rumour has it

820 51 1
                                    

Hari jumat adalah hari yang paling Melsa sukai, selain karena akan mendekati weekend, juga karena mata kuliah di hari itu hanya satu.

Melsa dan Ulfi akan pergi ke tempat wax langganan mereka di sebuah mall favorit mereka berdua.

Ulfi menunggu Melsa yang masih berbicara dengan seseorang di seberang telepon.

"Iya mas, udah masuk kemarin malam." Jawab Melsa pada lawan bicaranya. "Udah dulu ya mas, aku lagi di mall nih berisik." Setelah mendengarkan beberapa patah kata, Melsa menutup teleponnya.

"Siapa Mel?" Tanya Ulfi penasaran.

"Kakak gue." Melsa memasukan kembali ponsel itu ke dalam tas. "Kasih kabar udah transferin duit bulanan."

Ulfi mengangguk paham. "Kakak lo dimana sekarang?"

Sambil merangkul Ulfi berjalan ke lantai bawah, dimana tempat wax mereka berada. "Kerja di Singapore."

"Loh, jauh juga. Jarang pulang ke Surabaya dong?" Ulfi tahu temannya itu berasal dari Surabaya.

"Jarang banget, ada kali setahun sekali paling banyak dua kali lah pulang. Ibu sampe sering marahin dia."

"Apartemen lo yang bayar sewa dia juga?"

Melsa menggeleng. "Dia yang beli, katanya gue ga boleh ngekos di sembarang tempat."

Ulfi terkadang iri dengan temannya yang satu ini, selain punya wajah cantik yang dapat memikat semua pria, Melsa juga memiliki orang-orang yang menyayangi dia. Belum lagi sifatnya yang kelewat rendah diri membuat semua orang betah berteman dengannya.

Mereka berdua tiba di tempat tujuan dan selesai mendaftar di bagian resepsionis.

Melsa dan Ulfi ditempatkan di ruangan yang sama hanya saja terpisah oleh sekat dari gorden berwarna hijau yang menutupi ranjang mereka. Ada empat ranjang yang berada di dalam ruangan itu, hanya saja dua dari empat sudah terisi oleh pelanggan lain.

"Eh hari ini Kia sama Ifa mau gabung lunch juga." Ucap Ulfi, -dengan kedua mata tertutup- memberitahu sahabatnya.

"Mereka mau nyamperin ke sini? Tumben."

"Iya katanya mau beli barang juga, ga tau deh beli apa."

"Ooh, ya udah."

Lalu dering ponsel Melsa berbunyi namun ia tidak bergerak karena kakinya sedang ditangani oleh mba Nita, pegawai langganan yang menangani Melsa setiap kali ia kesana.

"Mba, hp nya mau di angkat dulu?" Tanya mba Nita di sela-sela pekerjaannya.

"Ga usah, mba Nit, tolong di matiin aja aku lupa silent." Melsa meminta dimatikan karena akan mengganggu pengunjung lain yang berada di ruangan itu selain dirinya.

"Aduh, marah loh nanti mas nya." Mas yang dimaksud mba Nita sudah pasti Alex. Saking sudah seringnya Melsa berkunjung kesana ditemani kekasihnya. Namun mba Nita bercanda mengenai Alex yang marah jadi Melsa ikut tertawa saja.

Selesai melakukan perawatan waxing dari sekujur tubuh hingga alis, Melsa menelepon balik kekasihnya.

"Kenapa Lex?" Melsa berbicara padanya sambil berjalan menuju ke tempat mereka berempat akan bertemu.

"Kamu masih di mall?"

"Iya, baru selesai."

"Udah mau pulang sekarang?"

"Aku mau makan siang dulu."

"Oh, aku jemput ya nanti."

"Nanti aku hubungi deh, aku ga tau kelar jam berapa."

Dari kejauhan Melsa sudah lihat Ifa berjalan ke arahnya dengan dua tentengan tas belanja di tangannya. "Melsaaaaaaaaaaaaa." Panggil Ifa saat Melsa melambai ke arah wanita itu. Ulfi terbahak-bahak melihat Ifa, sedangkan Kia langsung otomatis mundur menjauhi Ifa karena malu menjadi pusat perhatian orang-orang di sana.

Kia mengeluarkan kata 'siapa' pada Melsa namun tanpa suara, merujuk pada siapa yang sedang berbicara dengan Melsa di seberang telepon. Ulfi memberitahu Kia bahwa Alex yang sedang berbicara dengan wanita itu.

"Leeeex udah ya, kita mau makan jangan ganggu Melsa dulu." Teriak Kia di samping kuping Melsa yang sedang menahan ponselnya di sana.

"Ya udah ya, Lex." Tutup Melsa.

Kedua temannya yang baru saja datang menduduki tempat di seberang mereka.

"Gila, ini masih siang, lo udah di absen aja Mel." Canda Kia.

"Ngomong-ngomong, Alex mau dateng ke pesta ulang tahunnya Becca ya?" tanya Kia sambil membuka menu yang tersebar di meja. Ifa ikut-ikutan membuka menu di sampingnya.

Melsa menegang mendengar pertanyaannya. "Becca mantan pacarnya?"

Kia mengangguk. "Iya, dia ga bilang?"

Wanita itu menggeleng. "Kapan?"

"Malem ini, di baxter." Ucap Kia. "Tapi lo tanya aja sama dia."

"Loh, lo tau dari mana?"

"Tadi Becca sendiri yang undang dia di kelas, depan anak-anak. Terus kata Alex dia bakal dateng."

"Oh." Ada sesuatu yang mengganjal dalam hati Melsa mendengar itu dari temannya sendiri. Temannya tidak mungkin bohong. Kia adalah orang yang mengenalkan Alex pada Melsa dulu. Mereka berdua di dalam kelas yang sama, termasuk dengan Becca. Namun, entah sejak kapan Kia mempunyai bad blood dengan Becca maka dari itu ia semangat menjodohkan Alex pada Melsa agar Becca kesal.

"Ngga usah kesel gitu, Mel." Timpal Ifa. "Alex palingan dateng karena ga enak aja." Kia dan Ulfi ikut-ikutan setuju.

"Ya, ga masalah juga sih." Jawab Melsa, meyakinkan teman-temannya. Atau mungkin dirinya sendiri yang perlu ia yakinkan.

"Tenang Fa, kalo Alex macem-macem sama Becca, Melsa tinggal pilih mau bales dendam sama Alex lewat cowok yang mana. Ya, Mel?" Ucap Ulfi sambil menggerak-gerakkan alisnya menggoda Melsa.

Melsa menoyor kepala temannya itu. "Emangnya gue hotman paris yang tinggal pilih mau pake mobil yang mana setiap kali mau keluar."

Mereka berempat tertawa dan melanjutkan pembicaraan yang penuh dengan gosip dan aib teman-teman di sekitar mereka yang memiliki hubungan pertemanan tidak terlalu dekat. Karena mereka berempat berasal dari kelas yang berbeda jadi setiap berkumpul selalu ada saja hal baru yang bisa diceritakan satu sama lain.

FORCED LOVEWhere stories live. Discover now