa. Ia dikuasai gairah sehingga tidak sadar bahwa Melsa sempat menolaknya.
Melsa merasakan gairah Alex sudah berdenyut dan keras di perutnya. "Lex kamu lagi mabuk." Kedua tangan Melsa mendorong pundak Alex dari atas tubuhnya. Pria itu mendongak dan menatapanya. "Sayang, aku cukup sadar untuk ngelakuin ini."
Alex memasukan dirinya ke dalam tubuh Melsa, bergerak dengan pelan pada awalnya, kemudian lebih cepat, dan membuat Melsa melupakan penolakannya pada pria itu. Melsa mulai santai dan menikmati rasa kekasihnya itu untuk beberapa saat sebelum pria itu menggeram dan memberikan dorongan dalam dan keras untuk meyemburkan cairan kenikmatannya ke dalam tubuh wanita itu.
Untunglah setiap hari ia mengkonsumsi pil pencegah kehamilan, berkaca dari kejadian sebelumnya, ia bersiap-siap seandainya Alex bertingkah seenaknya seperti ini.
Alex bangkit dari atas tubuhnya lalu meminta Melsa membalikan badan. "Kamu mau ngapain?" Tanya Melsa yang belum pulih dari rasa nikmatnya.
Tangan pria itu mengangkat tubuh Melsa dan membantunya tengkurap, pria itu berbisik, "Aku mau main dari belakang."
Sebelum Melsa protes, lelaki itu sudah memasukan dirinya yang sudah kembali menegang ke dalam lubang kewanitaan Melsa dan mengulangi gairah yang jauh lebih nikmat dari sebelumnya hingga tenanganya terkuras dan ia tidur seperti orang mati di samping Melsa dengan kepala terkulai di dada wanita itu.
YOU ARE READING
FORCED LOVE
RomanceMelsa tidak akan pernah bisa lepas dari kekasihnya, Alex yang super posesif dan mesum. Alex mengancam akan menyebarkan video mesum mereka jika Melsa pergi darinya. Bagaimanapun, Melsa harus mencoba kabur darinya, bukan?